Santri Cendekia
Home » Pelopor Observatorium di Indonesia

Pelopor Observatorium di Indonesia

Tidak dipungkiri, keberadaan observatorium di Indonesia yang terus berkembang dan meningkat adalah karena adanya sosok-sosok yang berjasa memperkenalkan, membimbing, dan mempraktikkkannya di tengah masyarakat.

Sosok-sokok ini berperan memberi wawasan, edukasi, dan aplikasi praktis tentang observatorium dan astronomi di tengah masyarakat, khususnya di kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Di Indonesia, setidaknya ada tiga sosok yang dapat dikatakan sebagai pelopor observatorium di tanah air. Dikatakan pelopor adalah karena ketiganya sejak lama dan sampai kini terus aktif membimbing dan memberi pencerahan tentang astronomi dan observatorium kepada masyarakat. Bahkan ketiganya masing-masing memiliki observatorium pribadi di kediamannnya masing-masing.

Ketiga tokoh tersebut adalah Hendro Setyanto (Bandung), Mutoha Arkanuddin (Yogyakarta), dan AR Sugeng Riyadi (Solo). Berikut ini akan dikemukakan biografi singkat dan kiprah sekilas ketiganya dalam pengembangan observatorium dan astronomi secara umum di Indonesia.

Hendro Setyanto

Lahir di Semarang (Jawa Tengah), 1 Oktober 1973, menyelesaikan jenjang Madrasah Aliyah di Tebuireng Jombang. Strata satu dan strata dua ia selesaikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil jurusan astronomi.

Dalam karir akademik astronominya, beliau pernah bekerja di Observatorium Bosscha sebagai pemandu kunjungan publik. Sejak mahasiswa beliau sudah aktif menekuni astronomi secara teori dan praktik, diantaranya bersama sejumlah kolega mahasiswa jurusan astronomi Institut Teknologi Bandung ia membentuk forum kajian ilmu falak bernama ZENITH.

Adapun peran dan kontribusinya dalam pengembangan observatorium di tanah air sudah tidak diragukan lagi. Hampir seluruh insan astronomi dan observatorium di Indonesia mengenal sosok beliau. Secara teoretis dan praktis, beliau banyak menginisiasi dan membimbing pendirian dan pembangunan observatorium di Indonesia.

Beberapa observatorium hasil bimbingan beliau diantaranya adalah Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) di Medan, Obsevatorium Winaya BPI di Bandung, Observatorium IAIN Lhokseumawe Aceh, Observatorium UAD Yogyakarta, Observatorium Jokotole IAIN Madura, Observatorium IAIN Bukittinggi, dan lain-lain.

Baca juga:  Al Ghazali, Jerussalem, dan Upaya Merebut Kembali Al-Aqsa

Beliau juga dipercaya LAPAN untuk menginstalasi kubah dan teleskop, dan memindahkan sistem observatorium (dome-teleskop) dari Bandung ke Tilong. Selain itu saat ini ia dipercaya menangani pembangunan Planetarium DNA Observatorium UIN Wali Songo Semarang, yang nantinya merupakan planetarium perguruan tinggi pertama di Indonesia.

Dalam bidang kreasi dan konstruksi instrumen astronomi, inovasinya tidak diragukan lagi, diantaranya adaptasi dan inovasi kreatifnya terhadap instrumen Rubu Mujayyab dan Jam Matahari (Sundia, Mizwala) dari konstruksi klasik kepada bentuk dan desain kekinian.

Atas dedikasi dan inovasinya dalam dunia astronomi dan observatorium, ia mendapat penghargaan dua rekor MURI, yaitu (1) “Mobile Observatory” pertama di Indonesia, dan (2) “Kacamata Matahari Terbesar” tahun 2016.

Salah satu aktivitas astronomi dan observatorium sehari-hari beliau yang patut ditiru adalah kerap melakukan pengamatan (observasi) benda-benda langit di malam hingga pagi hari, dimana hasil-hasil observasinya kerap ia publis di media sosial.

Saat ini beliau tercatat dan dipercaya sebagai wakil Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFNU PBNU). Beliau juga aktif menulis, beberapa karyanya: “Membaca Langit” (Al-Ghuraba, 2008) dan “Rubu Mujayyab” (Pudak Scientifik, 2002).

Selain itu, dalam diskursus hisab rukyat dan kalender Islam di Indonesia, beliau menelurkan sebuah konsep kalender yang dikenal dengan Konsep 29. Konsep ini banyak dikaji dan dipelajari oleh berbagai pihak, baik individu maupun lembaga.

Mutoha Arkanuddin

Beliau adalah pengelola “Griya Antariksa” yang di dalamnya membawahi dua observatorium, salah satunya Observatorium Rukyatul Hilal Indonesia (RHI). Salah satu koleksi teleskop di dalamnya yang cukup populer dienal dengan “Kiyai Guntur”.

Saat ini beliau tercatat sebagai anggota Tim Hisab Rukyat (THR) Kementerian Agama Pusat utusan dari Daerah Istimewa Yogyakarta.

Baca juga:  Ironi Jilbab TNI ; Apakah UUD 45 Hanya Berlaku di Aceh?

Perannya dalam pengembangan observatorium di Indonesia adalah ia kerap memberi pelatihan ilmu falak secara teori maupun praktik di berbagai tempat dan daerah, terutama teori dan praktik teleskop dan alat-alat falak lainnya. Beliau juga kerap membimbing siswa-siswa yang akan berlaga dalam ajang Olimpiade Sains Nasional, khususnya dalam cabang astronomi.

Salah satu kontribusi melekatnya di bidang astronomi dan observatorium adalah produksi dan inovasinya dalam pembuatan Roket Air Indonesia. Sejauh ini telah ada sekian kali ia memodifikasi alat ini dengan bentuk yang unik dan atraktif. Seperti diketahui, di Indonesia, bahkan dunia, terdapat ajang perlombaab Roket Air.

Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) di Medan juga hingga kini dalam kegiatan penerimaan kunjungan sekolah-sekolah tingkat TK, SD, dan SMP menyuguhkan permainan Roket Air, dimana inspirasi ini berasal dari beliau. Bahkan beberapa personalia tim OIF UMSU telah mampu membuat secara mandiri alat ini, lagi-lagi atas bimbingan beliau.

Saat ini beliau juga tercatat sebagai konsultan dalam pembangunan observatorium di UIN Raden Fatah Palembang. Salah satu bentuk tanggung jawab moral-intelektualnya, beliau juga menyusun sejumlah buku panduan penggunaan alat-alat astronomi, seperti: Buku Panduan Jam Bencet Modern RHI, Panduan Astrolabe, dan lain-lain.

Beliau juga kerap membimbing mahasiswa-mahasiswa yang melakukan penelitian, seperti dari mahasiswa UIN Wali Songo Semarang. Bersama Hendro Setyanto, beliau juga berjasa membimbing proses pembangunan Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) di Medan.

AR Sugeng Riyadi

Beliau adalah pembimbing dan pengelola Observatorium Assalaam di Sukoharjo (Solo), lahir di Kabupaten Semarang, 1 Desember 1972.

Menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Pendidikan Fisika dari Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FPMIPA IKIP) Yogyakarta (saat ini Universitas Negeri Yogyakarta atau UNY) pada tahun 1998. Lalu S2 Studi al-Qur’an dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta tahun 2013.

Baca juga:  Siapa Bilang Wanita Haid Tidak Boleh Puasa?

Kontribusinya dalam pengembangan observatoium di Indonesia adalah posisinya sebagai pengelola atau pengasuh Observatorium Assalaam sejak tahun 2001 sampai saat ini. Observatorium ini merupakan yang pertama dan ternama dalam tingkat pesantren se-Indonesia, bahkan tingkat sekolah menengah secara umum. Selain itu, melalui observatorium ini ia tercatat sebagai member ICOP yang rutin memberi laporan pengamatan hilal dari teritorial Indonesia.

Selain itu, kontribusinya dalam astronomi dan observatorium adalah ia rutin dan intens melakukan observasi fajar dan syafak sejak tahun 2007 sampai hari ini. Sejumlah koleksi pengamatan fajar dan syafaknya terdata dan tersimpan di http://pakarfisika.wordpress.com dan https://rukyahfajar.wordpress.com, yang dapat diakses oleh siapa saja.

Dalam pembinaan dan pelatihan teleskop, ia berperan memberi pelatihan teleskop dan ilmu falak di sejumlah tempat dan momen. Sampai saat ini, beliau juga tercatat aktif dalam sejumlah organisasi keilmuan astronomi dan fisika, seperti Pembina CASA (Club Astronomi Santri Assalaam), Pendiri dan Pembina Solo Astro Club, anggota Himpunan Astronomi Indonesia, Anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag RI, Ketua Umum Himpunan Astrofotografi Indonesia, dan lain-lain.

Ia juga aktif mengisi seminar, simposium, diklat, dan daurah astronomi dan observatorium di berbagai tempat. Ia juga aktif menulis di media seperti majalah, harian, website, dan lain-lain. Informasi lebih jauh tentang peran dan kiprah beliau dapat dilihat dalam akun media sosialnya yaitu http://pakarfisika.wordpress.com.[]

Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar

Dosen FAI UMSU dan Kepala Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

2 komentar

Tinggalkan komentar