Santri Cendekia
Home » Cinta Ramadhan 22: Barang Siapa Yang Beriman Kepada Allah dan Hari Akhir …

Cinta Ramadhan 22: Barang Siapa Yang Beriman Kepada Allah dan Hari Akhir …

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

 

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Abu Al Ahwash dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berimana kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia berkata baik atau diam.”

 

Hadis ini diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitab al-Adab, Bab Man Kana Yu’minu Billahi wal-Yaumil-Akhir fala YaAddi Jarahu, dengan nomor hadis 5559 versi Lidwa.

 

Pesan yang dapat disarikan dari hadis ini: Siapa yang beriman kepada Allah swt, hendakya dia (i) tidak menggangu tetangganya, (ii) memuliakan tamu, dan (iii) berkata hanya yang baik.

 

Islam sebagai agama, juga aturan hidup. Ibarat manual book, Islam sebagai konsep kehidupan, sekaligus frame work; bingkai berbagai macam aktivitas. Seorang muslim sudah semestinya menjalani kehidupan dengan berislam sebaik mungkin. Dan pengamalan Islam terbaik, adalah apa yang dicontohkan Nabi saw.

 

Nabi saw, sebagai uswah terbaik dalam berislam. Baik yang beliau praktekan, beliau katakan, atau yang beliau tetapkan. Akhlaknya mencerminkan Al-Qur’an. “Khuluqu Al-Qur’an” kata Sayyidatuna Aisyah Ummul Mu’minin ketika mengomentari pertanyaan bagaimana akhlak Nabi saw. Ringkasnya, apa yang menjadi Sunnah Nabi saw, merupakan praktek pelaksanaan konsep dan teori dalam Al-Qur’an.

Baca juga:  Cinta Ramadhan 07: Bahagianya Orang Puasa

 

Di antara sunnah-sunnah itu, adalah sunnah quliyah. Sunnah yang dinarasikan oleh Nabi saw. Menurut sebagian Ulama, Sunnah Qauliyah lebih utama untuk diamalkan. Contoh Sunnah Qauliyah itu saat Nabi saw menjelaskan siapa saja Manusia yang benar-benar beriman kepada Allah swt. Yaitu: yang tidak mengganggu tetangganya, memuliakan tamu, dan berkata hanya yang baik saja.

 

Nabi saw mengajarkan ummatnya bagaimana hidup bertetangga. Agar antar tetangga dapat saling memahami, saling mengerti, saling menjaga, dan saling mengayomi. Sudah sepatutnya, dalam hidup bertetangga tidak saling mengganggu. Bahkan, tidak beriman siapa yang sering mengganggu tetangga.

 

Dalam banyak riwayat yang lain, Nabi mengajarkan agar saling memberi antar tetangga. Faktanya, banyak diantara kita yang kurang memghormati tetangganya. Sehingga tidak sedikit yag berujung permusushan, padahal tinggal bersebelahan.

 

Selain itu, akhlak yang diajarkan Nabi saw sebagai bukti keimanan seseorang adalah memuliakan tamu. Baik yang diundang maupun yang tidak diundang; tamu yang datang dadakan maksudnya- bukan maling-.

 

Batas Tamu itu tiga hari. Tiga hari tersebut, si tamu dilayani, diperlakukan dengan baik, dan dihidangkan makanan terbaik. Jika lebih dari tiga hari, maka dia menjadi keluarga. Ada adab khusus dalam memperlakukan keluarga.

 

Berkata hanya yang baik juga diajarkan Nabi saw dalam hadis di atas. Yang menarik, Nabi mengajarkan agar kita berkata baik, atau diam. Faktanya hari ini banyak orang tidak dapat menjaga lisannya. Baik yang diucapkan, ataupun yang diupdate di akun sosmednya. Terkadang menyinggung perasaan orang lain, menghina, melecehkan, atau bahkan membuli orang lain.

 

Nabi menyuruh diam, kepada siapapun yang tidak dapat berkata baik. Dalam riwayat yang lain, Nabi saw menegaskan bahwa identitas seorang muslim yang baik itu adalah yang orang lain selamat dari ucapannya yang buruk dan perbuatannya yang tercela.

Baca juga:  Cinta Ramadhan 23: Berbagi Hadiah

 

Diam bukan berarti mendiamkan. Dalam hal kemungkaran, Nabi saw mengajarkan kita untuk memperbaikinya,baik dengan tangan kita atau kekuasaan yang kita miliki, dengan perkataan kita jika mampu, atau dengan mengingkari perbuatan kemungkaran tersebut.

 

Mengikuti Nabi saw dengan mengamalkan sunnah-sunnahnya diperintahkan dalam Al-Qur’an. Sudah seyogyanya setiap muslim, menjadikan Nabi saw sebagai panutan kehidupan. Dan semoga nanti kita dipertemukan dengan Beliau, bersama para sahabat, para Tabi’in, dan para orang-orang shaleh lainnya.

 

Wallahu A’lam.

Cecep Supriadi

Pembangun Komunitas Halal Mart HPAI: Penyedia dan Pemasar Produk Halal Berkualitas

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar