Santri Cendekia
Home » Selingkar Cincin, Untuk Hatimu

Selingkar Cincin, Untuk Hatimu

 

Kunci kebahagiaan adalah sebuah cincin yang harus dikenakan semua jiwa. Kusebut cincin sebab ia melingkar tidak terputus, dan jika dikenakan akan membuat jiwa bertambah cantik. Cincin itu terbentuk dari lingkaran bersyukur, bersabar dan ikhlas. Syukur atas semua yang telah diberikan kepadamu. Ini bukan perkara mudah, nafsu akan selalu menggugat nikmat Allah. Ia akan sangat jeli menujukan betapa sialnya kamu, betapa orang lain selalu lebih beruntung daripada kamu, betapa kamu tidak pernah mendapatkan kesempatan sukses sedang orang lain selalu mendapatkannya. Bersykur selalu tidak mudah. Tapi jika kau mengikuti bisikan nafsumu itu, maka tamatlah sudah. Kau tidak akan pernah bahagia di dunia dan pasti menderita di akhirat. Maka jika nafsu berusaha meruntuhkan kesyukuran yang hendak engkau bangun, segeralah panggil bala bantuan bernama sabar.

Bersabar menerima hal-hal yang belum bisa benar-benar seperti inginmu. Menahan diri untuk tidak mengeluh. Kala rasa syukur sangat susah terwujud, ketika engkau bahkan bingung bagian mana dari hidup ini yang pantas untuk disyukuri, cepat-cepatlah ingat kesabaran. Bahkan, jika engkau memang belum bisa meyakinkan jiwamu untuk bersykur, sebab nafsu telah menutup mata hatimu hingga yang tampak hanya derita hidup, pegang eratlah kesabaran. Ya mungkin hidupmu kali ini memang hanya berisi derita, mungkin memang begitu, mungkin memang tidak ada yang bisa kau syukuri, tapi selalu ada ruang untuk kesabaran. Jika kau sudah bangkrut, maka harta satu-satunya adalah kesabaran. Jika kesabaran pun telah engkau gadaikan, maka yakinlah, bukan saja bangkrut di dunia, di akhirat engkau akan menjadi manusia paling celaka.

Tetaplah berpegang pada kesabaran, sambil pelan-pelan kau bangun keikhlasan. Ikhlas akan kembali membuka mata hatimu, melenyapkan rabun yang yang ditimbun nafsu di pelupuknya. Dengan ikhlas engkau akan menemukan betapa ada banyak sekali nikmat Allah yang harus disyukuri. Ikhlas adalah meyakini dengan tulus dan murni bahwa tidak ada satupun yang engkau miliki. Semua adalah pinjaman. Bahkan lebih dari itu, bukan pinjaman atau titipan, Allah hanya berkendak memberimu dan kau tidak punya hak untuk merasa memilikinya. Engkau seperti meja yang di atasnya ditata hidangan lezat. Meja sama sekali tidak memiliki hak apapun atas hidangan itu, semua adalah milik dan hak penuh tuan rumah dan tetamu. Meski begitu, meja itu akan selalu dirawat oleh pemiliknya. Meja yang bodoh adalah meja yang mengeluh sebab hidangan yang kebetulan diletakan di atasnya diambil kembali pemiliknya, dan ia lupa semua perawatan istimewa yang selama ini ia dapatkan.

Meja yang ikhlas adalah meja yang tidak pernah memikirkan hidangan atau apapun yang diletakan pemilik di atasnya, tapi ia selalu berusaha menjalankan fungsinya dengan maksimal, dan selalu bersyukur untuk stiap perawatan dari pemiliknya. Manusia yang ikhlas adalah ia yang hatinya tidak tertawan oleh dunia yang diletakan Allah di tangannya, ia hanya berfikir untuk menjalankan amanah Allah dengan maksimal, dan selalu bersykur bahwa nikmat-Nya selalu meliputi bahkan ketika tengah berbuat maksiat. Ikhlas akan membuka mata hati dan membangun kesyukuran. Jika ikhlas melemah, maka rasa syukur akan merapuh, segeralah berpegang pada kesabaran. Lalu kembali bangun keikhlasan, niscaya syukur akan kembali teguh, dan bahagia semoga terwujud.

Selalulah bersyukur, bersabar, dan ikhlas. Lakukan saja hal-hal yang sanggup engkau lakukan dalam mengabdi kepada Allah. Sebab Dia yang janji-Nya adalah pasti telah bertitah ;

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ (114) وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (115)

Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (Hud : 114)
Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan (Hud : 115)

Yang perlu engkau lakukan hanya memperbaiki ibadah, berbuat baik kepada sebanyak-banyaknya orang. Menebar manfaat. Shalatlah dengan baik sebab itu adalah sarana mengadu kepada-Nya, juga bentuk rasa syukur. Shalat yang tidak disertai perasaan syukur mendalam selalu hampa. Aku sudah sering mengalaminya, shalat yang tidak berbekas itu. Semoga Allah berkenaan menghapus keburukan yang tertimbun menutupi hati dengan ibadah yang ikhlas. Yang perlu aku dan kamu lakukan adalah berbuat baik semampu-mampunya dengan ikhlas, selalu bersyukur dan tidak lupa untuk bersabar. Semoga bahagia itu tercapai, semoga damai di hati. Semua ini adalah lingkaran yang tidak boleh terputus, amal harus selalu bertautan dengan ikhlas, yang bertautan dengan syukur, yang bertautan dengan sabar yang bertautan dengan ikhlas yang bertautan dengan suykur, yang bertautan dengan…..

___________

Ayub

Mengejar impian sederhana, menjadi pecinta semesta.

1 komentar

Tinggalkan komentar