Santri Cendekia
Home » Logika Sesat Qarun (Al-Qashash 78)

Logika Sesat Qarun (Al-Qashash 78)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.”  (AlQashash : 78)

 

            Di dalam Tafsir Ibnu Katsir, para ulama menyampaikan bahwa Qarun adalah anak dari paman Nabi Musa as yang dilimpahi kekayaan dan harta benda yang luar biasa. Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Al-Qashash 76). Menurut Ibnu Katsir lagi, saking banyaknya kunci-kunci gudang Qarun, maka untuk mengangkatnya dibutuhkan kekuatan beberapa orang yang kuat. Bayangkan betapa banyak gudang penyimpanan harta Qarun dan betapa besar kekayaannya.

           Tapi inilah Qarun, setelah diingatkan kaumnya agar ia jangan berbangga dan bersombong-sombong atas kekayaannya, ia malah makin menjadi-jadi. Alih-alih bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas semua karunia yang ia dapat, ia malah berjalan dengan sombong di muka bumi, dan berkata bahwa semua “succes story”nya itu adalah terjadi karena ilmu-ilmu yang ada padanya. Sekilas perbuatannya seolah benar dan logis. “Wajar lah saya kaya dan jumawa, wong saya begini karena kepintaran dan ilmu saya”

       “Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)”. (Al-Qashash : 81). Maka singkat cerita, begitulah nasib orang-orang sombong tak bersyukur, Allah mengadzab Qarun dengan menenggelamkannya dan seluruh hartanya ke dalam permukaan bumi. Mungkin Allah mengadzab Qarun dengan hukuman seperti ini agar kita semua yang mendengar kisahnya paham, mereka-mereka yang sombong dan mengangkat diri terlampau tinggi di tengah-tengah manusia atas kedudukan dan harta bendanya, akan Allah jatuhkan lagi mereka ke tempat terendah, bahkan serendah-rendahnya hingga ke dalam perut bumi.

Baca juga:  Al-Qur’an dan Angka (Kritik Terhadap Abu Zahra al-Najdi)

           Fenomena Qarun ini pun masih juga bisa dapati di sekitar kita. Ketika banyak orang bercerita tentang “success story”nya, mereka semua sibuk bercerita tentang bagaimana kiat-kita mereka meraih kekayaan. Kesuksesan pokoknya hanya soal bagaimana menjadi kaya dan kaya. Semua yang diceritakan hanyalah tentang “saya, saya, dan saya”. Tak ada Allah terselip sedikitpun dalam kisah-kisah kesuksesannya. Karena secara logika mereka yang sempit, semua terjadi karena hasil usaha mereka. Bahkan tak jarang mereka menghina orang-orang yang ekonominya lebih rendah dari mereka. Karena mereka pikir orang-orang miskin itu adalah akibat orang-orang yang bodoh, malas, tak tahu cara berbisnis, dan sebagainya. Akhirnya berbagai ajang “success story” hanya menjadi ajang untuk mencetak manusia-manusia yang kufur nikmat kepada Rabb-Nya.

         Sebenarnya latar belakang penulis membuat tulisan ini pun karena melihat sepak terjang seorang business man muda di jagat socmed yang Berjaya di negeri orang. Tak jarang ia puji dirinya setinggi langit, tumpukan uang dan harta bendanya pun di pajangnya di jendela mayanya, tak kalah hebat pula berbagai komentar pedasnya terhadap orang-orang miskin dan ia anggap miskin dan tak sehebat ia, karena ia memang merasa semua kesuksesannya akibat kerasnya perjuangannya, kuatnya mentalnya, dan banyaknya ilmunya, sedangkan yang miskin dan tak sekaya dia adalah orang bodoh yang tak mengerti cara menjalani hidup. Semoga tak banyak orang memuakan seperti ini.

         Di sinilah pula kehebatan Al-Qur’an, tak lekang di telan jaman. Kisah-kisah yang dihadirkan di dalamnya, selalu dapat menjadi hikmah yang relevan sepanjang jaman. Misalnya kisah Qarun ini, mungkin kita merasa orang sebrengsek Qarun ini sudah tidak ada lagi. Namun siapa sangka ternyata “Qarun still alive” di jiwa orang-orang lemah yang gagal memandang amanah harta benda dan kesuksesan karir yang Allah titipkan kepada mereka.

Baca juga:  Istidraj & "Success (?) Story" (Al-Fajr 15-16 part 1)

            Akhirul kalam, ketika kita sudah mulai merasa kitalah sebab yang utama dari berbagai kesuksesan karir yang kita peroleh, maka segera kita minta ampun kepada Allah. Karena bibit-bibit “Qarun” mungkin sedang bertunas di hati kita. Jangan biarkan ia tumbuh membesar, segera pangkas dan potong selagi kecil, atau cabut sama sekali hingga akar. Dengan cara menjadi Abdan Syakuro (Hamba yang bersyukur).

 

Allahu a’lam bishshawab

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar