Santri Cendekia
Home » Mulut Wanita (Al-Hujurat 11 Part 2)

Mulut Wanita (Al-Hujurat 11 Part 2)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

Wahai orang-orang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain. Karena bisa jadi mereka (yang di olok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan janganlah para wanita (mengolok-ngolok) wanita lain. Karena bisa jadi wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan panggilan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasiq) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Al-Hujurat : 11)

 

Setelah berbicara kepada orang-orang beriman secara umum, Allah mengkhususkan seruannya kepada kaum wanita, “Dan janganlah para wanita (mengolok-ngolok) wanita lain. Karena bisa jadi wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok)”. Beberapa ulama menafsirkan bagian ini, bahwa wanita lebih sering terjebak dan terlibat dalam hal “nyinyir” ini dibanding lelaki. Terima atau tidak, fakta di lapangan memang biasanya yang menjadi pelaku dari “gosip”, “nyinyir”, dan sebagainya adalah kumpulan kaum wanita.

Tanpa mengurangi kehormatan dan kemuliaan Ummahatul Mukminin, bahkan hal ini juga terjadi di antara para istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Shafiyyah binti Huyay ra, adalah salah seorang istri Rasulullah yang berasal dari ras yahudi. Ayahnya adalah salah satu orang yahudi yang berkhianat dan dieksekusi di Quraizhah, Huyay bin Akhtab. Beliau dinikahi Rasulullah selepas perang Khaibar. Hal yang umum ketika ada kecemburuan yang terjadi di tengah rumah tangga seorang pria yang memiliki istri lebih dari satu, begitupun rumah tangga Rasulullah. Salah satu kisah yang masyhur adalah ketika Shafiyyah menangis terisak karena ejekan Hasfhah terhadap beliau sebagai wanita peranakan yahudi. Rasulullah pun menghibur beliau, “mengapa tidak engkau jawab? Suamiku seorang Nabi (Rasululah), Bapakku seorang Nabi (Harun), dan pamanku seorang Nabi (Musa)”. Atau di lain waktu ketika Rasulullah sakit menjelang wafatnya. Shafiyyah berkata, “Duhai Rasulullah, inginnya aku agar sakitmu hilang dan berpindah kepada diriku”. Seketika beberapa istri Rasulullah pun saling menatap satu dengan yang lain untuk mengejek Shafiyyah. Rasulullah pun menegur istri-istrinya, “bersihkanlah mulut kalian”. Istri-istri beliau menjawab, “dari apa Ya Rasulullah?”. “Dari gumaman kalian, sungguh dia (Shafiyyah) berkata jujur”. Subhanallah.

Baca juga:  Observatorium Sekolah dan Pesantren

Kisah-kisah yang dikutip penulis di atas bukanlah sebuah maksud untuk berbuat lancang kepada keluarga mulia Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sampai kapanpun, rumah tangga cahaya itu tidak akan ada tandingannya. Ini hanya sebuah gambaran dan peringatan bahwa jika sekaliber istri Rasul saja masih bisa mengalami hal-hal di atas, meskipun dengan motivasi yang “bisa dimaklumi” yaitu karena rasa cemburu, tentu saja sangat jauh lebih besar kemungkinannya hal itu terjadi kepada wanita-wanita di jaman ini. Namun hal ini bukan untuk pemakluman, ini justru agar kita lebih keras lagi berjuang untuk menghindari hal ini.

Dan untuk para suami, tentu tugas kita untuk membimbing para istri agar tidak tenggelam dalam kebiasaan-kebiasaan buruk seperti ini. Terkadang wanita itu, hal sepele saja bisa jadi alasan untuk mencibir wanita lain. “ih kok baju anaknya kumel sih, gak diperhatiin ya?”, “ih gelangnya kemana-mana, pamer ya”, “ih kok anaknya gak ASI sih”, “ih menor banget sih dandanannya”, “ih dakwah mulu itu suami gak diurusin”, dan “ih-ih” lainnya, hehe.

Terakhir, kita para pria harus istigfar dalam-dalam, jika ternyata kita punya kebiasaan mudah nyiyir kanan kiri utara selatan orang lain tanpa alasan yang tepat. Karena itu kebiasaan wanita, jangan sampai otot kekar, jenggot macho, tapi mulut cewek. That’s not cool men!

 

Allahu a’lam bishshawab

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar