Santri Cendekia
Home » Masa Kecil Rasulullah di Bani Sa’ad

Masa Kecil Rasulullah di Bani Sa’ad

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

     Di dalam berbagai macam buku-buku Sirah, kita mendapati bahwa Rasulullah yang masih bayi, dititipkan oleh bunda dan kakeknya kepada Halimah binti Harits dari Bani Sa’ad untuk disusui dan di rawat di sana. Bani Sa’ad adalah salah satu suku arab badui. Anak-anak yang baru lahir, biasanya akan dititipkan untuk disusui dan diasuh oleh orang-orang arab Badui hingga di penghujung masa balita mereka. Itu adalah kebiasaan umum yang dilakukan oleh orang-orang quraisy. Rasulullah berada di perkampungan Bani Sa’ad hingga usianya sekitar 4 tahun. Di Bani Sa’ad, Rasulullah menjalani hari-harinya dengan bermain di alam bebas dengan kondisi udara yang masih baik, bermain di tengah kambing-kambing, dan belajar bahasa arab yang masih murni dan fasih.

      Kondisi udara di Bani Sa’ad sangat bersih sehingga sangat baik untuk tumbuh kembang fisik balita. Selain itu, alam terbuka membuat daya eksplorasi seorang balita maksimal sehingga pertumbuhan fisiknya dalam titik terbaik. Oleh karena itu dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa fisik Rasulullah ketika balita, sudah sangat padat dan sehat seperti fisik orang dewasa. Rasulullah juga tumbuh menjadi seorang anak yang lincah. Menurut Ustad Budi Ashari, karena modal fisik yang sehat di usia balita beliau, beliau tidak pernah mengalami sakit semasa hidupnya kecuali dua kali, ketika di tenung dan di racun oleh wanita yahudi.

    Rasulullah juga sudah terbiasa berinteraksi dengan kambing-kambing semenjak kecil. Kebiasaan ini akan berlanjut ketika beliau menginjak usia remaja dan sangat bermanfaat bagi beliau dalam fase-fase kenabian. Karena menurut Rasululah, “ketenangan ada pada penggembala kambing”. Selain itu, bahwa orang-orang yang menggembala kambing biasanya akan memiliki sifat yang lembut, penyabar, telaten, tenang dan kemampuan membimbing dan menggiring yang baik. Kemampuan-kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin, khususnya seorang Nabi.

Baca juga:  Worldview Si Lemah Akal (Al-Anfal : 63)

    Selanjutnya, Rasulullah mendapatkan kefasihan bahasa arab di sini. Abu Bakar pernah bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, aku tidak melihat ada orang yang lebih fasih dari pada anda”. Rasulullah menjawab, “apa yang menghalangiku, seangkan aku berasal dari Quraisy dan aku disusui di Bani Sa’ad”. Rasulullah mengakui bahwa fasihnya bahasa beliau, beliau dapatkan selama beliau berada di Bani Sa’ad. Kefasihan bahasa ini sangat penting bagi Rasulullah yang kelak akan memegang peran sebagai Nabi yang menyampaikan Wahyu, diplomat yang bernegosiasi dengan orang-orang dari berbagai kabilah,suku, dan negara. Guru yang mengajarkan murid-muridnya. Suami yang banyak berdialog dengan istrinya. Kefasihan berbahasa sangat penting, hingga Al-Qur’an merekam doa Nabi Musa yang berdoa memohon kefasihan lisannya ketika akan menghadap Fir’aun. Kefasihan berbahasa Rasulullah meliputi 3 hal;

  1. kefasihan pengucapan kata per kata (pronouncation), kefasihan ini dibutuhkan agar perkataan-perkataan Rasulullah dapat ditangkap dan diterima dengan baik oleh para sahabat, entah itu berupa wahyu ataupun hadist.
  2. kefasihan berbicara sesuai dengan lawan bicara yang dihadapi, Rasulullah dapat berkomunikasi dengan baik dengan berbagai kalangan, arab badui hingga arab perkotaan. Orang dewasa hingga anak-anak. Pria hingga wanita, bahkan menurut Ustad Herfi, dengan orang yang akalnya kurang sempurna sekalipun,
  3. kefasihan berbahasa dengan redaksi yang singkat namun padat makna, hal ini sangat membantu para sahabat untuk lebih mudah menghafal informasi yang berasal dari Rasulullah dengan redaksi yang relatif singkat namun padat makna.

Hikmah:

Dari kisah di atas, kita bisa mengambil Hikmah bahwa anak diusia balita, membutuhkan setidaknya 3 hal penting agar mendapatkan pertumbuhan yang baik.

  1. Lingkungan yang sehat, bersih, dan luas.
  2. Permainan yang bermanfaat dan melatih kecakapannya di masa depan
  3. Pembinaan dan pengajaran bahasa dan komunikasi yang baik.
Baca juga:  Bagaimana Menulis Tesis dan Disertasi Islamic Studies dengan Framework Ilmu Sosial Humaniora? (1)

Allahu a’lam bishshawab

 

 

Referensi :

– Sirah Nabawiyah, Syekh Ash-shallabi

– Ar-rahiqul Makhtum, Syaikh Mubarakfury

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

2 komentar

Tinggalkan komentar

  • Menurut pendapat penulis, daerah mana di indonesia ini, yg memenuhi kriteria seperti Bani Sa’ad?

    • jika di indonesia sepertinya masih banyak, cuma masalahnya biasanya daerah seperti itu masih jauh dari pusat kota.
      tentu jauh juga dari pabrik-pabrik atau industri. akhirnya dengan banyak pertimbangan jarang ada keluarga yang mau tinggal di tempat seperti itu.