Santri Cendekia
Home ยป Cerita Koplak Tentang Pendidikan Barat dan Kita yang Mengikutinya

Cerita Koplak Tentang Pendidikan Barat dan Kita yang Mengikutinya

pendidikan adalah pondasi utama suatu bangsa
Well, saya bukan anti-Barat, apalagi sampai bersemboyan “Boko Haram” tapi, mari kita simak kisah aneh bin lucu dari Mesir ini. Kisah ini saya temukan dari jurnal tentang pemikiran Qasim Amin.
Begini ceritanya, ketika menaklukan Mesir, para pakar pendidikan kolonial Inggris menganggap sistem pendidikan di Mesir sangat buruk ; ribut, tidak teratur, kacau balau dan tidak efektif. Apa yang mereka lihat? Mereka melihat anak-anak duduk di dalam grup-grup kecil mengelilingi seorang ulama, menghafal, mujadalah dan dinamis, sungguh ribut. Mereka belajar di pelataran masjid, di taman-taman, dan tempat-tempat “tidak normal” lainnya.
Para pakar pedagogi penajah ini benar-benar tidak tahan melihat itu, mereka membandingkannya dengan sistem mereka di Inggris ; anak-anak duduk manis di dalam kelas yang berjalan tertib, teratur dan tidak ada yang boleh asal ngomong. Sistematis. Rigid. Luar biasa! Maka mereka pun merombak habis sistem peninggalan tradisi Islam itu, menerapkan sistem sekolah Barat sebagai “hadiah” dari Oksiden yang maju dan rasional kepada Orient yang terbelakang dan suka menghayal tidak jelas.
Ketika membaca ini saya tiba-tiba mau ketawa. Lucu sodara-sodara! Mengingat kini gaya pendidikan bergeser dari gaya klasikal formal yang dulu dianggap Barat unggul itu. Kini para pedagog Barat menerapkan apa yang mereka sebut “pendidikan demokratis”, anak-anak harus “ribut” di kelas. Lebih jauh, mereka menyarankan pendidikan harus menyenangkan, maka mulai bermunculan sekolah sekolah yang membawa murid mereka meninggalkan kelas. Belajar di luar. What the duck! Bukankah mereka kembali ke model kacau balau ala Timur yang dulu mereka anggap menjijikan itu? Lalu kita bangsa-bangsa terjajah, sudah terlanjur mengadopsi gaya kaku yang dulu mereka paksakan kini kembali terseok mengikuti mereka ke gaya pendidikan yang katanya lebih “humanis” itu?
Kadang saya bisa mengerti akar kemuakan milisi sinting Boko Haram. Meski saya tidak setuju sama sekali dengan gaya brutal mereka. Orang-orang berkulit mentah dari utara (tapi menyebut diri Barat) itu memang kadang koplak. Mereka selalu merasa perlu membebaskan orang-orang kulit berwarna dari “ketertinggalan”. Padahal arti “ketertinggalan” menurut mereka pun sangat labil. Berubah sesuai kegalauan yang dihadapi peradaban ini. Dulu mereka menganggap Kristen adalah solusi setiap masalah, maka mereka menyebarkan penakluk bersemboyan 3G. Kini mereka menggap agama adalah akar segala masalah, maka disebarlah missionaris dengan semboyan God is dead. Hadeuh. Ini ternyata berlaku di banyak bidang, bahkan mungkin semua bidang. Termasuk pendidikan, dari filsafat hingga praksisinya.
Ohya, Boko Haram artinya “sistem pendidikan Barat itu haram”. Ya, milisi ini memang sangar, nggk gitu-gitu juga keles. Sistem pendidikan Barat tidak haram sih, cuma sebelum dimakan dipilih pilah dulu, dikunyah dengan telaten, jangan langsung ditelan. Misalnya kini kita tahu bahwa negara yang sistem pendidikannya paling baik adalah Findalndia. Seharusnya jika ingin maju tirulah kiat-kita Finlandia tapi tetap memperhatikan apakah sesuai dengan nilai utama kita. Karena saya muslim, maka nilai utama ajaran Islam. Tentu mengikuti hal-hal praktis yang keren di Finlandia seperti kesejahteraan guru, kurikulum yang tetap, dan lainnya tidak betentangan dengan nilai ajaran Islam. Bahkan sejajar dengan ajaran Islam dan etika Timur umumnya. Tapi bila kita cuma fasih meniru kecendrungan sekulernya, ya.. sepertinya kisah koplak ini belum akan berakhir.
Baca juga:  Pesan Gus Hamid Untuk Mahasiswa Muslim ; Hidupkanlah Forum-Forum Diskusi

Ayub

Mengejar impian sederhana, menjadi pecinta semesta.

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar