Santri Cendekia
Home » Lawan Israel dengan Teori Interogasi-Interkoneksi

Lawan Israel dengan Teori Interogasi-Interkoneksi

Sudah lama saya mengikuti akun Greschinov di twitter, tapi baru sekarang merasa terkesan. Di semesta twitter, dia jadi garda terdepan dalam melakukan konter narasi terhadap para Zionis Jaksel sok asik. Satu hal yang masih saya ingat ialah bantahannya terhadap tuduhan bahwa umat Islam yang menyuburkan budaya antisemit. Padahal, menurutnya, antisemitisme modern justru lahir dan berkembang di dunia Barat.

Hal ini tentu saja sejalan dengan paparan Illan Pappe. Nama yang acapkali hubungan Israel-Palestina memanas sering muncul karena sikap kritisnya terhadap Zionis Israel. Menurutnya, Zionisme awalnya muncul sebagai respons terhadap persekusi terhadap Yahudi di Eropa, terutama dalam gelombang antisemitisme di Rusia dan Polandia, serta munculnya Nazisme di Jerman. Jadi, ini adalah murni persoalan bangsa Barat yang kemudian ditransfer ke dunia Islam.

Akibat konter narasinya ini, akun twitter Greschinov meledak menjadi sangat populer. Setiap thread yang dia buat menjadi daya tarik besar, dibaca hingga jutaan orang. Threadnya tentang “cara membuat Israel bangkrut”, misalnya, menjadi sangat fenomenal, dengan jumlah engagement mencapai angka fantastis, 3 juta views! Pun demikian dengan uraiannya tentang “Netanyahu yang menjadi Perdana Menteri paling bangsat dalam sejarah Israel”, mencapai angka 1,3 juta views!

Greschinov sepertinya memiliki pemahaman mendalam tentang tabiat alamiah pengguna media sosial. Dia tahu bahwa untuk mendapatkan perhatian, jika tidak bisa menghibur, maka terkadang harus menciptakan kontroversi. Orang sudah jengah dengan sikap sok bijak dan moderat. Karena Israel begitu brutal, maka sekalian saja dia bikin sesuatu yang heboh dan bombastik. Netizen begitu menyukai cara-cara spartan yang seperti ini, daripada yang pengecut berkedok rahmat. Ceilaaah.

Cuman, sebetulnya, kelebihan si Greschinov tidak terletak pada narasinya yang meledak-ledak, melainkan pada data-datanya yang padat referensi. Mungkin ini ditopang karena ia seorang poliglot jadi bisa membuka akses ke berbagai bahasa. Baru-baru ini ia sedang mempelajari bahasa ibrani hanya biar bisa debat langsung dengan para tentara IDF (militer Israel), atau sekalian supaya bisa langsung menghujat mereka di jantung pertahanan lawan. Gokil.

Baca juga:  Demonologi Islam: Apa, Siapa, dan Bagaimana?

Baru-baru ini, si Greschinov melakukan terobosan paling mutakhir yang mungkin harus diingat sepanjang zaman: menyasar akun-akun personal IDF! Lebih dari 50 akun instagram dan twitter personal IDF berhasil dia kumpulkan lalu ia bagikan secara cuma-cuma. Atas aksinya ini, pegiat medsos Azzam Izzul Haq mengangkat si tengil Greschinov sebagai Komandan Satuan Operasi Khusus Netizen Julid Anti-Israel!

Bayangkan, sudah sebulan lebih bangsa Indonesia memendam emosi dengan kelakuan bengis Israel. Membunuh anak-anak yang tidak berdosa, menculik para perempuan untuk dijadikan budak seksual, menghancurkan rumah sakit yang dibangun atas iuran warga Indonesia, menyebarkan propaganda sesat yang tidak bisa dimaafkan, mengusir penduduk Gaza, dan sederet dosa-dosa Netanyahu CS lainnya.

Dosa-dosa yang dilakukan Israel ini, katanya, merupakan respon terhadap serangan mendadak dari pejuang Hamas di selatan pada 7 Oktober 2023, sehingga pasukan cadangan Israel dikerahkan. Kondisi ini membuat seluruh muda-mudi Israel yang sebelumnya mengikuti wajib militer secara mendadak turut dipanggil untuk bertugas. Para muda-mudi polos Israel ini sering membangun opini dan membagikan foto-foto keseharian mereka di medsos ketika bertugas.

Ketika kekesalan bangsa Indonesia itu sudah mencapai titik kulminasi, lalu si tengil Greschinov membagikan akun personal IDF, itu seperti memberikan sepotong daging segar pada kumpulan singa yang sedang asam lambung. Apalagi, netizen Indonesia yang terkenal paling julid di seantero bumi, begitu mendapatkan akun personal IDF secara cuma-cuma, mereka langsung bergerilya dalam jumlah yang besar, menghujani tentara IDF dengan bom-bom komentar. Tentu saja cara-cara seperti ini tidak bisa dihalau oleh Iron Dome.

Saya coba pantau salah akun anggota IDF dengan nama @michal_matzov. Luarbiasa, dia mendapatkan serangan psikis yang tidak main-main dari netizen Indonesia di bagian kolom komentar. Mereka menyebutnya sebagai “pembunuh bayi”, “teroris”, dan mengatakan agar ia “pergi ke neraka”. Serangan kata-kata dari warganet Indonesia ini telah menimbulkan kemarahan, dan yang lebih pedih lagi ialah gangguan mental bagi Matzov.

Baca juga:  Sejarah Singkat Berdirinya Negara Paling Aneh di Dunia: Israel

Dalam postingan instagram, Matzov menyampaikan bahwa dia merasa sangat terganggu dengan bom-bom komentar yang penuh hujatan molotov dari warganet Indonesia. Meskipun Matzov mengaku sudah terbiasa dengan kritik dan hujatan sejak awal perang, namun dalam beberapa hari terakhir, hujatan dari warganet Indonesia seperti ditampar realita dan emosinya perlahan meledak tak seimbang.

Gelombang hujatan dari netizen Indonesia terasa seperti gerombolan nyamuk yang datang secara tiba-tiba dan mengacaukan ketenangan tidur. Meskipun ukurannya kecil, namun jumlahnya yang banyak memberikan ketidaknyamanan dan mengusik keseimbangan. Ketidaknyamanan yang dihasilkan oleh hujatan tersebut seringkali mengakibatkan peledakan emosi dan gangguan mental, sebagaimana yang mungkin terlihat dari curhatan si Matzov.

Kolektivitas netizen ini tidak bisa diremehkan. Mereka mungkin tidak membaca paparan Illan Pappe atau Edward Said tentang Palestina, uang mereka juga tidak cukup banyak untuk menyumbang donasi kemanusiaan, pun demikian mereka bukan pemegang kuasa atau anak Presiden—tapi apa yang mereka kerjakan dengan menghujat akun-akun tentara IDF terasa “hasilnya”. Mungkin apa yang mereka lakukan Anda anggap sebagai selemah-lemahnya perjuangan, tapi yang lemah ini justru menghasilkan guncangan.

Kelakuan netizen Indonesia yang menghujat akun-akun personal IDF secara massal ini saya sebut sebagai teori interogasi-interkoneksi—murni teori bikinan saya tadi pagi. Teori ini mencerminkan konsep bahwa ada kebutuhan untuk melakukan interogasi bersama secara massal dan terkoneksi di internet. Ide di balik teori ini adalah untuk mendorong dialog dan pertukaran pandangan yang lebih mendalam di antara individu secara online.

Salah satu tujuan utama dari teori interogasi-interkoneksi biar pengguna sosial media keluar dari “filter bubble”. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 2011 oleh Eli Pariser, “filter bubble” merujuk pada situasi di mana individu di dunia maya terperangkap dalam lingkungan informasi yang hanya mencakup pandangan atau perspektif yang sejalan dengan keyakinan dan preferensi pribadi mereka.

Baca juga:  Bela Palestina, Bela Rohingya, Bela Manusia

Dengan memberikan komentar pedas pada akun personal IDF, para netizen julid secara tidak langsung memperkenalkan perspektif atau pandangan alternatif yang mungkin tidak sejalan dengan apa yang mereka lihat selama ini. Hal ini penting agar para militer IDF ini ditampar realita bahwa selama ini yang menjadi akar masalahnya ada pada diri mereka!

Jadi pesan saya cukup jelas: bila Anda tidak punya tenaga untuk langsung mengusir Israel dari Palestina, tidak cukup punya pengetahuan luas atas konflik ini, bukan juga anak Presiden atau keponakan dari Ketua Hakim Mahkamah Konstitusi, Anda juga tidak punya cukup uang untuk berdonasi, maka saya sarankan silakan bersilaturahmi ke akun-akun personal IDF yang tersebar di mana-mana.

Cuman, Panglima Besar Komandan Satuan Operasi Khusus Netizen Julid Anti-Israel, Greschinov, menggarisbawahi dua hal penting: 1) Rujak akun personal IDF/polisi saja atau official account pemerintahan/militernya (boleh rujak warga biasa hanya jika dia buzzer Israel atau bikin narasi menggenosida warga Palestina); dan 2) Kita benci Israel bukan karena mereka Yahudi, tetapi karena mereka menjajah Palestina dan menyakiti rakyatnya. Tidak perlu bawa ungkit-ungkit soal Holocaust atau Hitler karena malah bikin kita dituduh anti-semitik nanti.

Selamat mencoba dan rasakan sensasinya!

Ilham Ibrahim

Warga Muhammadiyah yang kebetulan tinggal di Indonesia

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar