Santri Cendekia
Home » Mengenal Aliran Teologi Islam Melalui Virus Corona

Mengenal Aliran Teologi Islam Melalui Virus Corona

Penulis: Afan Ghofar*

Keviralan virus corona dalam beberapa hari terakhir menuai berbagai respon di kalangan masyarakat. Keberagaman reaksi yang ditunjukkan masyarakat mulai dari tindakan tahzir yang terlalu apologis seperti menyamakan masker dengan cadar hingga menyerahkan segala-galanya kepada Allah swt. tanpa mengindahkan himbauan MUI dan ahli medis, semuanya komplit.

Namun tidak sedikit yang menyadari, bahwa berbagai macam reaksi masyarakat dalam menghadapi wabah pandemic corona virus desease hanyalah pengulangan sejarah dalam perspektif aliran teologi Islam.

Aliran Qadariyah

Dalam aliran ini, mereka berkeyakinan bahwa manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan total dalam menjalani hidupnya. Manusia memiliki otoritas hakiki dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan yang dikehendakinya, sedangkan Allah swt. tidak memiliki otoritas apapun dalam mengatur kehidupan manusia. Maka dalam aliran ini, seseorang yang menghendaki agar dirinya terhindar dari virus corona, maka ia akan selamat. Sebaliknya, seseorang yang dengan suka rela membinasakan dirinya ke dalam virus corona, maka akan terdampak. Pada intinya, Allah swt. tidak memiliki kuasa apapun atas perbuatan hambanya, dan kehendak atas perbuatan hambanya adalah segala-galanya.

Aliran Jabariyah

Kebalikan dari aliran qadariyah, jabariyah memiliki keyakinan bahwa manusia tidak memiliki otoritas apapun dalam menentukan nasibnya. Sekuat apapun, segigih bagaimanapun usaha yang dilakukan, akan tetapi jika bertentangan dengan takdir Tuhan, maka semua hal itu hanya akan berakhir sia-sia. Sehingga aliran ini beranggapan bahwa terjangkitnya wabah corona dalam diri seseorang merupakan takdir yang telah digariskan Tuhan sejak zaman azali. Sebesar apapun ikhtiar yang dilakukan untuk menghindar dari virus corona, jika ditakdirkan meninggal karena virus tersebut, maka tidak ada pilihan kecuali kematian.

Aliran Khawarij

Secara historis, latar belakang munculnya aliran khawarij sangat berkaitan erat dengan situasi politik di zaman kekhalifahan. Hengkangnya pengikut Ali bin Abi Thalib karena ketidakpuasan atas kebijakan Ali saat itu, merupakan titik awal munculnya aliran khawarij. Penyematan status kafir bagi siapapun yang tidak berhukum dengan hukum Allah (perspektif mereka) menjadi ciri khas yang paling popular dalam aliran ini. Namun, dalam perjalanannya istilah khawarij mengalami distorsi makna yang cukup signifikan dan sangat bernuansa pramukiy (disini senang disana senang). Penyematan khawarij saat ini hanya diperuntukkan bagi siapapun yang berpotensi membangkang terhadap pemerintahan resmi. Maka siapapun yang menjadi oposisi pemerintahan resmi layak untuk dijuluki khawarij kilabunnar.

Baca juga:  Mewaspadai Klitih Digital 4.0

Diakui atau tidak, tragedi wabah corona virus menjadi keuntungan tersendiri bagi setiap pihak oposisi. Bahkan, mendo’akan terjangkitnya virus corona dalam diri pejabat pemerintah menjadi ladang jihad bagi setiap oposisi. Terjadinya kudeta, menjadi cita-cita tertinggi dalam kasus pandemic corona virus saat ini. Mereka mengqiyaskan peristiwa ini dengan do’a nabi musa agar fir’aun mendapat kebinasaan setelah memperoleh kekuasaan. (Yunus/10: 88)

Aliran Murji’ah

Aliran ini dinahkodai oleh Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, muncul di Damaskus pada akhir abad pertama hijriyah. Pemikiran yang menjadi ciri khas dalam aliran ini adalah bahwa perbuatan maksiat tidak memberikan pengaruh apapun pada keimanan. Aliran ini tidak mau mengkafirkan siapapun yang telah mengaku berislam. Sekajam, sezalim dan sejahat apapun orang tersebut jika mengaku beragama Islam maka hukumnya diserahkan kepada Allah swt.

Dalam konteks kasus virus corona, orang yang menganut aliran ini tidak berani mendo’akan keburukan dg terjangkitnya virus atas siapapun yang masih mengaku berislam sekalipun terbukti melakukan tindak kejahatan bahkan kekafiran. Bahkan murjiah ekstrem tidak berani mendoakan pandemic virus corona sebagai azab bagi kafir laknatullah alaim, karena yang mengetahui isi hati dan kadar keimanan manusia hanyalah Allah swt.

Aliran Mu’tazilah

Tokoh pelopor dalam aliran ini adalah Wasil bin Atha’ (748 M). Karakteristik yang menjadi asas pemikiran aliran mu’tazilah adalah rasionalitas dalam mengarungi kehidupan. Kecenderungan dalam penggunaan akal menjadi ciri khas dalam aliran ini. Maka tidak heran, banyak intelektual muslim yang lahir dari aliran mu’tazilah, bahkan pesatnya ilmu pengetahuan dan berkembangnya peradaban Islam tidak terlepas dari peran mu’tazilah. Barakallahu mu’tazilah dengan segala kehilafannya. Dalam konteks menghadapi virus corona, aliran ini memiliki kesamaan dengan aliran Qadariyah, yakni manusia memiliki kehendak atas perbuatannya.

Baca juga:  Doa dan Tata Cara Qunut Nazilah dalam Kondisi Darurat Covid-19

Ahlu Sunnah wal Jama’ah

Ahlu Sunnah wal Jama’ah atau lebih dikenal aswaja meliputi aliran teologi asy’ari dan maturidi. Sementara dalam bidang fiqih, aswaja sering menisbatkan dirinya ke dalam madzhab empat, yakni hanafi, maliki, syafi’i dan hanbali. Aswaja merupakan aliran yang berpegang teguh terhadap sunnah dan para ulama salaf, sehingga latar belakang keberagamaannya sangat moderat dan tawazun.

Dalam menghadapi virus corona, penganut aswaja menyeimbangkan antara ikhtiar dan tawakal. Penganut aswaja akan berusaha mengindahkan arahan ahli medis sekaligus himbauan MUI dalam praktik peribadatan. Penganut aswaja juga tidak terlalu apologis dalam menyikapi pandemic virus corona, karena ia berkeyakinan bahwa virus corona merupakan ciptaan Allah sekaligus peringatan dari Allah untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya tanpa mengabaikan arahan dari para ahli medis dan sok keminter.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah swt.

*Mahasiswa Pendidikan Ulama  Tarjih Muhammadiyah

  1. Baca artikel menarik lainnya tentang corona:

    1. Tinjauan Fikih: Lebih Baik Tidak Salat Jumat Selama Wabah Corona
    2. Tidak ke Masjid di Masa Wabah Corona Bukan Pembangkangan atas Syariat Islam
    3. Pandemi ‘Fitnah’ Netizen atas Fatwa tentang Corona
    4. Hadis Kontradiktif, Kausalitas, dan Coronavirus
    5. 14 Rekomendasi Muhammadiyah Amerika Serikat terkait Wabah Corona
    6. Mengenal Aliran Teologi Islam Melalui Virus Corona
    7. Tanya Jawab soal Corona, Azab, dan Masjid (1)
    8. Tanya Jawab soal Masjid dan Corona (2)
    9. Surat Terbuka bagi Mereka yang Bilang jangan Takut Corona Takutlah kepada Allah

Avatar photo

Redaksi Santricendekia

Kirim tulisan ke santricendekia.com melalui email: [email protected]

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar