Santri Cendekia
Home » Fatih Seferagic; Jadi Hafidz Karena ‘Paksaan’ Ibu

Fatih Seferagic; Jadi Hafidz Karena ‘Paksaan’ Ibu

Ada banyak hal yang dibawa internet ke pangkuan kita di Indonesia ini. Ada yang buruk, ada pula yang ganteng dan hafal al-Qur’an.  Di antara yang ganteng dan hafal al-Qur’an itu, tentu satu yang paling heboh ya Fatih Seferagic. Hafiz berdarah Bosnia-Jerman ini termasuk yang turut membentuk kultur micro-selebrity di kalangan para penghafal al-Qur’an. Kita bisa berdebat panjang lebar soal efek negatif dan positif dari kultur selebriti ini nanti. Di tulisan yang diniatkan setengah click bait ini, mari menelisik karir ke-hafiz-an kang Fatih.

Di akun Facebooknya, Fatih Seferagic merayakan masuknya dekade baru dengan mengingat-ingat porsesnya menjadi seorang hafiz. Ternyata ia menyelesaikan tahfiz tepat sedekade yang lalu. Bagi anda yang lulus TK-nya karena koneksi orang dalam, sedekade itu 10 tahun. Ada sebuah fakta unik dibalik karir kehafizan Fatih. Di laman wikipedia yang kami curigai keras ditulis oleh seorang ughtea[1] itu, tertulis demikian;

“Sosoknya yang menjadi idola kaum hawa karena berparas tampan serta berakhlak Shalih dan menjadi seorang Hafidz Qur’an di negara Amerika yang budaya nya sangat jauh berbeda dengan dirinya. Ia sedari kecil sudah menghafal Qur’an yang dimana kini ia telah Khatam atau Hafidz 30 Juz berkat kiat usaha, kemauan dan motivasi diri sendiri.[2]

Well, gues what ukhti? Anti salah total! Yang menjadi hafiz karena motivasi sendiri itu si Ilham Ibrahim. Meskipun mungkin dia belum sampai maqom hafiz youtuber. Fatih malah mengaku awalnya menghafal bukan karena keinginannya. Itu bukanlah “the life I wanted”. Menjadi seorang hafiz adalah keinginan sang ibu. Lagi-lagi mengutip status mas Fatih, “memorizing the Quran was the life my mother chose for me”. Ia bahkan menggunakan kata “pushed” untuk menggambarkan bagaimana ibundanya tercinta ‘memaksa’ Fatih muda untuk menjadi hafiz.

Oleh karenanya, Fatih sangat berterimakasih pada ibunya. Memang memilih jalan yang ditunjukan ibu kadang-kadang awalnya tak terasa kebaikannya. Tapi tunggulah hasil indahnya. Jika itu memang jalan yang diridhai Allah, tidak secara diametral menentang syaria, maka usul ibunda dalam perjalanan karir kita sangat patut dipertimbangkan. Apalagi jika kamu masih muda belia, ikutlah nasehat ibumu. Fatih Seferegic juga menjadi pelajaran bagi para ibu; tuntunlah anakmu dengan ikhlas menuju jalan akhirat, insyaallah dunia akan mengikut.

Baca juga:  Merawat Khazanah Turats: Warisan Muhammad ‘Abduh yang Terlupakan

Dan untuk para ukhti, pelajaran pentingnya adalah bahwa Fatih Seferegic ini sudah pernah menikah, lalu cerai, dan menikah lagi. Ia juga mengaku banyak melakukan kesalahan. Jadi tentu dia adalah manusia biasa. Tentu banyak khilaf. Jadi diidolakan sekadarnya saja, ya. Untuk saya, rajinlah menulis, konsentrasilah menyelesaikan proposal, jangan malah bikin artikel seperti ini. tapi ya, insyaallah ada manfaatnya juga. Iya nggak si?

Maaf ya.

[1] Menurut Mortimer J Adler, pengamat gerakan pop-Islamisme di Indonesia setelah tumbangnya rezim Orang Baik, terma Ughtea berbeda dari ukhti. Ughtea adalah sejenis Islamiswati yang masih belum bisa melepaskan feature-feature budaya pop pada caranya melihat dan merespon isu-isu sosio-ekonomi global. Adapun ukhti, berarti saudara perempuanku. Ya itu aja artinya. Kalau mau menyebut muslimah, ya sebut muslimah aja, itu lebih nyunnah dan ada dalilnya! Eh, afwan, akhi.

[2] Anonim (kemungkinan besar ughtea), Fatih Seferegic, https://id.wikipedia.org/wiki/Fatih_Seferagic. Diakses 01/01/20

Ayub

Mengejar impian sederhana, menjadi pecinta semesta.

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar