Santri Cendekia
Home » Khutbah Idul Fitri 1441 H: Momentum Memperbaiki Kualitas Ibadah di Tengah Musibah

Khutbah Idul Fitri 1441 H: Momentum Memperbaiki Kualitas Ibadah di Tengah Musibah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَه إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا بَيْنَ يَدَىِ السَّاعَةِ  .يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا (۷٠) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

الله اكبر 9 لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد

Keluarga yang saya cintai dan sanak saudara yang dimuliakan Allah swt.

Mari kita awali momen satu syawwal ini dengan sungguh-sungguh menata hati kita untuk senantiasa memuji keagungan Allah dan bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang masih berkenan Ia berikan kepada kita. satu bentuk pujian yang tidak akan kita berikan kepada zat lain selain Allah yang Maha terpuji dan satu bentuk kesyukuran yang tidak pantas dihaturkan selain kepada Zat yang Maha Pemberi Rezki.

Pujian dan rasa syukur ini hendak pula kita iringi dengan upaya memelihara ketaqwaan. Sebab ia adalah manifestasi terbaik atas iman dan islam. Ketaqwaan yang melahirkan perbuatan ihsan (kebaikan) di mana pun dan dalam keadaan apapun. Wasiat ketaqwaan inilah yang menjadi purna wasiat yang telah dipegang teguh oleh para Nabi dan Hamba Allah yang shalih, sebagaimana yang disabdakan Nabi saw,

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحسنةَ تَمْحُهَا، وخَالقِ النَّاسَ بخُلُقٍ حَسَنٍ

“Bertakwalah engkau di mana pun dan dalam keadaan apapun, iringi segala kejelekan  dengan kebaikan yang akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”

الله أكبر الله اكبر لااله الله و الله اكبر. الله اكبر ولله الحمد

Keluarga yang saya cintai dan sanak saudara yang dimuliakan Allah swt

Sungguh musibah covid-19 yang terjadi telah merubah wajah ramadhan kita tahun ini. semarak kemeriahan berbagai kegiatan yang dulu selalu ada, kini hampir tak bersisa. Bahkan, idul fitri sebagai puncak kegembiraan hanya terselenggara di rumah masing-masing. kata apalagi yang dapat mewakili perasaan kita atas kondisi sekarang selain kesedihan? Tapi bagi kita yang betul-betul menyambut ramadhan dengan penuh keimanan, Allah jauh-jauh hari telah mengingatkan:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang kecuali atas perizin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah pasti hatinya akan diberikan petunjuk. Dan Allah, atas setiap hal, merupakan Zat yang Maha Mengetahui.”

Baca juga:  Menelaah Konsepsi Bid’ah Menurut Muhammadiyah

Orang beriman itulah yang disebut oleh Nabi saw sebagai orang yang paling luar biasa dalam menghadapi segala keadaan,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَ الْمُؤْمِنِ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ فَشَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ فَصَبَرَ، كَانَ خَيْرًا

“Sungguh sangat luar biasa orang beriman itu, setiap darinya adalah kebaikan, karena tidak satu pun dari kalangan beriman yang merasakan kebahagiaan, kecuali ia sikapi dengan rasa syukur; adalah tentu itu adalah sikap yang terbaik. Dan tidak satu pun pula dari orang beriman yang tertimpa musibah kecuali ia bersabar; adalah tentu itu juga merupakan sikap terbaik.”

الله أكبر الله اكبر لااله الله و الله اكبر. الله اكبر ولله الحمد

Keluarga yang saya cintai dan sanak saudara yang dimuliakan Allah swt

Keimanan kita, akan melahirkan kesabaran, dan kesabaran itu tidak hanya membuat hati tenang atas apa yang hilang,tetapi juga memberikan kita satu kenikmatan lagi yaitu mutiara berharga berupa pelajaran dan hikmah penting disebalik dari musibah itu.

Di antara hikmah itu adalah dengan covid-19 ini Allah ingin memperbaiki kembali pemahaman dan praktek ibadah ramadhan yang selama ini kita kerjakan. Sebab selama ini secara sadar atau tidak, hakikat dari ramadhan telah tergerus oleh kebiasaan-kebiasaan yang sejatinya jauh dari memperkaya hati dengan takwa, tetapi justru memperkaya kita hanya pada urusan dunia dan kepuasan syahwat belaka.

الله أكبر الله اكبر لااله الله و الله اكبر. الله اكبر ولله الحمد

Keluarga yang saya cintai dan sanak saudara yang dimuliakan Allah swt

Mari kita renungi, selama ini apa yang kita tunggu dari puasa,? Secara sadar atau tidak sadar, yang kita tunggu adalah makanan berbuka yang lezat, berjalan-jalan, melihat berbagai jajanan yang disajikan ditepi jalan, berkumpul ngabuburit hingga melalaikan tarawih berjamaah. Ujung puasa kita, tanpa terasa hanya menunggu sesuatu yang bersifat kesenangan perut dan syahwat belaka.

Padahal, bukankah Allah menjanjikan diampuninya dosa asal puasa itu dilandasi dengan keimanan dan hanya mengharap balasan dari Allah?

Maka marilah kita lihat musibah ini dengan iman, barangkali Allah memberikan kita wabah corona agar kita tersadar dan kembali pada pengamalan puasa yang sebenarnya. puasa yang dicontohkan Rasulullah dan diteruskan oleh para Sahabat dan Hamba-Hamba shaleh. Puasa yang berfungsi sebagai pengontrol hawa nafsu (kasrul hawa) dari perilaku konsumtif dan perangai buruk lainnya agar pada akhirnya kita tidak lagi dikendalikan oleh nafsu-nafsu tersebut.

Baca juga:  Khutbah Idul Fitri 1441 H: Bagaiamana Seharusnya Umat Islam Menyikapi Corona

Sebab orang yang bisa mematuhi apa yang dibawa oleh Rasulullah adalah orang yang mampu mengontrol hawa nafsunya,

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ

Mari pula kita renungi tradisi bertarawih kita selama ini. Kita perhatikan masjid-masjid, Di sana para pemuda-pemudi yang justru hanya berkumpul satu sama lain; tidak ikut berjamaah malah asik berdua-duaan dan melakukan kemaksiatan di tengah orang menegakkan ibadah, atau lihat pula para bapak-bapak yang masih disibukkan oleh kerjaan-kerjaan mereka, sehingga tidak lagi ada waktu untuk mengajak istri dan anaknya shalat, jangankan mengajak shalat, untuk shalat sendiri saja bisa jadi tidak dikerjakan.

Maka mari kita lihat hikmah dibalik musibah ini, bahwa dengan corona ini Allah kembali ingin meningatkan para hambanya bahwa esensi dari tarawih ini adalah agar manusia senantiasa mengingat Allah dan menomor satukan-Nya, Allah berfirman:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Ditegakkannya shalat-shalat tarawih di rumah, juga memberikan pelajaran berharga kepada para kepala keluarga, bahwa kewajiban mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan secara materi belaka, tetapi lebih pokok dari itu adalah mampu menjadi teladan dalam soal agama.

الله أكبر الله اكبر لااله الله و الله اكبر. الله اكبر ولله الحمد

Keluarga yang saya cintai dan sanak saudara yang dimuliakan Allah swt

Kita renungi kembali tradisi dan kebiasaan sepuluh hari terakhir yang biasanya dikerjakan oleh masyarakat kita. Justru pasar-pasar penuh tumpah ruah manusia dengan segala perilaku konsumtif yang tak terbendung, tempat-tempat perbelanjaan penuh dengan plastik-plastik pakaian dan berbagai aksesoris, para ibu-ibu menghabiskan waktunya untuk membuat beraneka ragam makanan dan kue-kue dalam jumlah yang berlebihan, seakan-akan dalam benak kita, kesuksesan ramadhan dan idul fitri terletak dari barunya baju dan sarung yang kita kenangkan dan lezat serta banyaknya hidangan yang kita sajikan

Padahal bukankah tidak seperti itu yang dicontohkan Rasulullah saw? Aisyah, istri Rasulullah sendiri yang memberitahukan kita bahwa di sepuluh hari terakhir justru Rasulullah mengencangkan ikat pinggangnya untuk semakin kuat beribadah, menghidupkan malam-malamnya dengan munajat, mengurangi aktifitas sosial dan mengurung diri dalam rangka semakin mendekatkan diri kepada Allah bahkan tidak lupa mengingatkan keluarganya, Ali dan Fatimah di malam hari, dengan mengetuk pintu mereka lalu mengatakan “allaa tuqimani fathushalliyani” (tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat?)

Maka dengan kaca mata iman, kita dapat merenungi bahwa hadirnya covid-19 ini dengan sedikitnya pusat perbelanjaan yang buka, semakin sedikitnya semangat ibu-ibu untuk menghabiskan waktu di dapur dan semakin luangnya kita untuk beri’tikaf itu semua menjadi peluang kita untuk menghayati i’tikaf dengan sebenar-benarnya

Baca juga:  Intruksi Resmi Majelis Tabligh PP Muhammadiyah terkait Pelaksanaan Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid-19

الله أكبر الله اكبر لااله الله و الله اكبر. الله اكبر ولله الحمد

Keluarga yang saya cintai dan sanak saudara yang dimuliakan Allah swt

Pada akhirnya, marilah kita sadari bahwa di balik musibah ini Allah justru memberikan kita satu hikmah yang sangat besar, yaitu agar kita mengintropeksi seluruh tradisi dan kebiasaan kita menjalankan ramadhan selama ini. Agar bisa kita pilah-pilih kembali mana tradisi yang menggeser nilai hakiki ramadhan itu, mana kebiasaan yang bukanlah inti, dan mana kegiatan yang justru itu adalah pokok ibadah yang diperintahkan Allah kepada kita semua. Sehingga musibah ini justru mengantarkan kita pada sebuah kesadaran yang sangat berharga. Kesadaran yang membawa kita menghidupkan ramadhan dengan betul-betul iman sehingga pada akhirnya kita bisa menjalani kehidupan kita dengan betul-betul takwa.

اللهم صل علي محمد و ال محمد كما صليت علي ابراهيم و بارك علي محمد و ال محمد كما باركت علي ابراهيم و ال ابراهيم, انك حميد مجيد

اللهم اصلح لنا دبننا الذي هو عصمه امرنا, و اصلح لنا دنيانا الذي فيها معاشنا, و اصلح لنا اخرتنا التي اليها معادنا, واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير واجعل الموت راحة لنا في كل شر

اللهم انا نسألك سلامة في الدين وعافية في الجسد وزيادة في العلم وبركة في الرزق وتوبة قبل الموت ورحمة عند الموت ومغفرة بعد الموت اللهم هون علينا في سكرات الموت والنجات من النار والعفو عند الحساب.

ربنا اغفر لنا ولاخواننا الذين سبقونا بالايمان ولا تجعل غلا للذين امنوا ربنا انك رءوف رحيم

ربنا اتنا في الدنيا حسنة و في الاخرة حسنة وقنا عذاب النار.

ربنا تقبل منا انك انت سميع عليم, وتب علينا انك انت تواب رحيم

صبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام علي المرسلين والحمد لله رب العالمين

الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله والله اكبر. الله اكبر و لله الحمد

Qaem Aulassyahied

Alumni Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) PP Muhammadiyah

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar