Santri Cendekia
Home » Cinta Ramadhan 28: Tanda Kiamat

Cinta Ramadhan 28: Tanda Kiamat


حَدَّثَنَا عَيَّاشُ بْنُ الْوَلِيدِ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيَنْقُصُ الْعَمَلُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّمَ هُوَ قَالَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ

 

Telah menceritakan kepada kami ‘Ayyasy bin Al Walid Telah mengabarkan kepada kami ‘Abdul A’la telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri dari Sa’id dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (tentang tanda-tanda kiamat); “Jaman terasa ringkas, amal shalih berkurang, kebakhilan merajalela, fitnah (maksiat) dinyatakan secara terang-terangan, dan banyak al haraj.” Para sahabat bertanya; ‘Ya Rasulullah, apa maksud istilah al haraj? ‘ Nabi menjawab “Pembunuhan-pembunuhan.”

 

Hadis ini diriwayarkan Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Al-Fitan, Bab Zhuhur al-Fitan, dengan nomor 6537 versi Al-‘Alamiyah.

 

Pesan yang dapat disarikan dari hadis ini tentang tanda-tanda kiamat; (i) Jaman/ Waktu terasa ringkas, (ii) Berkurangnya amal shaleh, (iii) Menyebarnya sifat bakhil/pelit, (iv) maksiat terang-terangan, (v) Banyaknya pembunuhan.

 

Hadis ini termasuk hadis prediktif; hadis futuristik, tentang tanda-tanda kiamat. Dan nampaknya sebagian atau mungkin hampir semua sudah terbukti terjadi.

 

Pertama, Waktu terasa ringkas. Dari waktu ke waktu, hari ke hari, pekan ke pekan, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun memang terasa sangat ringkas. Bulan Ramadhan saja, yang baru kemarin hadir, belum sempat kita jamu sebaik mungkin, belum sempat totalitas kita beribadah, nanti Maghrib sudah siap untuk pergi. Entah kita punya kesempatan bertemu lagi atau tidak. Seandainya kita mengetahui apa yang terdapat pada Bulan Ramadhan, kita berharap seluruh bulan itu memiliki kemulian Ramadhan.

Baca juga:  Cinta Ramadhan 18: Bersilaturahimlah, Kamu Sehat!

 

Kedua, amal shalih berkurang. Acap kali kita temukan beberapa saudara muslim mengabaikan kemuliaan Ramadhan. Padahal bulan ini adalah bulan penuh kebaikkan. Namun, sebagian disibukkan oleh urusan yang tidak produktif. Baik produktif untuk kepentingan duniawi ataupun produktif untuk kepentingan ukhrawi. Sehingga berkuranglah amal shalih. Berkurang kebaikkan meski yang terkecil. Mereka juga enggan memanfaatkan waktu untuk ibadah; individual maupun sosial. Enggan pula menghiasi hari-harinya dengan amal yang penuh manfaat. Sayang seribu sayang.

 

Ketiga, kebakhilan merajalela. Zaman ini banyak orang kaya, namun bakhil. Meski masih banyak juga orang kaya yang dermawan. Bakhil terhadap orang lain, padahal Allah swt tidak pernah bakhil kepada dirinya. Karena sifat bakhil mendera beberapa orang kaya, akhirnya ketika saudara meminta bantun, dia enggan memberi. Ketika ada yang membutuhkan, dia tidak peduli. Nabi saw dalam salah satu riwayat, memohon perlindungan dari sifat bakhil; pelit.

 

Bahkan, di bulan Ramadhan yang penuh kebaikkan dan dianjurkan banyak bersedekah saja, si kaya bakhil enggan bersedekah. Naudzubillah.

 

Keempat, maksiat terang-terangan. Ini sudah sangat nampak di mata kita. Orang pacaran di Taman itu biasa. Berduaan memadu kasih bahkan ketahap zina. Selain itu, praktik ribawi dianggap solusi masalah ekonomi. Bank keliling biasa disebut Rentenir hadir di desa-desa. Bahkan, ustadz masyarakat tidak mampu berbuat apa-apa, hanya dapat mengingkari di hatinya.

 

Apalagi bulan Ramadhan, yang seharusnya menjadi bulan pertaubatan, masih saja ada saudara kita yang tidak peduli. Baginya Ramadhan ataupun bukan Ramadhan sama saja. Sehingga, tidak puasa pun berbangga-bangga.

 

Rok mini dan pakaian dada terbuka mudah dijumpai. Di tivi-tivi, dunia maya, ataupun di dunia nyata marak berkeliaran. Hilangnya rasa malu pemakainnya. Padahal wajahnya ga cantik-cantik amat. Tapi, karena ingin dilihat, akhirnya berani buka-bukaan.

Baca juga:  Cinta Ramadhan 14: Sepuluh Akhir Ramadhan

 

Maksiat terang-terangan. Tidak ada rasa malu lagi. Kalo Imam Syafii tidak sengaja melihat betis wanita kemudian lupa hafalannya, beliau bertaubat sejadi-jadinya. Lah kita, jangankan betis, paha gratis saja mudah terlihat. Mestinya, kita lebih banyak dan lebih serius lagi taubatnya.

 

Anehnya, pelaku maksiat itu terkadang paling heboh kalo udah lebaran. Tambah kacau lagi, merusak makna takbiran. Petasan dinyalakan, dar der dor dijalanan. Naudzu billah. Mungkin karena setan dilepas dari belenggunya pada malam takbir, akhirnya malam takbir kehilangan kekhidmatannya.

 

Kelima, pembunuhan. Nampaknya, tanda kelima ini pula sudah terbukti. Di berbagai media, liputan pembunuhan menjadi menu utama. Belum lama terdengar berita pembunuhan yang diawali perkosaan. Pembunuhan dengan sangat sadis tanpa kasihan. Ada pacar membunuh pacarnya. Ada suami bunuh istrinya. Ada istri bunuh suaminya. Bahkan ada anak membunuh ibu kandungnya, hanya disebabkan tidak diberi uang jajan.

 

Tanda kiamat pada hadis di atas sudak nampak dengan jelas. Artinya, tinggal menunggu munculnya tanda-tanda yang lain.

 

Pada akhir Ramadhan ini. Kita berdoa agar husnul khatimah. Mengakhiri Ramadhan dengan penuh kebaikkan. Dan menjadikan aktivitas terbaik kita selama Ramadhan, menjadi kebiasaan kita sehari-hari; Shalatnya, shaumnya, tilawahnya, sedekahnya, dan semua aktivitas kebaikkannya.

 

Wallahu A’lam

Cecep Supriadi

Pembangun Komunitas Halal Mart HPAI: Penyedia dan Pemasar Produk Halal Berkualitas

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar