Santri Cendekia
Home » Hati, Pendengaran, dan Penglihatan yang Terkunci (Al-Baqarah 6-7)

Hati, Pendengaran, dan Penglihatan yang Terkunci (Al-Baqarah 6-7)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka apakah kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak beriman. Allah telah mengunci mati hati mereka, pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka adzab yang berat (Al-Baqarah : 6-7)

       Orang kafir yang disebut dalam ayat ini bukanlah orang kafir dalam artian umum, melainkan orang kafir dengan konteks tertentu. Karena tidak semua orang kafir bebal terhadap peringatan dan nasehat yang diberikan kepada mereka. Masih banyak juga orang-orang kafir yang hatinya masih terbuka untuk hidayah hingga akhirnya mereka kembali kepada fitrah dan mengakhiri hidupnya sebagai seorang muslim dan mukmin. Ayat ini juga tidak berarti Allah mengunci hati, pendengaran, dan penglihatan karena Allah zalim terhadap hambanya, tetapi hambanya yang zalim terhadap dirinya sendiri dan senantiasa mengikuti hawa nafsunya hingga terssesat dari jalan yang lurus.

      Orang-orang kafir yang dimaksud di dalam ayat ini adalah mereka yang memang telah kafir hingga ke tulang sum-sumnya. Dimana kekafiran telah menjadi karakter yang mendarah daging di dalam dirinya. Hingga akhirnya tidak lah lagi berpengaruh peringatan-peringatan yang diberikan kepadanya. Karena hatinya ibarat tembok besi yang bahkan tidak tembus oleh peluru pistol hingga meriam sekalipun. Lalu orang kafir seperti apa yang dimaksud di Al-Baqarah ayat 6 di atas?

      Jawabannya ada di ayat selanjutnya, yaitu orang-orang kafir yang, “Allah telah mengunci mati hati mereka, pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup”. Orang-orang kafir yang telah Allah kunci mati hati, pendengaran, dan penglihatannya. 3 hal yang dikunci Allah dalam ayat ini adalah 3 hal yang biasanya bekerja ketika manusia sedang melakukan proses tholabul ‘ilm. 3 hal ini juga yang biasanya disebut Allah dalam proses penciptaan manusia, Katakanlah: “Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati.” (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (67: 23).

      Jika kita perhatikan urutan penguncian yang Allah lakukan pada ayat ini;

  1. Allah mengunci hati
  2. Allah mengunci pendengaran
  3. Allah mengunci penglihatan
Baca juga:  Tepatkah Kedaruratan sebagai Alasan Vaksinasi?

      Hikmah dari pengurutan ini adalah, pada dasarnya bagian dari manusia yang paling memiliki peran sentral untuk menerima hidayah adalah qalb (hati). Itulah mengapa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita, bahwa di dalam diri kita ada segumpal daging yang apabla segumpal daging itu baik maka baiklah seluruh tubuh kita, dan jika segumpal daging itu buruk maka rusak juga seluruh tubuh. (HR Muslim). Ketika hati sudah mulai tertutup, yang pertama akan terkena efeknya adalah pendengaran. Apa maksudnya? Kita akan mulai sulit untuk mendengar nasehat dan peringatan yang datang kepada kita. Mendengar kisah-kisah keteladanan orang-orang soleh sudah tak lagi membuat hati iri, mendengar kecelakaan orang-orang binasa sudah tak lagi membuat hati ngeri.

      Tradisi orang-orang soleh terdahulu adalah, mereka mudah menangis ketika mendapat nasehat-nasehat orang-orang sekitarnya, khususnya lagi apabila nasehat tersebut berisi ayat-ayat Qur’an yang menceritakan kengerian hari kiamat dan siksa nereka, padahal amal soleh mereka begitu luar biasa tidak terjangkau oleh kita. Bandingkan dengan kita, atau bahkan penulis pribadi, Kita sangat sulit menangis dan merasa takut kepada Allah sedangkan dosa kita begitu bergelimang. Itu semua karena kondisi dan kualitas hati kita yang sangat berbeda dibandingkan para orang-orang soleh terdahulu. Semoga Allah senantiasa beri hati ini petunjuk.

      Selanjutnya, efek yang paling kronis dari terkuncinya hati adalah, ketika terkuncinya penglihatan. Kebesaran dan mukjizat-mukjizat Allah yang benar-benar tampak nyata di hadapannya pun sudah tak mampu lagi membuat lubang dan ruang hidayah di hatinya. Banyak contoh-contoh orang di masa lalu hingga di masa kini yang termasuk golong orang-orang seperti ini. Fir’aun yang tetap bertahan dalam kekafirannya padahal hampir seluruh mukjizat Nabi Musa, hingga terbelahnya laut sudah tampak di hadapannya. Namrud yang tidak beriman setelah melihat Ibrahim selamat dari jilatan api. Kaum Nabi Saleh yang tetap nekat membunuh unta betina yang jelas merupakan mukjizat yang muncul menjawab tantangan mereka. Abu Jahal masih tetap angkuh dan memerangi Rasulullah meski pernah hampir dilahap unta raksasa dan jatuh ke jurang penuh api hingga memucat wajahnya, saat ingin menyakiti Rasulullah. Abrahah yang tetap ingin maju mengancurkan ka’bah meski gajah-gajah kebanggaannya sudah berlutut dan tak ingin melanjutkan perjalanan menuju ka’bah. Na’udzubillahi min dzalik.

Baca juga:  Islam Hapuskan Rasisme Sejak 14 Abad Lalu

      Pelajaran dan renungan penting untuk kita, maka ketika hati kita mulai sulit tersentuh oleh nasehat dan pesan-pesan ilahi, jangan biarkan. Segera beristigfar dan berkontemplasi, kembali kepada Allah dan mengingat segala kesalahan-kesalahan kita. Agar hati kita kembali lapang dan siap menerima cahaya Allah ‘azza wa jalla. Karena ketika hati terkunci mati, mata pun tak sanggup lagi melihat peringatan sekeras apapun dari Allah ‘Azza wa Jalla.

Allahu a’lam bishshawab

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar