Santri Cendekia
Home » OK BOOMER yang Disalahpahami

OK BOOMER yang Disalahpahami

Entah kenapa algoritma beranda youtube saya menampilkan bahasan tentang ‘meme OK Boomer’ yang tayang dari channel PewDiePie. Padahal secara nyata saya bukan subcribernya dia. Selain itu, kalau merujuk pada kultur algoritma, biasanya beranda youtube saya dipenuhi cuplikan hasil pertandingan sepakbola, fakta-fakta terbaru seputar One Piece, dan gosip selebritis tanah air paling mutakhir.

Merasa asing dengan “OK Boomer” yang tampil di channel PewDiePie tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk menindaklanjuti apa sebetulnya term yang sedang booming di jagat twitter tersebut? Barangkali di sana ada sesuatu yang menarik yang bisa kita petik.

Setelah melakukan observasi singkat dan tidak terlalu mendalam, akhirnya saya menemukan asbabun nuzul kenapa ungkapan ‘OK Boomer’ begitu dahsyat mengemuka. Berawal dari seorang anggota Parlemen Selandia Baru berusia 25 tahun, Chloe Swarbrick membalas politisi lain yang rerata berusia tua yang mengejeknya saat dirinya sedang berpidato mengenai isu perubahan iklim.

Sebagai seorang yang lahir pada tahun 1994, Chloe merupakan bagian dari generasi Y atau yang juga dikenal sebagai generasi Milenial. Setelah kejadian itu, entah bagaimana kejadiannya ungkapan OK Boomer menjadi liar hilang kendali.

OK Boomer sekarang menjadi sindiran kaum Milenial kepada generasi Baby Boomer yang dianggapnya sok tahu. Baby Boomer merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan generasi yang lahir setelah Perang Dunia II, yaitu sekitar 1945-1965 atau rerata usia mereka sekarang 55 tahun ke atas.

Dari sini kita dapat memahami mengapa politisi Selandia Baru yang tergolong Baby Boomer tersebut tidak terlalu peduli dengan isu lingkungan, karena tren yang berkembang pada tahun 1950an masalah keruntuhan ekologis tidak terdaftar dalam radar politik mereka. Di tahun-tahun mereka lahir, berhala nasionalisme sedang menjadi sesembahan umat manusia, sehingga mereka tidak begitu peduli dengan gosip perubahan iklim.

Baca juga:  Penembakan Orlando, Mimpi Buruk Baru Muslim Amerika?

Ungkapan ‘OK Boomer’ yang dilontarkan Chloe Swarbrick kepada politisi tua tersebut sekarang dipakai tanpa mengindahkan konteks di atas. Terjadi pelebaran makna yang signifikan dari yang awalnya membahas persoalan ekologi, merambas masuk sampai ke segala yang dipandang Milenial mencerminkan generasi “boomer”.

Ungkapan ‘OK Boomer’ juga sebagai ultimatum yang tegas dari generasi Milenial kepada Baby Boomer bahwa hanya mereka-lah yang paling berhak menggambarkan situasi dan kondisi hari ini. Karena itulah kesan yang kita tangkap dari celotehan ‘OK Boomer’ menggambarkan bahwa ide-ide tua yang telah usang harus segera ditinggalkan.

Milenial atau generasi yang lahir pada rentang 1980-1995 ini adalah sekelompok manusia yang secara langsung merasakan loncatan teknologi dari analog ke digital. Sementara generasi Baby Boomer dianggap tidak cakap dengan kecepatan laju teknologi, salah satu buktinya generasi ini menjadi konsumen tetap informasi palsu alias hoax.

Karena itulah, Milenial merasa dunia yang digambarkan oleh Baby Boomer sudah ketinggalan zaman, sudah saatnya merebut wacana! Jangan biarkan Boomer yang tidak tahu apa-apa dengan dunia digital mempengaruhi pikiran Anda, Milenial! Seorang Milenial pun mengibarkan bendera lalu berseru, “Milenial di seluruh dunia, bersatulah!”

Mengapa egoisme Milenial ini muncul? Jawabannya barangkali ini sebagai bantahan kepada Baby Boomer yang selalu menilai generasi Milenial hanya bisa memikirkan eksistensi diri sendiri, tak mau berusaha, dan bergantung pada teknologi.

Namun pada faktanya memang demikian, kok. Seorang Milenial akan merasa gusar kalau ritual rebahannya tidak dilengkapi dengan wifi, colokan, cemilan, dan kasur yang empuk. Aktivitas seperti ini tidak dilakukan oleh Baby Boomer. Jadi, dunia seperti apa yang diinginkan Milenial, mungkin, adalah dunia yang memberikan banyak manfaat pada ritual rebahan.

Baca juga:  Ardian Syaf, Korban Jahatnya Disinformasi

Mengembalikan Makna OK BOOMER ke Tempatnya

Kalau kita melihat konteks ‘OK Boomer’ diungkapkan, maka kita dapat menangkap makna sesungguhnya dari terma tersebut. OK Boomer berarti ungkapan perlawanan terhadap orang-orang yang tidak peduli dengan isu perubahan iklim.

Memang isu lingkungan ini banyak diabaikan Baby Boomer, mungkin karena mereka adalah pihak yang mewariskan pemanasan global dan perubahan iklim bagi generasi-generasi selanjutnya. Namun sesungguhnya term ‘OK Boomer’ tidak dimiliki atau tidak disandang oleh generasi tertentu.

Seharusnya, meledaknya OK Boomer bukan menjadi senjata baru Milenial untuk menghalau segala sumpah serapah Baby Boomer, melainkan kita harus semakin ingat bahwa perubahan iklim menjadi ancaman eksistensial manusia yang paling nyata hari ini.

Sangat penting kita melakukan sesuatu sekarang sebelum perubahan ekologi ini mengakibatkan meluasnya padang pasir, hilangnya lapisan es, naiknya air pasang, dan cuaca ekstrem. Semua itu senantiasa akan mengganggu lahan pertanian, membanjiri kota, melenyapkan suatu negara, dan mengirim ratusan juta pengungsi untuk mencari rumah baru.

Masalah perubahan iklim harus segera serempak diantisipasi seluruh umat manusia di muka bumi. Ini bukan persoalan negara yang bersifat parsial, tapi persoalan bumi yang bersifat global. Semua manusia harus terlibat bersama-sama bergandengan tangan mewujudkan kelestarian alam agar kualitas bumi tempat kita berpijak masih layak dihuni kerajaan binatang.

Baik beragama Islam, atau pun penduduk Kuba; berpartai nasionalis, mau pun pecinta drama Korea; semuanya harus bersama-sama menggaungkan bahwa mengurangi emisi gas rumah kaca, mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon sebanyak-banyaknya, melestarikan lingkungan, merupakan tindakan terpuji.

Bagi yang beragama Islam tindakan tersebut terpuji di mata Allah; bagi penduduk Kuba perilaku tersebut disukai el comandante Che Guevara; bagi politisi partai nasionalis perbuatan tersebut sangat patriotik; dan bagi pecinta Drama Korea langkah tersebut sebagai sesuatu yang romantis.

Baca juga:  Hadits tentang Pentingnya Mencintai dan Merawat Bumi

Akan tetapi bila ada segelintir manusia yang sama sekali tidak peduli dengan fakta bahwa bumi kita sedang menuju pada kehancuran ekologis, maka dekati wajahnya kemudian layangkan ungkapan “OK Boomer” sampai mukanya basah kuyup kena cipratan ludah Anda!

OK BOOMER??!

Ilham Ibrahim

Warga Muhammadiyah yang kebetulan tinggal di Indonesia

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar