Santri Cendekia
Sunk Cost Fallacy
Home » Seri Fallacy : Sunk Cost Fallacy

Seri Fallacy : Sunk Cost Fallacy

Seri Fallacy… Sunk Cost Fallacy

Muhammad shalallahu alaihi wa salam diangkat menjadi utusan Allah pada usia 40 tahun. Usia berumur yang sudah tidak muda lagi untuk tugas yang begitu besar.

Untunglah Muhammad saw seorang homo ecomonicus yang cerdas dan rasional.

Beliau tidak merengek dan mengeluh pada Allah

“Kenapa baru sekarang, Ya Allah. Seandainya tugas ini aku terima ketika aku lebih muda sedikit, pasti aku lebih siap dan lebih punya banyak waktu menjalankan amanah ini.”

Dari pada mengeluh seperti itu, Rasulullah menerima tugas dengan teguh dan berdakwah dengan gigih.

Rasulullah mengesampingkan masa lalu dan berfokus pada hari ini dan masa depan. Masa muda tidak mungkin kembali, jadi untuk apa berkeluh-kesah mengharapkan itu? Rasulullah telah selamat dari kesesatan berpikir yang bernama sunk cost fallacy.

Sunk cost fallacy adalah kekeliruan berpikir yang muncul karena berharap biaya yang sudah tenggelam atau sudah lunas terbayar akan kembali lagi, padahal biaya itu sudah lenyap. Sebuah tindakan irasional jika menjadikan sunk cost sebagai bahan pertimbangan sebuah putusan atau investasi di masa depan.

Sunk cost fallacy sering terjadi dalam keadaan perang saudara. Kekeliruan berpikir ini membuat orang-orang yang berada di medan konflik merasa enggan keluar dari perang karena sudah banyak sekali pengorbanan yang mereka lakukan.

“Ayah, paman, saudara saya sudah mati. Rumahku sudah hancur. Tak mungkin saya meninggalkan perang ini sebelum menang.”

Para pejuang terus berperang, padahal tidak ada pihak yang untung dari peperangan saudara. Menang jadi arang, kalah jadi abu.

Kalau kamu merasa salah jalan, merasa rugi, merasa salah jurusan, salah naik angkot, tidak bahagia karena salah pilih pasangan, jangan merasa berat untuk putar balik dan melawan arah. Mau sampai kapan kamu menderita dan tersesat? Sudahlah… Biaya yang sudah tenggelam dan telanjur terbayar tidak akan kembali lagi. Pikirkan masa depan kamu yang masih menawarkan banyak keajaiban.

Baca juga:  Apa kata Fazlur Rahman Tentang Tugas Anggota Legislatif Muslim?

Banyak perusahaan yang bangkrut karena terlalu lama bertahan padahal sudah jelas-jelas mereka terkena sunk cost fallacy. Misalnya Western Union, sebuah perusahaan jasa telegram terbesar di Amerika. Pada saat itu Alexander Graham Bell menawarkan lisensi telepon pada Western Union. Perusahaan itu malah menolaknya dan berkata “Industri kami sudah menjadi raksasa di Amerika. Tidak mungkin kami bertaruh dan mengubah jaringan telegram dengan telepon.”. Beberapa tahun kemudian Bell mendirikan American Telephone and Telegraph Company (AT&T) yang merajai industri telepon dan telegram sampai sekarang. Setelah itu terjadi, Wertern Union hanya bisa menyesal dan nangis darah.

Concorde, perusahaan pesawat terbang supersonik berkecepatan rambat suara tak berhasil di pasar dan tak menghasilkan untung. Perusahaan ini hasil kerjasama pemerintahan Inggris dan Perancis. Atas pertimbangan mempertahankan gengsi kedua negara, Corcorde terus beroprasi kendati merugi dari tahun 1976 – 2003.

Sunk cost fallacy pun selalu membayang-bayangi kalian yang SUMO. (SUsah Move On). Kalau kata Slank masa lalu itu ada kalanya ‘terlalu manis untuk dilupakan’. Tapi sebuah fakta tak bisa diingkari bahwa sesuatu yang telah berlalu itu sudah berlalu dan tak bisa ditarik kembali. Seindah apapun masa lalu, itu semua adalah sunk cost alias biaya yang sudah tenggelam. Kamu mau ikut tenggelam bersamanya?

Memutuskan kenangan yang bikin baper sebagai sunk cost adalah alasan yang rasional untuk melupakan masa lalu.

Ginan Aulia Rahman

Mahasiswa Filsafat Universitas Indonesia, dulu nyantren di Darul Arqam Muhammadiyah Garut dan Ma'had Addauly Damascus, Syria.

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar