Santri Cendekia
Home » Doa yang Memenuhi Segala Hajat (Al-Baqarah 200-202 part 2)

Doa yang Memenuhi Segala Hajat (Al-Baqarah 200-202 part 2)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membanggakan) nenek moyang kamu bahkan berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan di akhirat nanti dia tidak memperoleh bagian apa pun(200). Dan di antara mereka ada yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka”(201). Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan; dan Allah Mahacepat perhitungan-Nya(202).  (Al-Baqarah: 200-202)

 

            Beginilah cara orang beriman berdoa dan memandang prioritas kebutuhan hidupnya. Pertama, mereka memohon kebaikan untuk dunianya. Islam tidak pernah menganjurkan kehidupan rahbaniyyah (kerahiban). Dimana manusia benar-benar mengharamkan dunia baginya. Bahkan Allah ‘Azza wa Jalla pun pernah menegur Rasulullah Shalallahu ‘alihi wa Sallam dalam surat At-Tahrim : 1 ketika Rasulullah mengharamkan madu untuk diri beliau demi mendapatkan ridho dari istri-istrinya yang mulia yang terbakar cemburu. Rasulullah juga pernah menegur 3 orang sahabat yang tidak ingin menikah, berpuasa tanpa berbuka, salat malam tanpa tidur. Dunia itu adalah jembatan menuju akhirat, tidak akan selamat kita sampai di akhirat apabila kita tidak selamat di dunia.

            Selain itu, dari awal manusia lahir di dunia ini dengan dua fungsi utama. Sebagai seorang hamba (Adz-Dzariyat : 56), dan sebagai seorang Khalifah yang bertugas untuk memakmurkan bumi (Al-Baqarah : 30). Bagaimana mungkin kita bisa memakmurkan bumi dengan tauhid, jika kita mengharamkan diri dari dunia, lalu dunia dikuasai oleh orang-orang kafir dan fasiq. Bukankah itu yang terjadi kepada ibu pertiwi kita? tanah, kekuasaan, dan kekayaan alam kini banyak berada di tangan orang-orang zalim, sehingga pada akhirnya kita pun susah untuk mengimplementasikan hukum-hukum islam dengan baik di Negara ini. Imam Al-Ghazali pernah berkata, jika di suatu daerah tidak ada satupun orang yang menguasai ilmu sandang, maka saat itu ilmu sandang menjadi wajib bagi daerah itu. Karena bayangkan jika semua baju dibuat oleh orang kafir? Kita akan sulit mendapatkan baju yang bisa menutup aurat dengan baik. Sedang menutup aurat adalah kewajiban bagi muslimin.

Baca juga:  Qarun dan Para Pemujanya (Al-Qasash 79-80)

            Orang-orang yang mengharamkan dunia baginya, maka mereka sudah terjebak dalam sekulerisme. Karena islam menjadikan dunia dan akhirat sebagai dua hal yang integratif dan akan saling mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan sekulerisme memisahkan antara agama dan kehidupan. Itulah mengapa Allah mengajarkan kepada kita melalui Al-Qur’an, setelah kita memohon kebaikan dunia, kita juga memohon untuk kebaikan akhirat Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Sehingga, apa-apa bagian dari hajat dunia yang kita inginkan, itu semua “ujung-ujungnya” untuk kepentingan dan kebaikan akhirat kita.

            Misalnya, memohon ilmu agar bisa membimbing umat kepada Allah dan bukan tujuan-tujuan duniawi yang praktis. Memohon kekayaan agar bisa menjadi tulang punggung ekonomi umat seperti Ustman bin Affan ra dan Abdurrahman bin ‘Auf ra. Merebut kekuasaan agar bisa lebih mudah menegakan tauhid di setiap jengkal tanah yang kita pimpin. Menguasai teknologi demi kehidupan dan hajat rakyat yang lebih baik. Mengenai kenikmatan dunia, Rasulullah pun pernah bersabda, “Ada empat diantara kebahagiaan: istri yang sholihah (baik), tempat tinggal yang luas, tetangga yang sholih (baik), dan kendaraan yang nyaman. Ada empat kesengsaraan: tetangga yang buruk, istri yang buruk, rumah yang sempit, dan kendaraan yang buruk.”(HR. Ibnu Hibban).

            Ternyata dua doa ini belum cukup, kita masih harus memohon satu hal lagi, “dan lindungilah kami dari azab neraka”. Bukankah memohon kebaikan akhirat sudah cukup? Ternyata belum. Ada orang-orang yang akan masuk surga dan menikmati kebaikan akhirat kelak, TETAPI ternyata harus melalui siksa neraka dulu untuk membayar dosa-dosanya. Jangan meremehkan neraka, hanya karena muslim yang mati dalam keadaan islam dijamin surga, tidak berarti kita meremehkan dosa-dosa kita dan berkata, “ah gapapalah dosa dikit, nanti juga masuk surga”, na’udzubillahi min dzalik. Allah telah mengingatkan kita dalam Al-Baqarah : ayat 175 “Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!”.

            Jangan seperti Bani Israil yang berani berbuat dosa dan berkata bahwa neraka hanya akan menyentuh mereka untuk beberapa hari saja. Padahal sehari di akhirat pun, sama seperti 1000 hari di dunia. “sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti 1000 hari perhitunganmu” (Al-Hajj:47). Semoga Allah melindungi kita dari siksa neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu.

Baca juga:  Pemuda, Masa diantara 2 Kelemahan (Ar-Rum 54)

Allahu a’lam bishshawab

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar