Santri Cendekia
Home » Petunjuk-petunjuk yang Menyesatkan (Al-Baqarah : 120 part terakhir)

Petunjuk-petunjuk yang Menyesatkan (Al-Baqarah : 120 part terakhir)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

 

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan Ridho kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al-Baqarah : 120)

 

Di dunia ini, dan di setiap masa dari yang lampau hingga detik ini, sudah banyak pihak-pihak yang hadir dengan membawa ideologinya, pemikiran-pemikirannya, argumen-argumennya, lalu mengklaim itulah petunjuk yang paling tepat bagi manusia. Kita belajar dari kisah diturunkannya Nabi Adam dari surga. Setelah Allah memberi petunjuk agar Nabi Adam tidak memakan buah yang ada di dalam surga, Iblis datang dengan wajah manis dan petunjuk lain yang seolah terlihat lebih “ramah”. Iblis berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak binasa?” (Thaha : 120). Iblis menyempurnakan petunjuk sesatnya dengan kalimat indah yang menipu, “Sesungguhnya, aku ini benar-benar termasuk para penasehatmu” (Al-A’raf : 21). Dari sini kita wajib mengambil pelajaran, pemikiran macam apapun, yang meski terihat ramah dan begitu logis, kalau ternyata itu sudah bertentangan dengan petunjuk dari Allah, sudahlah tinggalkan. Semua itu, yang mereka klaim sebagai petunjuk, bukanlah petunjuk sesungguhnya. Karena petunjuk sesungguhnya hanya datang dari Allah dan Rasul-Nya.

Baca juga:  Benarkah Aisyah R.A Mengingkari Mi'raj?

Contoh :

Statement 1 : Islam adalah agama yang paling benar.

Statement 2 : Semua agama benar dan menuju pada satu titik.

Sekilas statement 2 terlihat lebih ramah dan mengakomodir banyak pihak. Tapi apakah statement 2 menjadi lebih pantas untuk diikuti daripada statement 1 yang mungkin disebut oleh orang-orang “kekinian” sebagai statement intoleran atau mungkin statement fundamentalis? Tentu tidak, karena esensi dari statement 1 banyak Allah sebutkan dalam ayat-ayat Qur’an misalnya Ali Imran : 85. Sedangkan statement 2????

Atau contoh lainnya :

Statement 1 : Muslimin yang beriman wajib membela agama Allah.

Statement 2 : Allah Maha Besar, tidak perlu kita bela.

Statement ke-2 terlihat lebih logis, namun sayang, bagi yang membaca Qur’an khususnya surat Muhammad : 7 atau surat As-Shaff : 14,, statement semacam ini masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Sayangnya, banyak sekali sekarang saudara-saudara kita yang tertipu “petunjuk-petunjuk” yang menyesatkan semacam ini.

Selanjutnya “Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”. Ayat ini menjadi peringatan kepada kita, bukannya tidak mungkin bagi orang-orang yang memiliki ilmu tetap memilih untuk mengikuti “petunjuk-petunjuk” yang menyesatkan. Faktor penyebabnya banyak, ada yang karena urusan kekuasaan, ada yang karena urusan perut, sampai karena urusan dengki dan penyakit hati lainnya. Ketika semua itu kita lakukan, maka Allah tidak akan lagi menjadi pelindung dan penolong bagi kita. Lalu, ketika Allah sudah berdeklarasi dengan statement semacam itu? Sudah bergidikkah bulu kuduk kita membayangkan zabaniyah-zabaniyah-Nya yang menanti kita?

والله أعلمُ بالـصـواب

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar