Santri Cendekia
Home » Demonologi Islam: Apa, Siapa, dan Bagaimana?

Demonologi Islam: Apa, Siapa, dan Bagaimana?

Oleh: Muhamad Agung Budiarto

Istilah demonologi boleh jadi masih dianggap asing dikalangan pelajar apalagi awam. Pengarang buku Demonologi Islam (2000) Asep Syamsul mengatakan bahwa istilah demonologi adalah bahasa yang hanya akan ditemukan didalam kamus-kamus Bahasa Inggris. Seperti Kamus Inggris-Indonesia karya John M. Echols dan Hassan Shadily, memasukkan kata demon yang berarti setan, iblis, jin dan orang-orang keranjingan terhadap sesuatu.

Oleh Collins Concise, demonology diartikan sebagai study of demons (studi tentang setan, iblis, atau hantu). Sedangkan kata demon sendiri memiliki arti setan atau seseorang yang melakukan kekejaman diluar batas kewajaran. Arti lebih lengkap dapat ditemukan dalam Merriam Webster’s Collegiate Dictionary (1993), arti demonology merujuk kepada (1) the study of demons or evil spirit , (2) belief in demons: a doctrine of evil spirit, dan (3) a catalog of enemis.

Demonologi dalam kacamata kontekstual dan faktual dapat difahami sebagai sebuah perekayasaan yang dilakukan secara sistematis untuk menempatkan sesuatu agar dipandang sebagai ancaman yang sangat menakutkan. Semangat narasi tersebut meng-amini upaya untuk membasmi, memusuhi dan memaksimalkan tindakan perlawanan. Dalam disiplin ilmu komunikasi, istilah demonolgi ini masuk dalam wacana labelling stori. Sebagaimana upaya media barat mengggunakan teori ini untuk memberikan label negatif kepada Libya sebagai negara pemasok teroris internasional, hanya karena memiliki kepentingan yang berbeda dengan USA. Barat mengajar warga dunia untuk memusuhi dan melawan Libya. Akhirnya citra Libya menjadi sangat begitu buruk, dianggap sebagai ancaman mematikan dan menumbuhkan stigma negatif lainnya.

Ketika kata demonologi Islam diangkat dalam sebuah wacana pemikiran, maka itu artinya “penyetanan atau pen-iblisan Islam”. Apabila difahami secara faktual berati upaya perekayasaan sistematis untuk menempatkan Islam dan umatnya agar dipandang sebagai ancaman yang sangat menakutkan. Tentunya ini semua merupakan agenda Barat untuk melawan Islam. Demonologi Islam menjadi salah satu srategi barat untuk menjegal kekuatan Islam yang mereka sebut sebagai the Green Menace (Bahaya Hijau).

SIAPA PELAKUNYA ?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita merujuk kepada Al-Qur’an. Dalam Q.S Al-baqarah[2]: 120 Allah menerangkan kemurkaan orang-orang Yahudi dan Nashari kepada Islam. mereka adalah komunitas yang tidak akan pernah merasa senang kepada Islam, meskipun beratus-ratus tahun hidup damai dan sejahtera dalam naungan panji Islam. Al-Attas menjelaskan bahwa, sebelum datanya Risalah Islam, Kristen menjadi satu-satunya agama yang mempunyai potensi menjadi agama universal. Namun risalah Muhammad Saw menggurkan poros doktrin ke-universalan Kristen. Belum lagi catatan Al-Qur’an menyatakan bahwa Kristen yang sekarang berbeda dengan kristen generasi awal. Al-Qur’an banyak membongkar ajaran-ajaran orisinil Kristen yang telah didistorsi oleh pihak gereja. Itulah awal dari Clash and Civilitation antara Islam dan Kristen

Baca juga:  Debat Karet Tentang Toleransi

Masih dalam surat yang sama, pada ayat 217 Allah mengabarkan bahwa orang-orang yahudi dan Nashrani tidak akan berhenti memerangi Islam sampai umat Islam murtad. Arti memerangi di sini bukan berarti mengangkat senjata, namun bermakna luas seperti agenda westernisasi yang mengandung budaya dan cara pandang (Worldview) yang bertentangan dengan Islam. Tak tanggung-tanggung, Yahudi dan Nashrani melakukannya secara sistematis dan totalitas. Allah saja sampai menceritakannya di dalam Al-Baqarah[2]: 37

“Sesungguhnya kaum kafir menafkahkan uang (harta) mereka untuk menghambat (orang) dari jalan Allah. Mereka akan terus menafkahkan harta itu kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan…”.

Orang kafir saja totalis, bagaimana dengan kita yang jelas-jelas berada di jalan Allah!

Jadi sudah sangat jelas siapa pelaku demonologi Islam tersebut. Sebelum ada penelitian kaum intelektual, Allah sudah lebih dahulu mengabarkannya.

MOTIF DEMONOLOGI

Istilah “Barat” itu bukan semata-mata menunjuk komunitas agama dan negara-negara yang berada di sisi Barat dunia Islam. Harus difahami yang dimaksud Barat itu adalah sebuah Peradaban yang yang dibentuk oleh faktor esensial seperti tradisi filsafat dan cara pandang Yunani-Romawi, hukum ketatanegaraan Romawi dan unsur kepercayaan Yahudi-Kristen (Al-Attas: 1978). Semua unsur tersebut berevalusi menjadi sebuah cara pandang (Worldview) yang digunakan untuk mengembangkan politik, intelektual dan seluruh aktivitas keduniaan sehingga melahirkan apa yang disebut sebagai peradaban Barat. Berkaitan dengan worldview Barat ini, Anton Ismunanto tegas mengatakan bahwa peradaban Barat adalah peradaban yang lahir dari worldview yang rumit (Ismunanto: 2018)

Meskipun motiv permusuhan Barat untuk Islam sudah membentang sejak ribuan tahun yang lalu, akan tetapi konflik Islam vs barat ini kembali naik kepermukaan sejak kolapsnya Uni Soviet. Dunia Barat menatap kekuatan Islam bakal meredupkan peradaban yang mereka bangun selama ini. Isu Clash tersebut sampai kepada titik klimak saat peristiwa 11-11-2001, di mana dua gedung yang menjadi simbol ekonomi Amerika dalam hitungan sekejap rata dengan tanah. George W. Bush mempunyai ambisi besar menyudutkan Islam sebagai musuh dunia. Samuel P. Hutington, dalam tesisnya telah memprediksi akan adanya benturan peradaban antara Islam dan Barat. Oleh karena itu menurut Prof Hamid Fahmi Zarkasyi mengatakan bahwa teori Huntington benar-benar terjadi setelah peristiwa hancurnya gedung WTC (Hamid:  2012).

Baca juga:  Pembaruan Kurikulum Pendidikan Tradisional al-Azhar Mesir (1)

Asep Syamsul, dalam bukunya Demonologi Islam, Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam (2000), setidaknya ada 2 alasan kenapa Barat memilik Islam sebagai musuh utamanya.

Pertama,  Dendam Historis, selama berabad-abad barat bertekuk lutut dibawah panji Islam. Takluknya Barat dalam sejarah perang salib (1291 M), menjadi mimpi buruk masyarakat Barat.  Jatuhnya Romawi dan Persia ditangan Umar bin Khattab, Yerussalem oleh Sholahudin Yusuf Al-Ayyubi, dan Kontantinople oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Puncaknya sampai masa Kesultanan Turki Utsmani yang kemudian runtuh pada tahun 1924 M.

Kedua, Kesalahfahaman Masyarakat barat dalam memahami Islam. hal itu terjadi karena masyarakat barat pada umumnya memahami Islam dari buku-buku orientalis. Padahal tujuan orientalis tidaklah netral, kegiatan keilmuannya menkaji Islam merupakan bagian daripada demonologi Islam. selain itu juga ada motif-motif politis dan ambisi kepentingan Barat itu sendiri. karena pandangan berat sebelah seperti itu citra Islam menjadi sangat buruk. Islam disetankan, di-ibliskan, identik dengan kekerasan , kebencinganm keterbelakangan dll.

Bukan hanya orientalis, media masa menjadi senjata efektif untuk melakukan demonologi. Seperti dalam pengemasan berita yang cenderung memojokkan Islam, seperti isu terorisme, radikalisme, ekstrimisme dan narasi-narasi negatif lainnya. Narasi-narasi negatif itu berdampak apa yang disebut sebagai Islamophobia. Jadi kesimpulannya isu Islamophobia itu adalah salah satu hasil dari demonologi Islam oleh Barat. Parahnya, konsumsi isu itu bukan hanya diperuntukkan untuk masyarakat Barat itu sendiri, akan tetapi juga masyarakat Islam sehingga takut dengan agamanya sendiri.

Belum lagi strategi yang lain seperti dengan (1) menciptakan kondisi ketergantungan kepada Barat. Seperti bantuan pinjaman, militer,tenaga ahli dll, namun semuanya dalam kuasa dan tekanan Barat. (2) Penanaman rasa permusuhan dan saling curiga diantara negara-negara Islam (politik pecah-belah). Dalam konteks di Indonesia pernah dilakukan oleh Snouck  Hurgronye untuk memecah-belah masyarakat Aceh. Di wilayah Timur seperti meletusnya Iran-Irak, Irak-Kuwait, Irak-Arab Saudi, Arab Saudi Iran, Mesir-Sudan, Taliban-Iran, merupakan korban devide et impere oleh Barat. (3)Pencegahan senjatan Nuklir di negara-negara Islam. Padahal Barat juga memilikinya. (4) Peredaman dan pembasmian kekuatas Islam. lebih khusus yang sifatnya gerakan politik seperi Hamas, Hizbullah, Ikhwanul Muslimin dll.

Baca juga:  Dari Demokrasi Islami ke Demokrasi Muslim: Memahami Perubahan dalam Pemikiran Politik Islam (2)

Sesungguhnya masih banyak lagi turunan dari demonologi Islam. Seperti melalui progam Ghazwal Fikr yang menjadi strategi perang paling jitu untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya. Progam itu meliputi (1) Tasykik, yaitu gerakan yang berupaya menciptakan keraguan umat Islam terhadap agamanya. Bentuknya seperti memberikan kritik keras bahwa Hukum Islam itu tidak relevan dengan tuntuan zaman, atau mempropoganda bahwa hukum pidana Islam berlawanan dengan HAM. (2) Tasywih, meredupkan rasa bangga terhadap Islam dengan memanfaatkan media untuk menebar citra negatif kepada Islam, (3) Tadzwib, pelarutan budaya dan pemikiran, dan (4) Taghrib atau westernisasi, mendorong umat Islam untuk mengikuti budaya, cara pandang (worldview) seperi sekularisme, rasionalisme, dan sebagainya

Begitu totalitas upaya Barat melakukan progam demonologi untuk Islam. Lantas bagaimana dengan kita yang bahkan merasa tidak ada apa-apa dan biasa-biasa saja ?

Wallahu A’lam.

*Tulisan ini banyak disarikan dari buku Demonologi Islam karya Asep Syamsul

Avatar photo

Redaksi Santricendekia

Kirim tulisan ke santricendekia.com melalui email: [email protected]

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar