Santri Cendekia
Home » Kesucianmu, untuk Kesucian Keluargamu

Kesucianmu, untuk Kesucian Keluargamu

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

” Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyah dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Al-Ahzab: 32-33)

 

Ayat ini secara redaksional ditujukan untuk istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Namun secara hikmah dan hukum ini ditujukan untuk seluruh muslimat dan mukminat. Setidaknya ada beberapa perintah khusus untuk wanita yang Allah ‘Azza wa Jalla rincikan dalam ayat ini;

  1. Jangan melemah lembutkan suara dalam berbicara

Allah sudah memberikan peringatan bahwa ketika wanita berbicara dengan lawan jenis yang notabene bukan mahromnya, sambil melemah lembutkan suaranya, bisa membangkitkan syahwat dari pria yang memang terdapat penyakit di dalam hatinya. Di sebuah kampus pernah ada beberapa kasus, penelpon gelap yang diduga memiliki kelainan seksual, sering meneror dan menelpon beberapa gadis-gadis muslimah yang biasa menggunakan hijab lebar hanya untuk menikmati suaranya. Itu berarti suara wanita memang menjadi satu hal yang menarik untuk dieksploitasi bagi mereka yang memiliki syahwat dan birahi yang cukup tinggi.

Oleh karena itu, para wanita, tanpa bermaksud menyerang, mohon mulai sekarang tinggalkan kebiasaan mengeluarkan suara-suara atau tingkah yang bisa memancing syahwat lelaki. Tidak hanya di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Terkecuali kepada mahromnya. “aaaaah”, “iiiiih”, “aaaak”, “akhiiii”, atau masang emoticon senyum manis sampe 100 kali, tidak perlu untuk dikeluarkan lagi. Karena entah ini benar atau tidak, semakin wanita menunjukan sikap “lenje” di hadapan lelaki, biasanya Cuma ada 2 kemungkinannya. Pertama, tanpa sadar nilai wanita tersebut akan menurun di mata lelaki. Kedua, para lelaki merasa bisa berbuat lebih kepada anda. Lebih dalam konotasi yang negatif tentunya.

  1. Ucapkan perkataan yang baik
Baca juga:  Tadabbur Asmaul Husna (Al-Basith & Al-Qabidh)

Fitrah wanita adalah lembut. Relatif lebih lembut dari lelaki. Jadi tentu tidak enak mata dan telinga ini jika mendengar wanita berkata-kata kasar (cowok aja gak enak, apalagi wanita). Apalagi jika yang keluar dari mulut adalah kebun binatang. Penulis pernah ketika makan disebuah restoran, mendengar seorang wanita yang berkumpul dengan teman-temannya mengeluarkan kata-kata yang sangat kotor dan tidak pantas, dari mulai kebun binatang sampai (maaf), kelamin laki-laki.

Selain soal redaksi, purpose perkataan-perkataan yang dikeluarkan wanita juga harus baik. Kembali kepada Al-Hujurat:11 yang sempat dibahas, wanita memang lebih berpotensi sensi kepada sesama dibandingkan laki-laki. Maka sensi itu tidak perlu harus difollow up menjadi tema gosip yang berjilid-jilid.

  1. Berada di rumah

Bab ini akan sangat sensitif di bahas di jaman ini. Apalagi jika yang membahas adalah kaum-kaum feminis. Meskipun ada hadist yang menyatakan, “wanita itu aurat, ketika mereka keluar rumah syaithan menyambutnya” (HR Tirmidzi). Perintah ini adalah penekanan bahwa wanita tidak perlu keluar rumah jika bukan karena alasan yang sangat mendesak dan penting.  Karena kita tahu, “wanita itu perhiasan” (Al-hadist). Yang namanya perhiasan tentu banyak mata menyukainya, bahkan banyak yang ingin memilikinya atau mencurinya.

Lalu apa contoh hal-hal yang tidak penting yang membuat wanita tidak boleh keluar rumah? Misalnya untuk para ibu-ibu, rajin banget nongkrong dan ngerumpi di bangku pinggir jalan. Subhanallah, melihat anak muda nongkrong tiap hari aja bikin mata sakit, lah ini emak-emak? Ya jika ingin ngobrol kan bisa di dalam rumah. Lalu untuk akhwat-akhwat bujangwati, begitupun, jika memang butuh ngobrol dengan teman untuk melepas penat, jangan sering-sering ngeceng di mall atau restoran. Lakukan di tempat khusus yang tidak banyak terekspos khalayak ramai.

  1. Jangan bertabarruj (berhias) ala Jahiliyyah
Baca juga:  Salman Al-Farisi, Inspirasi Para Pencari Ilmu dan Kebenaran

Penampilan jahiliyyah adalah ketika seseorang berpenampilan atau berhias dalam tujuan-tujuan yang tidak dibenarkan oleh syariat. Misal berhias untuk menunjukan kekayaan, berhias untuk menunjukan ‘perhiasan’ tubuh, berhias untuk menonjolkan kekuatan dan kesombongan. Yang paling sering menjadi perhatian dari persoalan penampilan jahiliyyah di jaman modern ini adalah kaum hawa.

Lihatlah di jaman ini, banyak orang yang berpakaian tapi seperti telanjang. Ada yang terang-terangan menunjukan aurat. Ada yang memakai hijab tapi masih pengen terlihat ‘gaul’ hingga fungsi hijab yang harusnya menutup aurat justru sebagai alat untuk menarik mata lawan jenis, ikat kanan kiri tumpuk atas bawah hingga lebih mirip es krim daripada hijab. Memakai hijab tapi baju memperlihatkan lekuk tubuh. Memakai hijab syar’i pun, masih dengan lipstik dan alis yang begitu tebal, pipi dimerah-merahkan. Memakai hijab syar’i, tapi gaya jalan di anggun-anggunkan bak model di karpet merah. Tabarruj Jahiliyyah!

Wahai para wanita dan para istri, jangan sampai anda kumal dan lusuh di depan suami, tapi selalu tampil cantik di mata tetangga dan teman-teman kantormu. Ingat lah sabda Rasulmu, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat, pertama: satu kaum yang memiliki cemeti-cemeti seperti ekor sapi yang dengannya mereka memukul manusia. Kedua: para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka menyimpangkan lagi menyelewengkan orang dari kebenaran. Kepala-kepala mereka seperti punuk unta yang miring/condong. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium wanginya surga padahal wanginya surga sudah tercium dari jarak perjalanan sejauh ini dan itu.” (HR. Muslim no. 5547)

  1. dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya

Setelah itu, para wanita dituntut melaksanakan amal-amal soleh berupa salat, zakat, dan berbagai ketaatan terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Baca juga:  Sanggahan Ibnu Rusyd untuk al-Ghazali

Sebagai penutup ayat ini, Allah memberikan hikmah dari semua aturan yang Allah berikan kepada kaum wanita. “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Menurut Ustad Budi Ashari, di sini letak mukjizat ayat ini. Setelah sebelumnya Allah berbicara menggunakan dhomir “kunna” (kamu untuk wanita), tiba-tiba di kalimat penutup ini Allah melompat langsung ke dhomir “kum” (kamu untuk laki-laki/ umum). Dengan ini, Allah ingin memberikan isyarat, bahwa apabila seorang istri berhasil menjaga kesucian dirinya dengan baik, maka tidak lain karena dia adalah salah satu faktor terbesar dari terjaganya kesucian seluruh anggota keluarganya. Bukankah memang begitu? Tidak mungkin anak yang soleh bisa muncul dari pendidikan seorang wanita yang tidak pandai menjaga kesuciannya. Tidak mungkin seorang suami yang hebat dan penuh karya bisa muncul apabila setiap hari ia digelisahkan oleh sikap istrinya yang tak pandai menjaga diri.

 

Allahu a’lam bishshawab

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar