Santri Cendekia
Home » Sebab-Sebab Hati Yang Sakit

Sebab-Sebab Hati Yang Sakit

Tulisan ini membahas tentang hati yang sakit dari kitab berjudul Thibul Quluub karya Ibnu Qayyim Ajjauzii. Pembahasan ini penting dan menarik. Kita seringkali merasa heran, mengapa sangat sulit sekali untuk beribadah dan taat pada Allah. Padahal seluruh kekuatan sudah dikerahkan untuk berbuat baik tapi tak kunjung berhasil. Permasalahannya bisa jadi karena hati kita mengalami penyakit yang membuat diri kita gagal mendekati Allah Ta’ala.

Ibnu Qayyim mendefinisikan hati sebagai al-malik alias raja/ yang sibuk mengurusi seluruh organ tubuh manusia. Seluruh organ itu tunduk, patuh, dan mengikuti instruksi dari hati.

Hati adalah organ yang paling mulia di badan kita. Hatilah yang membuat manusia hidup dan memunculkan ruh dan daya kekuatan. Pada hati terletak akal dan ilmu, kerendahan hati dan keberanian, kemuliaan dan kesabaran, ketelitian, kecintaan dan hasrat, keridhaan dan kemarahan. Hati tempat berkumpul segala sifat yang sempurna. Seluruh organ yang dhahir dan bathin adalah pasukan-pasukan dari hati. Hati menjadi panglima bagi mereka.

Rasulullah bersabda:

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka ia rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati

Kitab penawar bagi yang merasa susah tobat dan taat
Kitab penawar bagi yang merasa susah tobat dan taat

(jantung)” (HR. Bukhari no 52 dan Muslim no. 1599)

Ibnu Qayyim membagi hati menjadi tiga golongan.

  1. Hati yang sehat
  2. Hati yang sakit
  3. Hati yang mati

3 golongan hati ini dibahas dalam awal surat Al-Baqarah.

Hati yang sehat dimiliki oleh orang-orang yang taqwa, yakni orang yang percaya pada hal-hal ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rizqi di jalan Allah, dan beriman pada Al-Qur’an, kitab-kitab yang dahulu, serta hari akhir.

Hati yang mati dimiliki oleh orang-orang kafir, yakni orang yang telah Allah kunci hati, pendengaran, penglihatan mereka.

Hati yang sakit dimiliki oleh orang munafik, yakni orang mengaku beriman pada Allah dan hari akhir. Pengakuan keimanannya itu ditujukan untuk menipu Allah dan orang beriman.

Pada tulisan ini pembahasan kita akan berfokus pada golongan hati yang sakit.

Hati yang sakit berbeda dengan sakit hati. Sakit hati adalah gejala yang terasa dan disadari oleh diri kita, sedangkan hati yang sakit itu diakibatkan oleh penyakit hati. Saat ini yang lebih kita tahu dan sadari adalah sakit hati. Sakit hati kita kenal sebagai perasaan gelisah dan terpukul. Bisa karena kehilangan sesuatu/seseorang yang kita cinta,  ngenes saat cinta tak terbalas,  rindu yang tak sampai, perasaan sakit ketika harapan tak lekas jadi kenyataan, Atau ketika dihina dan dibully orang lain.

Baca juga:  Kritik Wael B Hallaq terhadap Fondasi Orientalisme (Bagian III)

Hati yang sakit adalah hati yang hidup tapi memiliki virus. Hati golongan ini masih hidup karena masih memiliki sejumput rasa takut dan iman pada Allah serta ikhlas kepada-Nya. Tapi daya hidup hati ini kalah oleh virus cinta syahwat. Kecintaan syahwat ini terlihat dari orientasi hidup yang memprioritaskan kesenangan badani. Adanya rasa sombong dan ‘ujub (bangga pada diri sendiri), dan kecintaan pada hal-hal duniawi yang berlebih.

Virus dan penyakit hati membuat hati jauh dari mengenal Allah. Terpisah karena tidak mencintai Allah dan enggan bertemu dengan-Nya karena tidak ada rindu di hati. Hal ini terlihat dari malas beribadah dan berat untuk belajar ilmu agama.

Lalu apa yang menyebabkan penyakit hati?

Secara sederhana, Ibnu Qayyim menganalogikan hati dengan tubuh jasmani kita. Tubuh akan sakit apabila mengalami sesuatu hal yang di luar kebiasaan, maksudnya mengalami kekuarangan atau kelebihan terhadap sesuatu. Misalnya kita terserang flu karena kita terkena udara dingin berlebih. Kita bisa sembuh dengan menambahkan stimulus yang hangat pada tubuh. Atau ketika kita terkena panas berlebih sehingga terkena demam, maka kita bisa sembuh dengan minum air yang banyak untuk meredakan panas tubuh.  Begitu pula hati, bisa terkena penyakit apabila menerima input atau mengeluarkan output di luar kebiasaan. Bisa karena kekurangan atau kelebihan.

Ibnu Qayyim merumuskan beberapa hal yang dapat merusak hati yaitu

  1. Terlalu banyak bergaul dengan manusia.

Menurut David Hume, seorang filsuf Skotlandia yang menulis A Ttreatise of Human Nature, pergaulan antar manusia bisa memunculkan dua kemungkinan yaitu love atau hatred. Kita bisa menjalani hubungan cinta atau hubungan benci.

Dalam kadar yang berlebih, cinta atau benci bisa condong pada kebutaan nurani untuk melihat seorang secara apa adanya atau objektif, bahkan setelah diberikan pengakuan atau penjelasan sekalipun. Ali ibn Abi Thalib radiyallahu anhu berkata “Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu.”

 

Lalu yang paling merusak dari terlalu banyak bergaul dengan manusia adalah kemungkinan jatuhnya kita pada pergaulan buruk, yakni dengan bergaul bersama orang yang buruk akhlak dan kebiasaanya.

Baca juga:  Al-Ghazali Ternyata Suka Makan Mie Goreng

Teman sangat berpengaruh pada pola pikir dan tindakan kita, sebagaimana ilustrasi yang Rasulullah shalallahu alaihi wa salam berikan pada kita, jika kita bergaul dengan penjual parfum kita akan terbawa harum, dan jika bergaul dengan pandai besi kita akan terperciki api.

Apabila terlalu sibuk bergaul dengan manusia, kita kehilangan banyak waktu untuk beribadah pada Allah Ta’ala.

  1. Attamannii (berharap sesuatu yang berlebih, tidak realistis, utopis)

Berharap sesuatu yang mustahil bisa merusak hati dan mental. Misalnya berharap kembali ke masa lalu untuk memperbaiki kesalahan. Berharap sukses tapi tidak bekerja keras. Berharap mendapatkan keuntungan besar tapi tidak sepeser pun mengeluarkan investasi.

Ketika harapan tidak menjadi kenyataan, orang-orang banyak khayal seperti itu akan menyalahkan nasib, taqdir, bahkan Allah Ta’ala. Etos belajar dan kerja tidak terbangun, yang ada di hati hanya kedongkolan dan kritik-kritik pedas tanpa mampu menghadirkan solusi.

  1. Bergantung pada selain Allah

Menurut Ibnu Qayyim, bergantung pada selain Allah adalah penyebab kerusakan yang paling parah karena bisa menghantarkan pelakunya kepada syirk, yakni penyekutuan Allah dengan yang lain.

Janganlah kamu adakan tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah).” (QS Al-Isra’ : 22)

  1. Kenyang

Kerusakan akibat kenyang ini bisa terjadi karena dua hal.

Pertama, mengkonsumsi makanan yang haram. Makanan haram berpengaruh besar pada hati seseorang. Kebiasaan melampaui batasan-batasan Allah akan membuat pelakunya meremehkan dosa-dosa yang lain. Terbiasa minum alkohol misalnya, bisa membuat orang itu menganggap enteng larangan-larangan Allah seperti zina, membunuh, dan mencuri.

Kedua, mengkonsumsi sesuatu yang halal dengan kadar berlebih. Makan dan minum berlebih bisa membuat mengantuk dan berat untuk melakukan ibadah pada Allah. Pada kadar yang lebih tinggi bisa menyebabkan penyakit bahkan kematian. Kalau tubuh sudah sakit, akan ada banyak halangan untuk beribadah.

  1. Terlalu banyak tidur

Tidur membuat kita kehilangan banyak waktu. Membuat kita lalai dan malas. Membuat hati menjadi mati. Kadang waktu shalat terlewat ketika tidur. Tidur yang berlebih berpengaruh pada keadaan otak, bisa mengakibatkan pusing dan sakit kepala, dan membuat badan tidak fit.

Baca juga:  Mengatasi Sakit Hati Ala Nabi

Waktu makruh (dibenci Allah) untuk tidur adalah ketika mendekati waktu shalat dan setelah shubuh sampai terbit matahari. Waktu ini adalah waktu untuk mulai bekerja dan tersebarnya rizqi dari Allah.

  1. Terlalu banyak melihat-lihat

Dari mata jatuh ke hati. Saat ini banyak berkeliaran foto-foto selfie muslimah yang bisa saja membuat hafalan Qur’an melayang. Teman-teman di beranda Facebook memamerkan pencapaiannya membuat hati iri, bahkan kadangkala menjadi minder dan tak bersyukur akan kehidupan sendiri.

Terdapat banyak berita tersebar di lini masa. Kita tertarik untuk membaca dan seringkali terbawa berita itu dan akhirnya berprasangka buruk dan habis waktu.

Mengenai membaca berita, Nicholas Nassem Taleb, seorang pialang saham penulis buku The Black Swan, memberikan nasehat yang bermanfaat; kita tak perlu membaca berita di internet atau bahkan berita harian. Berita-berita harian biasanya masih mengandung asumsi dan dugaan, belum terklarifikasi. Dengan membaca berita, bukannya mencerdaskan, justru malah mengaburkan pikiran kita. Kalau pun kita tak bisa hidup tanpa membaca berita, bacalah berita di majalah bulanan atau tahunan. Pada majalah itu, isu terpenting selama sebulan dan setahun akan muncul berdasarkan seleksi. Yang kita tahu pada akhirnya adalah fakta dan peristiwa penting.

  1. Terlalu banyak berkata-kata

Semakin banyak berkata semakin banyak juga kemungkinan untuk berbohong atau salah. Ketika berbohong, kita akan membuat kebohongan itu kuat dan tidak terbongkar dengan menambahkan kebohongan yang lain.

Terbiasanya banyak berkata akan menumpulkan hati. Karena kadang kala ketika kita speechless, kehabisan kata, pada akhirnya kata yang tidak kita yakini dan sesuai dengan hati kita akan keluar begitu saja dari mulut.

Sekian pembahasan mengenai hati yang sakit. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan hati kita selalu sehat agar selalu taat pada Allah Ta’ala..

Catatan : Penulis mengambil poin-poin dan garis besar dari tulisan Ibnu Qayyim di buku Thibul Quluub. Adapun pada uraiannya terdapat tambahan dari wawasan dan pengetahuan penulis.

Ginan Aulia Rahman

Mahasiswa Filsafat Universitas Indonesia, dulu nyantren di Darul Arqam Muhammadiyah Garut dan Ma'had Addauly Damascus, Syria.

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar