Santri Cendekia
Home » Afi itu Nggak Liberal!

Afi itu Nggak Liberal!

AFI ITU GAK LIBERAL

©Ginan Aulia Rahman

Pernyataan agama itu warisan bukan paham liberal. Tapi komunitarian.

Liberal malah kebalikan dari pernyataan Afi itu. Di paham ini, setiap manusia terlahir sebagai individu. Orang merdeka sedari lahir. Ia punya hak-hak dan kemerdekaan yang melekat padanya seperti kemerdekaan memilih dan berkeyakinan.

Kalau di komunitarian, manusia terlahir sebagai member of community. Orang ketika lahir sudah secara ontologis terikat dengan adat, aturan, dan segala macam kostum yang terdapat pada komunitas di mana ia terlahir.

Jadi keliru kalau kita bilang Afi liberal. Noooo. Kita keliru secara konsep.

Trus yang bener liberal atau komunitarian? Au ah. Kedua konsep tersebut berbeda perspektif soal ontologi manusia. Perbedaannya memang ekstrim. kedua paham ini tidak akan ketemu dan sepaham.

Kalau kata kaidah ushul, sebaik-baiknya perkara adalah yang pertengahan. Islam sudah memberikan jalan tengahnya soal ontologi manusia.

Status ontologis manusia dalam islam jelas. Bahwa setiap manusia terlahir dengan fitrah Iman. Keimanan pada Allah sudah built-in atau embedded dalam diri manusia. Tapi fitrah iman ini bisa melenceng dan rusak. Seperti HP lah. Fitrahnya HP bisa nelfon, tapi fitrah ini bisa rusak. HP pada kondisi tertentu jadi tidak bisa nelfon. Misalkan karena tidak punya pulsa atau memang ada kerusakan di device serta aplikasinya.

Fitrah iman yang sudah kita terima saat lahir mesti kita jaga dengan fitrah munazzalah. Fitrah yang diturunkan. yaitu Al-Qur’an dan tuntunan rasul.

Jadi ada dua macam fitrah nih. Fitrah maqbulah dan fitrah munazzalah. Fitrah maqbulah adalah fitrah yang kita terima ketika kita lahir (nature). Fitrah munazzalah fitrah yang diturunkan oleh Allah dan membutuhkan proses pembelajaran (nurture). Itu dia ontologi jalan tengah dari falsafah Islam.

Baca juga:  Sejarah Singkat Berdirinya Negara Paling Aneh di Dunia: Israel

Segala macam konsep yang saya tuliskan ini adalah cara pandang. Perspektif. Perbuatan manusianya beda lagi. Orang mau pakai perspektif apapun dalam hidupnya mungkin saja berbuat salah dan jahat. Serta tentu saja, ia mungkin juga berbuat baik.

Iman itu adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, diucapkan di lisan, dan manifestasinya adalah perbuatan. Kalau kita benar beriman, tentu kita perlu perspektif yang benar. Kita perlu juga mengucapkan yang benar serta melakukan hal baik dan benar. Idealnya satu paket begitu. Wallahu a’lam.

Silakan Anda pilih perspektif yang mana. Saya sudah menyampaikan. Semoga kita selalu menjadi manusia yang baik dan menyenangkan. Membawa kedamaian dan traktiran.

Salam Care & Share

NB : Share dong. pengen diundang ke istana juga neeeh

Ginan Aulia Rahman

Mahasiswa Filsafat Universitas Indonesia, dulu nyantren di Darul Arqam Muhammadiyah Garut dan Ma'had Addauly Damascus, Syria.

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar