Santri Cendekia
Home » Dihya Al-Kalby, Ketika Artis dan Boy Band Koreamu bagai Remah-remah Rempeyek

Dihya Al-Kalby, Ketika Artis dan Boy Band Koreamu bagai Remah-remah Rempeyek

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

           Adalah seorang sahabat Rasulullah yang wajahnya sering di gunakan jibril as ketika menemui Rasulullah ‘alaihi wa sallam dalam wujud manusia, Dihya bin Khalifah Al-Kalby namanya. “Malaikat Jibril mendatangi Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dengan rupa Dihya Al-Kalbi” (HR An-Nasa’i). Beliau memang memiliki ketampanan wajah di atas rata-sata. Hal ini bisa kita ketahui dari Ibnu Hajar yang menukil riwayat dari Ibnu ‘Abbas, “Jika Dihya masuk Kota Madinah, tidak ada seorang pun gadis kecuali keluar untuk melihatnya.”.

Keutamaan beliau yang lainnya adalah, beliau masuk islam sebelum perang Badar. Dalam tulisannya, Ustad Budi Ashari menggambarkan beliau, Pemuda ini hadir dari kalangan bangsawan. Keahliannya yang mumpuni dalam bidang perdagangan membuatnya semakin sempurna di mata wanita. Bayangkan tiga kelebihan ada pada seorang pemuda: Ketampanan, kecerdasan bangsawan dan kemapanan bisnis.

Bayangkan, jika ada remaja di jaman ini dengan kondisi seperti Dihya, tampan, kaya, digandrungi wanita. Kemungkinan besar jadi pemuda macam apa dia? Artis sinetron kah? Playboy? Remaja yang menghabiskan waktunya bergelimang syahwat dan menghabiskan waktunya di pub-pub malam? Atau bahkan jadi boy band?

Dihya berbeda, beliau adalah seorang pemuda potensial yang tumbuh dalam tarbiyah nabawiyah. Kondisinya yang begitu strategis untuk merengguk berbagai syahwat dunia, tidak menjadikan dia pemuda yang hidup dengan arah tak menentu. Kita bisa ukur bagaimana kualitas diri dihya dari kisahnya menjadi utusan menghadap heraclius. Kisah ini dipaparkan Ustad Budi Ashari dalam web parenting nabawiyah asuhannya.

Dihya: Wahai Kaisar, saya diutus oleh orang yang lebih baik anda. Dan Yang Mengutusnya lebih baik dari dia dan dari anda. Maka dengarkan dengan kerendahan kemudian penuhilah dengan mengambil manfaat. Karena jika anda tidak merendahkan diri, anda tidak akan paham. Dan jika tidak memenuhinya dengan mengambil manfaat, anda tidak akan adil (dalam menilai).

Kaisar Romawi: Berikan!

Dihya: Apakah anda tahu, kalau al Masih Isa dahulu melakukan shalat?

Kaisar: Ya, saya tahu

Dihya: Saya mengajak anda untuk menuju Dzat yang disembah Al Masih dalam shalatnya dan aku mengajakmu menuju Dzat yang mengatur langit dan bumi saat Al Masih masih ada di perut ibunya. Aku mengajakmu kepada Nabi yang Ummy (tidak bisa baca tulis) yang telah dikabarkan oleh Musa dan kemudian Isa. Dan anda mempunyai ilmu yang terang benderang yang tak perlu lagi kehadiran fisik dan berita lain. Jika anda memenuhi seruan ini, maka anda berhak mendapatkan dunia dan akhirat. Jika tidak, maka akan hilanglah akhiratmu dan dibagilah duniamu. Dan aku tahu, engkau mempunyai Tuhan yang mampu menghancurkan para penguasa dzalim dan mampu mengubah kenikmatan.

Mendengarkan kalimat penuh makna yang dalam dan penuh kekuatan itu, Kaisar segera mengambil surat dari tangan Dihya, kemudian dia letakkan di keningnya, kepalanya dan diciumnya.

Baca juga:  [Download] Tuntunan Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid-19

(Lihat As Siroh An Nabawiyah wad Da’wah fil ‘Ahdil Madani, Ahmad Ahmad ‘Allusy dan Sufara’ An Nabiy, DR. Mukhtar al Wakil)

Sangat terasa kental keberanian Dihya yang tak goyah sedikitpun. Tak ada demam panggung walau bicara di hadapan penguasa paling besar di bumi saat itu. Tak ada beban sama sekali.

Selain itu, terasa betul kecerdasannya. Kecerdasan kalimat dan kecerdasan isi. Pembukaan kalimat sangat cerdas. Sangat menguasai pendengar. Dihya sangat tahu berhadapan dengan Pembesar Romawi yang beragama Nasrani dan memahami al Kitab.

Dihya bahkan sangat cerdas menabrak keyakinan trinitas Nasrani dengan satu kalimat saja:

Saya mengajak anda untuk menuju Dzat yang disembah Al Masih dalam shalatnya dan aku mengajakmu menuju Dzat yang mengatur langit dan bumi saat Al Masih masih ada di perut ibunya.

Sungguh cerdas. Karena walaupun Islam dan Kristen tidak sepakat tentang ketuhanan Isa, tetapi keduanya sepakat bahwa Isa dilahirkan oleh wanita suci Maryam/Maria. Dari pintu inilah Dihya masuk. Saat Isa masih dalam rahim, siapa yang mengendalikan langit dan bumi ini. Pasti ada Tuhan yang mengendalikan dan mengaturnya.

Maka risalah Islam yang disampaikan Dihya sangat mengena. Dihya mengajak Kaisar untuk beribadah hanya kepada Yang Mengatur langit dan bumi saat Isa masih dalam rahim dan Dzat Yang Disembah Isa saat shalat (lagi-lagi, tema shalatnya Isa disepakati oleh Islam dan Nasrani).

Dihya juga sangat paham bahwa Kaisar mengetahui akan kehadiran Nabi terakhir yang ciri-cirinya sangat terang benderang tertulis dalam Taurat dan Injil. Dan salah satu ciri kuatnya adalah Ummy (tidak bisa baca tulis).

Kalimat-kalimat cerdas Dihya meluncur menembus hati Kaisar. Sehingga surat mulia yang ditulis oleh Rasulullah pun diciumnya.

Baca juga:  Hadis Kontradiktif, Kausalitas, dan Coronavirus

Bahkan setelah Kaisar berdialog panjang dengan Abu Sufyan yang sedang berdagang di Syam (untuk mencari informasi), Kaisar tidak bisa menyembunyikan bahwa semua ciri Nabi terakhir benar ada pada Nabi Muhammad,

Jika semua yang kamu katakan benar, maka dia (Nabi itu) akan menguasai tempat berdirinya kedua kakiku ini. Aku tahu ia akan keluar, tetapi aku tidak menduga kalau ia hadir dari kalian. Kalauaku bisa sampai kepadanya, aku akan berupaya untuk menemuinya. Dan kalau aku ada di sisinya, pasti aku cuci kedua kakinya. (Ar Rahiq Al Makhtum)

Maka, Dihya pun dimuliakan di tanah Romawi. Dan pulangnya diberi hadiah-hadiah oleh Kaisar untuk disampaikan kepada Rasulullah. Walau hidayah tidak menembus hatinya. Setidaknya Dihya, pemuda itu telah melakukan tugas sangat besar dan sukses!

Pemuda yang tampan, mapan, cerdas, pemberani, sholeh dan pengemban risalah kebesaran.

Ditunggu Dihya-Dihya berikutnya!

Pemuda dengan kesempurnaan hidup dan kebesaran karya![1]

Inilah Dihya, yang menjadikan artis-artis drama Korea dan boy bandmu bagai remah-remah rempeyek.

Allahu a’lam bishshawab

referensi:

[1] http://www.parentingnabawiyah.com/

 

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar