Santri Cendekia
Effort Illusion
Home » Seri Fallacy : Effort Illusion

Seri Fallacy : Effort Illusion

Seri Fallacy

Effort Illusion

Kamu pernah nonton Monsters University?

Film tersebut menceritakan Mike Wazowski, sesosok monster bertubuh imut yang belajar keras untuk masuk Monster University. Ia bercita-cita menjadi scarer, yakni monster yang kerjanya menakut-nakuti anak-anak untuk diambil energi teriakkannya. Di dunia monster, energi itu bermanfaat sebagai kebutuhan listrik sehari-hari.

Mike belajar siang malam menghafalkan cara dan mempraktikkan teknik menakut-nakuti anak-anak. Tapi sekeras apapun berusaha, dia tetap tidak menakutkan. Lain nasibnya dengan Sulley, sesosok monsters keturunan Sullivan yang terkenal prestasinya sebagai scarers. Sulley cukup mengaum keras maka anak-anak akan histeris ketakutan.

Dari kasus Mike dan Sulley di atas, kita belajar bahwa; kadangkala ada sesuatu yang tidak bisa dicapai dengan berusaha/kerja keras. Selama ini kita melihat orang-orang yang berhasil karena usaha, padahal keberhasilan itu didapat karena keunggulan komparatif (anugrah/bakat), bukan keunggulan kompetitif (etos kerja/usaha). Mari kita sebut kekeliruan berpikir ini dengan nama effort ilussion.

Iklan krim pemutih wajah selalu menggunakan artis yang aslinya memang berkulit putih dan atraktif. “Pakailah krim ini agar wajahmu putih, halus dan cantik.” Katanya. Semua kemasan iklan itu sebenarnya menghadirkan ilusi, seolah dengan menggunakan krim tersebut si pengguna akan mendapatkan ‘kulit yang indah berseri’ seperti si bintang iklan. Padahal seorang yang berkulit hitam ya hitam saja, ia tidak bisa dan tidak perlu berkulit putih untuk menjadi atraktif.

Atlet-atlet olahraga biasanya memiliki postur tubuh yang secara alamiah cocok dengan olahraga yang mereka geluti. Atlet basket bertubuh tinggi dan panjang tangan. Atlet renang bertubuh hidrodinamis seperti duyung. Atlet lari bertubuh kurus ceking dan aerodinamis seperti body mobil ferarri. Salah jika kita berpikir ‘saya ingin tinggi, maka saya harus main basket.’ Belum tentu bermain basket akan membuat tubuh kita meninggi.

Baca juga:  "Polarizing Sundanese Society (?)": Tantangan Bagi Muslim Sunda

Banyak orang yang bermimpi berkuliah di Harvard agar jadi orang cerdas seperti Mark Zuckerberg, Obama, atau Bill Gates. Pertanyaannya, apakah benar Harvard adalah universitas yang bagus? Bisa saja Harvard itu tempat kuliah yang biasa-biasa saja, tapi karena seleksi yang ketat, orang-orang cerdaslah yang terpilih berkuliah di sana.

Einsteins berkata “Everybody is genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree it will live its whole life believing that it is stupid.”

Memahami effort illusion membuat kita sadar bahwa usaha saja tidak cukup. Kita perlu mengenali bakat dan kekuatan diri untuk berhasil. Cari tahu apa keunggulan komparatif kita.

Kita terlahir dengan bakat-bakat tertentu. Seperti buah-buahan yang memiliki rasa dan aroma yang khas. Masing-masing punya keunikkan.

Berkatalah jujur tentang diri sendiri sebelum bermimpi dan bercita-cita jadi sesuatu.

Kalau memang tidak punya sayap, tak perlu bercita-cita jadi elang.
Kalau memang warna suara jelek, tak usah bermimpi jadi penyanyi.
Selalu ada alternatif untuk sukses.

Sekali lagi, effort illusion bukan berarti tidak perlu kerja keras. Kerja keras tetap wajib. Arahkan seluruh energi dan cakramu pada jurus yang tepat.

KAMEHAMEHA!!!

Ginan Aulia Rahman

Mahasiswa Filsafat Universitas Indonesia, dulu nyantren di Darul Arqam Muhammadiyah Garut dan Ma'had Addauly Damascus, Syria.

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar