Santri Cendekia
Home » Cinta Ramadhan 21: Adab Makan

Cinta Ramadhan 21: Adab Makan

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ قَالَ الْوَلِيدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنِي أَنَّهُ سَمِعَ وَهْبَ بْنَ كَيْسَانَ أَنَّهُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ أَبِي سَلَمَةَ يَقُولُ

كُنْتُ غُلَامًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ

 

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah Telah mengabarkan kepada kami Sufyan ia berkata; Al Walid bin Katsir Telah mengabarkan kepadaku, bahwa ia mendengar Wahb bin Kaisan bahwa ia mendengar Umar bin Abu Salamah berkata; Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Ghulam, bacalah Bismilillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu.

 

Hadis ini diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya, kitab Al-Ath’imah Bab Al-Tasmiyah ‘ala Al-Tha’am wal-Akl bil-Yamin, hadis nomor 4957.

 

Hadis ini mengandung pesan yang sangat penting, terutama dalam mengajari anak Adab sebelum Makan. Kandungan pesan yang dapat disarikan; (i) Anjuran membaca bismillah sebelum makan, (ii) makan dengan tangan kanan, dan (iii) memakam makanan yang tersedia di hadapan kita.

 

Makan itu kebutuhan. Diantara tujuan makan adalah mempertahankan kehidupan. Artinya, orang yang makan harus hidup. Bukan orang hidup untuk makan. Dan makanan yang halal dan sehat harus menjadi menu utama. Karena, hanya makanan yang halal dan sehat yang dapat mempertahankan kehidupan.

 

Makanan instan, siap cepat saji, atau makanan yang banyak mengandung 5 Pe; Penyedap, Pengawet, Perisa, Pewarna, dan Pengembang, ataupun Pe Pe lainnya tidak disarankan untuk dikonsumsi setiap hari. Karena sifatnya yang racun. Dalam jangka waktu yang lama, racun-racun itu akan menumpuk di Lever dan organ lainnya. Jika Lever keracunan, maka imunitas akan menurun. Jika imunitas menurun, maka virus, kuman, dan bakteri penyakit dapat menghinggapi sehingga mudah sakit.

Baca juga:  Cinta Ramadhan 18: Bersilaturahimlah, Kamu Sehat!

 

Artinya, makanan halal dan sehat menjadi menu wajib. Demi menjaga kesehatan dalam rangka beribadah dan mengabdi pada Allah Ta’ala.

 

Dalam hal makan, Nabi saw mengajarkan adab sebelum makan, yang diajarkan pula kepada ‘Umar bin Abi Salamah. Yaitu: Membaca bismillah sebelum makan, makan dengan tangan kanan, dan memakan makanan yang ada di hadapan kita.

 

Sudah tidak disangsikan lagi kesunnahan membaca “bismillah” di setiap amal kebaikkan. Bahkan, Nabi mengisyaratakan setiap perbuatan yang dimulai dengan Bismillah dinilai sebagai ibadah, dan berpalaha. Jika tidak, maka tertolak, atau tidak berpahala.

 

Apalagi, makan dalam rangka menjaga keta’atan. Juga, diniatkan agar fisik kuat dalam beribadah. Tentu akan semakin berpahala. Makan yang diniatkan untuk ibadah, secara otomatis akan membuat hamba lebih selektif memilih.

 

Adapun makan dengan tangan kanan sangat dianjurkan. Dalam riwayat yang lain, Nabi saw menyebutkan makan dengan tangan kiri adalah cara makan syetan.

 

Makan dengan tangan kanan juga untuk membedakan fungsi tangan lain. Tangan kiri digunakan untuk istinja, menyentuh qubul dan dubur. Sedangkan tangan kanan untuk menyentuh mulut. Dan ini merupakan harmonisasi organ yang Allah ciptakan. Semua ada fungsinya. Semua ada manfaatnya.

 

Dalam sebuah penelitian, di tangan kanan terdapat bakteri pengurai yang dibutuhkan tubuh. Artinya, makan dengan tangan kanan dapat membantu proses pencernaan.

 

Lain halnya dengan tangan kiri yang mengandung antiseptik. Artinya, sangat baik digunakan untuk istinja, dan dapat membunuh bakteri dan kuman penyakit.

 

Adab ketiga dari hadis di atas, memakan makanan terdekat. Makanan yang tersedia di hadapan kita. Bukan makanan yang terletak jauh, meski makanan itu yang diinginkan. Hal ini menunjukan kerelaan atas apa yang diterima seorang hamba. Apapun yang dihidangkan di hadapannya, itu yang disyukuri dan dinikmati. Kalaupun ada makanan yang disukai dan terletak jauh, hendaknya meminta untuk diambilkan kepada yang lain dengan santun. Bukan mengambil dengan tergesa-gesa, khawatir kehabisan.

Baca juga:  Cinta Ramadhan 08: Sahur dengan Kurma

 

Apalagi, di bulan Ramadhan ini. Ketika nafsu perut memuncak, terkadang adab makan itu diabaikan. Baik ketika Sahur, terutama ketika berbuka. Terkadang makanan halal yang sehat, high quality, tidak diutamakan.

 

Tidak ada mudharat dari Sunnah yang Nabi ajarkan. Justru, di dalam sunnah-sunnah itu tersimpan banyak hikmah. Terutama hikmah-hikmah kesehatan.

 

Wallahu A’lam.

Cecep Supriadi

Pembangun Komunitas Halal Mart HPAI: Penyedia dan Pemasar Produk Halal Berkualitas

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar