Santri Cendekia
Home » Memperbarui Taubat di Penghujung Bulan Ramadhan

Memperbarui Taubat di Penghujung Bulan Ramadhan

Sepertiga kedua di bulan Ramadhan akan berlalu. Kemudian kita akan memasuki sepertiga terakhir. Cepat atau lambat, bulan langka penuh rahmat dan ampunan ini akan berlalu meninggalkan kita.

Tidak semua orang yang berpuasa di bulan ini meninggalkan kenangan yang indah bersamanya.

Entah, apakah tahun depan Tamu Agung yang mulia ini akan datang berkunjung kembali? Ataukah kita yang tidak bisa menemuinya lagi? Ramadhan tinggal menyisakan beberapa hari lagi. Tidak ada langkah terbaik untuk mengisinya kecuali hanya dengan terus memperbaiki diri.

Jangan Tunda Taubat

Manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari dosa atau kesalahan. Baik itu yang disengaja atau tidak disengaja, besar atau kecil, dulu atau sekarang dan tampak atau tersembunyi.

Namun, orang yang baik bukanlah orang yang tidak pernah berbuat salah, orang yang baik adalah orang yang pernah berbuat salah dan segera memperbaiki kesalahannya. Rasulullah saw. bersabda:

 كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Setiap anak adam (manusia) pernah berbuat kesalahan, namun sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan ialah orang yang segera bertaubat (kepada Allâh)”. (HR. Ibnu Mâjah 2/1420, No.4251)

Sehingga, selalu memperbarui taubat adalah penting, karena kita tidak pernah tahu kapan kematian akan datang menjemput kita. Namun, terkadang kita lupa, bahwa hidup di dunia seolah-olah akan selamanya.

Padahal semua ini hanyalah fana dan sementara. Cepat atau lambat Malaikat Maut akan datang menjemput kita. Allah sudah mengingatkan pada kita:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. (Q.S. Al-Anbiyâ’ [21]:35)

Dalam ayat lain Allâh berfirman:

 أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكْكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu (berada) dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. (Q.S. An-Nisâ`[4]: 78)

Baca juga:  Tiga Pendekatan Sarjana Barat dalam Mengkaji Islam

Sebesar apapun cinta kita kepada dunia dan seisinya, tetap, semua ini akan kita tinggalkan. Ibarat musafir, hari ini kita sedang dalam perjalanan pulang ke kampung halaman. Kampung abadi bernama negeri akhirat.

Karena manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari dosa, Allâh memerintahkan kita agar segera bertaubat, sebagaimana firman-Nya:

 وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” (Q.S. An-Nûr [24]:31).

Dalam surat yang lain Allah juga berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allâh dengan taubat yang benar (ikhlas). (Q.S. At-Tahrîm [66]:8)

Allah Maha Pengampun

Apakah Allah akan menerima taubat kita dan mengampuni dosa-dosa kita? Banyak ayat dan hadis yang menjelaskan Allah Maha Pengampun. Ayat dan hadis ini menggambarkan betapa ampunan Allah begitu luasnya.

Dalam Surat Az-Zumar Allah berfirman:

“Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian putus asa dari rahmat Allâh. Sesungguhnya Allâh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Az-Zumar [39]: 53)

Di dalam hadis Qudsi yang diriwayatkan dari Anas bin Mâlik ra, Rasûlullâh saw. bersabda:

Allâh berfirman: Wahai anak Adam selama engkau masih berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau apa pun yang datang darimu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam walaupun dosa-dosamu mencapai batas langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku akan ampuni engkau dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dan engkau tidak menyekutukan-Ku, maka Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh itu pula. (HR. Tirmidzi IV/548, No.3540)

Baca juga:  Pemerintah Kita dan Logika Islamophobia

Di dalam hadis yang lain Rasulullah saw. juga bersabda:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah ‘azza wajalla berfirman; Aku bersama dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia berdzikir (berdoa) kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus dari mereka. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (H.R. At-Tirmidzi No. 3527)

Allah Cinta Hamba yang Bertaubat

Di dalam Al-Qur’an telah ditegaskan bahwa Allah sangat mencintai hambanya yang suka bertaubat: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 222).

Menurut ulama, “setiap seseorang yang ingin mendekat kepada Allah dengan taubat, maka cinta Allah sedang diturunkan kepadanya. Kalau pada diri kita suatu saat terbersit keinginan untuk berubah, itu tandanya cinta Allah sedangkan ditanamkan kepada diri kita.

Kalau Allah sedang cinta pada kita, kita jangan tinggalkan, cepat dan segera ambil cinta itu, karena tidak mudah untuk mendapatkan cinta Allah”. Dari Abu Hamzah Anas bin Malik Al Anshori berkata bahwa beliau Rasulullah saw. bersabda:

اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِى أَرْضِ فَلاَةٍ

Sesungguhnya Allah itu begitu bergembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraan seseorang di antara kalian yang menemukan kembali untanya yang telah hilang di suatu tanah yang luas.” (HR. Bukhari no. 6309 dan Muslim no. 2747).

Baca juga:  Ramadhan 2020: Tuntunan dari Muhammadiyah (Sebuah Catatan dari Mark Woodward)

Ramadhan adalah bulan penuh ampunan. Menjadikan Ramadhan sebagai bulan untuk bertaubat adalah pilihan terbaik. Jadikan Ramadhan sebagai langkah awal kita untuk hijrah. Hijrah dalam arti berubah menjadi hamba yang lebih baik lagi. Hijrah dalam arti merubah kebiasaan buruk dengan kebiasan yang baik. Hijrah dalam arti meninggalkan yang haram dan mengejar yang halal. Hijrah dalam arti meninggalkan kemalasan menuju rajin dan giat. Hijrah dalam arti merubah psimis menjadi optimis. Sepertiga kedua di bulan Ramadhan ini akan segera berkahir.

Mari kita manfaatkan sebaik mungkin untuk memperbarui taubat kita. Semoga Allah memberikan hidayahNya kepada kita sehingga kita tidak menunda untuk bertaubat. Berharap, semoga Allah menerima dan mengampuni semua dosa-dosa kita.

Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan hamba-hambaNya yang shalih.

 

Muhammad Nurdin Zuhdi

Dosen Tetap Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar