Santri Cendekia
Home » Cinta Ramadhan 14: Sepuluh Akhir Ramadhan

Cinta Ramadhan 14: Sepuluh Akhir Ramadhan

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

 

Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Ya’fur dari Abu Adh-Dhuha dari Masruq dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), Beliau mengencangkan sarung Beliau, menghidupkan malamnya dengan ber’ibadah dan membangunkan keluarga Beliau”.

 

Hadis ini diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya nomor 1884.

 

Secara tekstual hadis ini memberi pesan; (i) agar kita ummat Muhammad ini mempersiapkan diri baik secara fisik, mental, emosi, dan terutama spiritual untuk menyambut sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, (ii) menghidupkan malam-malam sepeluh hari akhi ini dengan ibadah penuh totalitas, (iii) juga mengajak keluarga untuk ikut bersama menghidupkan babak akhir Ramadhan ini.

 

Sayyidah Aisyah menjadi saksi dari amaliyah Nabi di sepuluh hari akhir Ramadhan. Nabi saw mengencangkan sarung menunjukan keseriusan. Apalagi dengan mengajak serta keluarga, tentu pada sepuluh akhir Ramadhan ini, tersimpan kemuliaan yg tidak semua orang dapat. Hanya yang serius dan totalitas. Khusyu’ penuh keimanan dan mengharap limpahan pahala dari Allah swt.

 

Dalam banyak riwayat yang lain, Nabi saw menganjurkan para Sahabat mulia untuk mencari malam Lailatul Qadr. Berburu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Meninggalkan kefanaan dunia untuk sebuah kemuliaan. Malam yang dinanti-nanti para shalihin. Malam yang ditunggu-tunggu para abidin. Maka tak heran, pada sepuluh akhir ini, didapati mesjid-mesjid dipenuhi hamba Allah. Mereka bersujud, mulut mereka dipenuhi tasbih, tahmid, tahlil, dan segala doa. Air mata mengalir mengingat dosa-dosa, mengingat nikmat yang jarang disyukuri, mengingat khilaf yang tiada terelakkan. “Allahumma innaka ‘Afuwwun, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anna”.

Baca juga:  Cinta Ramadhan 30: Malam Takbir, Penuh Kesyukuran

 

Meski demikian, ada juga ummat yang lebih disibukkan mencari style baru “Lebaran”. Tampil modis dan trendy ingin mengharap pujian. Berburu diskonan. Berburu pakaian imporan. Mereka lebih memilih menyibukkan diri menyiapkan baju baru. Menyiapkan kue-kue untuk disajikan. Tempat-tempat belanja penuh sesak. Jalanan macet. Manusia berbondong-bondong masuk mall. Mereka tidak datang sendiri. Keluarganya pun diajak.

 

Nabi saw tahu kondisi ummatnya. Maka, Beliau mencontohkan amaliyah terbaik saat sepuluh akhir. Mengajak keluarga menghidupkan malam-malam dengan beribadah. Beliau juga mencontohkan i’tikaf tidak hanya dilakukan dimalam hari saja. Siang malam. Bahkan tidak pulang, kecuali ada hajat.

 

Wallahu A’lam

Cecep Supriadi

Pembangun Komunitas Halal Mart HPAI: Penyedia dan Pemasar Produk Halal Berkualitas

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar