Santri Cendekia
Home ยป Bolehkah Membaca Doa Buatan Sendiri di Dalam Shalat?

Bolehkah Membaca Doa Buatan Sendiri di Dalam Shalat?

      Bismillah., semoga bermanfaat. Teks berikut kami ambli dari kumpulan fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Fatwa pernah dimuat di majalah Suara Muhammadiyah dan di buku Tanya Jawab Agama. Bila ada yang tidak sependapat, itu hal biasa dalam fikih ๐Ÿ˜€  
Pertanyaan:
Pertanyaan saudara yang panjang dapat kami ringkas sebagai berikut, bolehkah kita berdoa dengan doa buatan sendiri di dalam shalat?
Jawaban:
Terima kasih atas pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan kepada kami, berikut ini jawabannya:
Berdoa untuk mendapatkan kebaikan dunia-akhirat bisa dilakukan sebelum dan sesudah shalat sunat maupun fardhu. Adapun berdoa dengan doa-doa yang diajarkan Nabi saw. di dalam shalat itu adalah sunat. Bagaimana pula jika kita berdoa dengan doa redaksi sendiri di dalam shalat? Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat seperti berikut:
a.       Madzhab Hanafi: Tidak boleh berdoa di dalam shalat kecuali dengan doa-doa yang ada di dalam al-Qurโ€™an atau seperti yang ada dalam alยญ-Qurโ€™an. (lihat al-Mabsut karangan as-Sarakhsi: 1/202-204).
Dalilnya:
ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ: ุฅูู†ู‘ูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽุตู’ู„ูุญู ูููŠู’ู‡ูŽุง ุดูŽูŠู’ุฆูŒ ู…ูู†ู’ ูƒูŽู„ุงูŽู…ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ุชู‘ูŽุณู’ุจููŠู’ุญู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ุจููŠู’ุฑู ูˆูŽู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู. [ุฃุฎุฑุฌู‡ ู…ุณู„ู…].
Sabda Nabi saw.: โ€œSesungguhnya shalat ini tidak boleh ada di dalamnya sesuatu dari perkataan manusia. Sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir dan bacaan al-Qurโ€™an.โ€ [Ditakhrijkan oleh Muslim].
b.       Madzhab Maliki (lihat Syarh az-Zarqani 2/60), madzhab Syafiโ€™i (lihat Fathul Bari: 2/230, 2/321) dan madzhab Hambali (lihat al-Mughni karangan Ibn Qudamah 1/320-322): Boleh berdoa dengan doa buatan sendiri yang disukainya.
Dalilnya:
1. ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูููŠ ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุงุจู’ู†ู ู…ูŽุณู’ุนููˆู’ุฏู ูููŠ ุงู„ุชู‘ูŽุดูŽู‡ู‘ูุฏู: ุซูู…ู‘ูŽ ู„ููŠูŽุชูŽุฎูŽูŠู‘ูŽุฑู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู ุฃูŽุนู’ุฌูŽุจูŽู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู. [ู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡]ุŒ ูˆูŽู„ูู…ูุณู’ู„ูู…ู: ุซูู…ู‘ูŽ ู„ููŠูŽุชูŽุฎูŽูŠู‘ูŽุฑู’ ุจูŽุนู’ุฏู ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ู…ูŽุณู’ุฃูŽู„ูŽุฉู ู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ ุฃูŽูˆู’ ู…ูŽุง ุฃูŽุญูŽุจู‘ูŽ. ูˆูŽูููŠ ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ: ุฅูุฐูŽุง ุชูŽุดูŽู‡ู‘ูŽุฏูŽ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ููŽู„ู’ูŠูŽุชูŽุนูŽูˆู‘ูŽุฐู’ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนู ุซูู…ู‘ูŽ ูŠูŽุฏู’ุนููˆ ู„ูู†ูŽูู’ุณูู‡ู ู…ูŽุง ุจุฏูŽุฃูŽ ู„ูŽู‡ู.
Sabda Nabi saw. dalam hadis Ibn Masโ€™ud dalam masalah tasyahhud: โ€œKemudian hendaklah ia memilih doa yang paling ia kagumi.โ€ [Muttafaq Alaih]. Dan dalam hadits riwayat Muslim: โ€œKemudian hendaklah ia memilih –setelah tasyahhud– permohonan yang dikehendakinya atau disukainya.โ€ Dan dalam hadis Abu Hurairah: โ€œJika salah seorang di antara kamu telah tasyahhud maka hendaklah ia berlindung (kepada Allah) dari empat perkara kemudian berdoa untuk dirinya apa yang tampak (baik) baginya.โ€
2.ูˆูŽุฑููˆููŠูŽ ุนูŽู†ู ุฃูŽู†ูŽุณู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฃูู…ู‘ูŽ ุณูู„ูŽูŠู’ู…ู ุบูŽุฏูŽุชู’ ุนูŽู„ูŽูŠ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’: ุนูŽู„ู‘ูู…ู’ู†ููŠ ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชู ุฃูŽู‚ููˆู’ู„ูู‡ูู†ู‘ูŽ ูููŠ ุตูŽู„ุงูŽุชููŠ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ูƒูŽุจู‘ูุฑููŠ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽุดู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุณูŽุจู‘ูุญููŠ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽุดู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุงุญู’ู…ูŽุฏููŠู’ู‡ู ุนูŽุดู’ุฑู‹ุง ุซูู…ู‘ูŽ ุณูŽู„ููŠ ู…ูŽุง ุดูุฆู’ุชู. [ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ].
Diriwayatkan dari Anas, bahwa Ummu Sulaim datang kepada Nabi saw. lalu berkata: Ajarkan kepadaku perkataan (doa) yang aku panjatkan dalam shalatku. Maka beliau bersabda: โ€œBertakbirlah sepuluh kali, bertasbihlah sepuluh kali dan bertahmidlah sepuluh kali, kemudian mintalah apa yang engkau kehendaki.โ€ [HR. Tirmidzi].
3.   ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุงู„ุณู‘ูุฌููˆู’ุฏู ููŽุฃูŽูƒู’ุซูุฑููˆู’ุง ูููŠู’ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฏู‘ูุนูŽุงุกู. [ุฑูˆุงู‡ ุงุจู† ุฎุฒูŠู…ุฉ].
Sabda Nabi saw.: โ€œAdapun sujud, maka perbanyaklah doa di dalamnya.โ€ [HR. Ibn Khuzaimah].
Menurut para Ulama pendukung madzhab ini, hadis-hadis di atas dengan jelas membenarkan doa buatan sendiri di dalam shalat, karena Nabi saw. tidak menentukan doa tertentu. Oleh karena itu, tidak heranlah jika para shahabat seringkali berdoa dengan doa yang tidak mereka terima dari Nabi saw., dan beliaupun tidak mengingkarinya. Tambahan pula hadis-hadis di atas rnentakhsis (mengkhususkan) keumuman dalil madzhab Hanafi itu, apalagi pengharaman berbicara di dalam shalat itu terjadi ketika di Makkah, sedang hadis-hadis mcngenai doa di dalam shalat itu diucapkan di Madinah. (lihat Nailul Authar: 2/365). 
Dengan demikian, kami cenderung kepada pendapat ini karena dalilnya lebih rajih (kuat). Namun berdoa di dalam shalat dengan redaksi buatan sendiri itu hendaknya dalam bahasa Arab, bukan dengan bahasa-bahasa lainnya untuk menjaga kesakralan shalat dan karena yang dicontohkam oleh para shahabat adalah dengan bahasa Arab. Wallahu aโ€™lam bish-shawab.Wallahu aโ€˜lam bish-shawab

Ayub

Mengejar impian sederhana, menjadi pecinta semesta.

2 komentar

Tinggalkan komentar