Santri Cendekia
Home » Meluruskan Tirto Soal Perang Badar

Meluruskan Tirto Soal Perang Badar

Sebagai seorang penikmat siroh, hati ini terpantik membaca artikel tirto yang berjudul “Asal-Usul Puisi Neno Warisman dan Sejarah Perang Badar ”.Ada beberapa kutipan penulis artikel pada buku karangan Karen amstrong yang berjudul “Muhammad Prophet for Our Time (2007) ” yang menurut penulis perlu diluruskan.

Yang pertama adalah, “Perang Badar terjadi pada 17 Ramadan tahun kedua Hijriyah, bertepatan dengan 13 Maret 624 Masehi. Karen Amstrong dalam Muhammad Prophet for Our Time (2007) mencatat, pada saat-saat awal hijrah, kaum Muslimin Muhajirin tidak menemukan sumber pendapatan yang mandiri. Sementara posisi Madinah menjadi rute perjalanan para kafilah dagang Makkah dari dan ke Suriah.”

Tanggapan: Rasulullah tidak pernah mengajarkan para sahabat untuk hidup bar-bar hanya karena kondisi ekonomi yang sulit untuk merampok kafilah dagang meski itu milik orang kafir sekalipun. Yang sebenarnya saat itu terjadi adalah, bahwa setelah muslimin hijrah ke madinah, quraisy masih belum menghentikan permusuhan mereka kepada muslimin. Sehingga muslimin yang sudah bersabar selama 13 tahun di Makkah untuk menahan tangan mereka dari membalas penyiksaan quraisy pun menyambut deklrasi perang quraisy tersebut.

  1. Abu Jahal masih memprovokasi dan mengancam saad bin muadz ketika sedang melaksanakan umroh di Makah. [1]
  2. Quraisy menyusun konspirasi dengan Abdullah bin ubay bin salul yang saat itu masih kafir untuk melakukan serangan terhadap muslimin di madinah, namun batal karena Rasulullah mendapatkan informasi melalui jibril dan segera menghampiri ibnu ubay untuk mengungkap rencanannya dan meredakan suasana. Akhirnya rencana ibnu ubay dibatalkan.[1]
  3. Banyak harta muslimin, khususnya kaum muhajirin dirampas dan ditahan di Makkah ketika mereka hijrah, misalnya harta milik shuhaib bin Sinan dan Abdurrahman bin auf. [2]
Baca juga:  Muhammadiyah dan Upaya Penyatuan Kalender Islam: Refleksi Ramadhan 1437 H

Dalam kondisi perang, hukum harta dan nyawa menjadi mubah, itulah mengapa muslimin memutuskan untuk menyerang dan merampas kafilah dagang quraisy. Jadi yang memulai semua itu adalah quraisy, bukan muslimin. Sehingga tidak tepat jika penyerangan dan perampasan kafilah dagang itu bermotif ekonomi.  Motifnya adalah perlawanan terhadap Quraisy yang masih berusaha merong-rong kedaulatan dan ketentraman muslimin di madinah.

Statement selanjutnya , “Amstrong menambahkan, sebuah cara untuk meraih pendapatan dan waktu itu dianggap lumrah adalah dengan cara menyerang para kafilah. Karena motifnya ekonomi, biasanya sasaran utama bukan untuk menumpahkan darah, melainkan merebut unta-unta, barang dagangan, dan tawanan demi uang tebusan.”

Tanggapan: Ini juga salah, karena kita tahu kisah terkenal dari Abdullah bin Jahsy yang membunuh seorang tokoh quraisy yang sedang mendampingi perjalanan kafilah dagang di bulan haram di ekspedisi Nakhlakh bulan Rajab pada tahun 2 Hijriyah [1]. Bukti yang kuat dari kisah ini adalah asbabun nuzul dari surat Al Baqarah ayat 217, “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan haram, katakanlah berperang pada bulan haram itu dosa besar…”[3].

Artinya, memang sekali lagi motif utama perampasan kafilah dagang itu bukan motif ekonomi, tapi memerangi quraisy. Kebetulan saat itu strategi yang paling jitu adalah dengan memutus dan mengganggu aktivitas dagang yang menjadi nafas dan tulang punggung utama ekonomi di Makkah.  Jika para pembaca pernah menonton film yang berjudul “gangster squad”, di situ lakon utama, Sersan John O’mara  dan timnya yang punya misi memberantas mafia level atas yaitu mickey cohen, juga menjadikan aktivitas-aktivitas ekonomi sang mafia sebagai sasaran utama penyerangan mereka. Karena itu strategi yang jitu untuk melemahkan dan memukul mental lawan.

Baca juga:  Adakah "Kesalahan" Gramatik di dalam Al-Qur’an?

Statement selanjutnya, “Tak seorang pun pada zaman itu mendapati perkembangan semacam ini sebagai sesuatu yang mengejutkan. Ghazw merupakan keharusan yang normal dalam masa-masa sulit, kendati sebagian orang Arab tentunya akan terkejut dengan keberanian kaum Muslim untuk menghadang kekuatan suku Quraisy, khususnya karena mereka jelas merupakan pejuang-pejuang yang tak terlatih,”

Tanggapan: Ini juga salah, muslimin saat itu terdiri dari muhajirin yang di representasikan oleh orang orang quraisy dan kaum anshar yang direpresentasikan oleh kaum aus dan khazraj. Orang-orang quraisy memiliki kekuatan militer yang disegani di jazirah arab. Apalagi orang-orang Anshar, hari-hari mereka sebelum kedatangan islam dihabiskan oleh perang saudara.  Seperti pernyataan seorang sahabat Al Barra bin Ma’rur ra dalam peristiwa bai’at aqabah kedua,  “Maka baiatlah kami wahai Rasulullah, kami adalah orang orang yang mahir berperang dan membuat senjats. Kami mewarisi ini dari nenek moyang kami!”. [4]

“Kaum Muhajirin sebenarnya tidak berselera menanggapi usulan penyerangan itu. Menurut Amstrong, mereka telah lama meninggalkan kehidupan nomadik dan telah kehilangan kebiasaan dan keterampilan ghazw. Mereka mungkin hanya akan pulang dengan tangan kosong jika melakukan penyerangan. Namun, Rasulullah tetap mendorong mereka dengan pertimbangan politik. Penyerangan itu dimaksudkan untuk membangkitkan perhatian kaum Quraisy Makkah terhadap kaum Muslimin yang telah mereka tindas hingga hijrah ke Madinah.”

Tanggapan: Penulis pun tak paham Karen berpendapat bahwa kaum muhajirin sebenarnya tidak berselera menanggapi usulan penyerangan itu dari mana? Karena kembali ke premis awal, bahwa memang tujuan utama muslimin berperang bukan urusan harta. Jadi tak mungkin sahabat keberatan menjalani perintah penyerangan kafilah dagang Quraisy hanya karena peluang mendapatkan harta rampasan kecil.

Sekian sanggahan-sanggahan penulis pada artikel tirto yang berjudul “asal-usul puisi Neno warisman dan sejarah perang badar”. Maka mempelajari siroh nabawiyah itu penting, karena itu yang akan membentuk keutuhan pemahaman kita tentang agama ini. Itu mengapa orientalis-orientalis jahat (tidak termasuk karen amstrong) tidak sedikit mengarahkan serangan mereka terhadap kisah kehidupan Rasulullah. Karena kesalahan pemahaman kita terhadap Rasulullah SAW dan para sahabat sebagai generasi muslimin yang paling orisinil, akan mengakibatkan kesalahpahaman kita terhadap seluruh tubuh agama ini.

Baca juga:  Fatih Seferagic; Jadi Hafidz Karena ‘Paksaan’ Ibu

Pelajaran penting lainnya, stop penyakit inferiority complex (minder) sampai – sampai merasa bahwa siroh nabawiyah versi orientalis lebih akurat dan objektif dibanding siroh nabawiyah versi ulama ulama kita yang lurus hingga menjadikan siroh versi orientalis menjadi sumber rujukan utama. Silahkan menjadikan orientalis sebagai referensi atau rujukan, tapi bukan referensi dan rujukan utama bahkan mengutamakan mereka di atas para Ulama-ulama kita.

 

Allahu a’lam

Referensi:

[1] Ghazwah Ar-Rasulillah, Syeikh Ali Muhammad Ash-shallabi

[2] Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, Imam Ibnu Katsir

[3] Sirah Ibnu Hisyam

[4] Fiqih Siroh, Syeikh Muhammad Ali Ash-Shallabi

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar