Aneh rasanya ketika umat Islam selalu dilarang membawa isu SARA dalam pilkada kali ini. Padahal SARA (Suku, Ras, dan Agama) hakikatnya adalah sesuatu yang netral, variabel-variabel yang menentukan keberpihakan seseorang. Sehingga wajar jika jadi bahan pertimbangan bersikap. Termasuk dalam politik. Bahkan, dalam politik Sungguh keberpihakan adalah keniscayaan.
Kami muslimin menganggap sah-sah saja jika umat beragama lain ingin yang menjadi pemimpin mereka adalah orang-orang yang sekufu dengan mereka. Maka sah-sah aja dengan kami muslimin yang ingin pemimpin kami juga seiman dan sekufu dengan kami. Di tambah lagi, hal itupun jadi kewajiban dalam agama kami. Maka mari kita berlomba dengan fair dan tidak perlu saling bersikap hina dengan menghina kitab suci satu sama lain.
Bagi saudaraku muslimin yang masih linglung soal polemik isu SARA ini, mari kita ambil ibrah dari kisah Khalid bin Walid dalam perang yamamah ini. Umat islam terdesak, posisi makin tidak menguntungkan. Pasukan musailamah sudah makin sumringah melihat kondisi muslimin yang makin terjepit. Namun, seorang pria hasil tarbiyah Rasulullah SAW yang tidak akan pernah dilahirkan seorang ibu di jaman manapun lagi, Khalid bin Walid ra, memutar otak dengan cepat, dan TING! Khalid bin Walid pun segera berteriak kepada muslimin, “Wahai muslimin, bersatulah kalian dengan kabilah masing-masing! silahkan berperang dan tunjukan mana kabilah terbaik pada hari ini!” Bagaimana Khalid ini? disaat umat harus bersatu, malah ia pecah dan bangkitkan fanatisme kesukuannya.
Namun.diluar dugaan, pasukan musailamah al kadzab terdesak balik, setiap kabilah tidak ada yang ingin menjadi pecundang ada hari itu. Semua berperang dengan iman dan fanatisme kesukuan yang di lebur dalam nilai-nilai ketauhidan. Tak dapat dielakan lagi, hancur berantakan pasukan musailamah dan akhirnya si Nabi palsu dijemput malaikat maut di hari itu.
Masya Allah! Khalid bin Walid menggunakan isu SARA yang sudah terlanjur terstigmatisasi negatif di jaman ini dengan begitu cemerlang. Khalid, murid langsung Rasulullah, dengan cermat memanajemen isu SARA dalam koridor yang diijinkan oleh syariat. Hingga tak main-main, dengan itu, ia jungkir balikan keadaan. Tak perlu berusaha melarikan diri dari isu SARA. Yang perlu kita lakukan hanyalah menerimah realita keberadaannya, dan memanajemennya hingga ia tidak menjadi sesuatu yang hina dan merusak. Perbedaan harus menjadi pemicu kita untuk berlomba menonjolkan prestasi, bukan saling memusuhi atau menghina prinsip masing-masing.
So, masih mau bingung? silahkan belajar dari Khalid.
Allahu a’lam bishshawab
imgae “Masji Khali bin Walid” didedikasikan bagi kemenangan bliau di perang Yamamah, credit to:
By NouraRaslan – Own work, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=3996957
Tambahkan komentar