Santri Cendekia
Home » Hari Akhir dan Penguasanya (Al-Fatihah 4)

Hari Akhir dan Penguasanya (Al-Fatihah 4)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

Yang Merajai Hari Kiamat (Al-Fatihah : 4)

 

       Pada Al-Fatihah ayat 1-3 Allah ‘azza wa jalla menjelaskan tentang diri-Nya. Maka maksud ayat ke-4 ini pun adalah Allah-lah Yang Merajai/ Menguasai hari kiamat. Kita tahu bahwa Al-Fatihah adalah Ummul Qur’an. Surat yang juga wajib di baca setiap rakaat pada salat-salat wajib dan sunnah kita. Maka isi yang terkandung dalam surat ini tentu merangkum isi-isi pokok dari Al-Qur’an.

         Di dalam ayat ini, Allah mengingatkan kita bahwa Allah lah yang kelak akan menjadi Raja dari hari kiamat. Ada dua hal penting yang perlu menjadi perhatian kita di sini, yaitu Allah sebagai Penguasa Hari kiamat dan Hari kiamat itu sendiri.

          Mengingat Allah sebagai Penguasa Hari Kiamat hendaknya bisa menanamkan perasaan Khouf (takut) di dalam hati kita. Bahwa kelak, di hari akhir, ada Dzat Yang akan menjadi Penguasa dan Hakim Tunggal. Dzat yang tidak bisa diintervensi keputusan-Nya, tidak bisa dikelabui pengetahuan dan penglihatan-Nya, tidak bisa diakali dengan retorika kita, tidak bisa disuap, dan juga tidak akan memberikan keringanan hanya karena kita mengiba atas kesalahan-kesalahan kita. Pengadilan di hari itu juga akan menggunakan “aturan main”-Nya. Bukan mulut kita lagi yang akan berbicara, tapi seluruh anggota tubuh kita. Sudah cukup mulut kita ini banyak berdusta.

        Dzat yang hendaknya membuat kita senantiasa ingat, bahwa sehebat dan sebesar apapun kekuasaan kita, semua itu akan berakhir ketika hari pengadilan. Sebanyak apapun kekayaan kita, tak akan lagi berguna ketika hari pengadilan. Maka janganlah segala macam kelebihan dan kekuasaan kita, dibuat untuk menimbulkan kerusakan di muka bumi dan melakukan berbagai kezaliman terhadap manusia. Karena kelak di hari itu Allah akan memanggil siapa-siapa manusia yang berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Abdullah bin ‘Umar dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda: ‘Pada hari kiamat kelak, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melipat langit. Setelah itu, Allah akan menggenggamnya dengan tangan kanan-Nya sambil berkata: ‘Akulah Sang Maha Raja. Di manakah sekarang orang-orang yang selalu berbuat sewenang-wenang? Dan di manakah orang-orang yang selalu sombong dan angkuh? ‘ Setelah itu, Allah akan melipat bumi dengan tangan kiri-Nya sambil berkata: ‘Akulah Sang Maha Raja. Di manakah sekarang orang-orang yang sering berbuat sewenang-wenang? Di manakah orang-orang yang sombong? “ (HR Muslim 4995).

Baca juga:  Merawat Khazanah Turats: Warisan Muhammad ‘Abduh yang Terlupakan

    Mengingat hari kiamat, hendaknya bisa menanamkan sikap taqwa dalam hidup ini. Karena kelak akan dibentangkan panjang-panjang seluruh amalan hidup kita, dari yang yang paling baik hingga yang paling buruk sekalipun. Hingga kita pun bingung, buku macam apa itu, tak ada rekaman amal kita yang tertinggal. Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.” (Al-Kahfi : 49).

            Korupsimu yang miliaran hingga yang recehan semua akan terekam. Zalim mu dari yang sengaja hingga yang tak sengaja semua pun terekam. Sakit hati saudaramu yang kecil hingga yang besar semua terekam. Amalmu yang ikhlas hingga yang riya’ akan terekam. Niatmu yang baik hingga yang jahat juga semua akan terekam. Tak ada secuil pun amal yang lolos di dalam catatan itu. Semua akan Allah bongkar di hari itu.Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al-Zalzalah 7-8).

          Satu hal yang juga menarik mengenai yaumiddin yang dimaksudkan sebagai hari kiamat pada ayat ini adalah bahwa hari kiamat memiliki banyak nama. Tapi di dalam ayat ini, Allah memilih menggunakan kata “yaumuddin” yang terdiri dari kata yaumun (hari) dan ad din (agama). Hikmahnya agar kita paham, bahwa yang akan menjadi perhitungan utama bagi kita di hari itu adalah tentang bagaimana kita beragama selama kita hidup. Di hari itu juga yang akan benar-benar menjadi manfaat bagi kita adalah amal-amal yang kita lakukan untuk din kita maupun dalam koridor din kita, yaitu dinul islam. Amal baik dan amal buruk yang dihitung pada saat itu pun menggunakan standar dari agama yang Allah wahyukan kepada Rasul-Nya, agama islam.

Baca juga:  Jangan Dahului Allah, Rasulullah, dan Ulama' (Al-Hujurat 1)

          Maka orang kafir, meski seluruh bumi emasnya, dan ia infakan untuk orang-orang miskin, tak berguna baginya di hari akhirat. Karena infak itu tak ia lakukan atas dasar keimanan terhadap dinul islam. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka“ (Ali Imran 10). Begitupun kita yang islam, sebanyak apapun amal kita, jika tak ikhlas karena Allah, maka itupun percuma karena telah keluar dari koridor yang din kita tentukan, “Sesungguhnya amal tergantung dari niatnya” (HR Bukhari dan Muslim).

            Maka jika ingin selamat dan tak jadi orang yang bangkrut di akhirat, berlelah-lelahlah dan bersibuk-sibuklah kita dengan berbagai macam kegiatan dan aktivitas hidup yang dapat bermanfaat untuk hari akhirat dan agama kita.

 

Allahu a’lam bishshawab

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar