Santri Cendekia
Home » Surat Cinta untuk Sang Pedang Allah

Surat Cinta untuk Sang Pedang Allah

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 
Dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang sebuah surat yang meluluhkan hati Khalid bin Walid ra – Sang Pedang Allah yang Terhunus (Saifullah Al-Maslul), dan memantapkan langkahnya ke madinah untuk memeluk islam. Surat cinta dari saudara kandung terbaiknya, yang berisi kata-kata terbaik dari manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi.

Awalnya, keraguan selalu menyelimuti hati Khalid bin Walid untuk bergabung dan masuk Islam. Namun kemudian, akhirnya ia condong dan masuk Islam pada bulan Shafar tahun delapan Hijriyah, enam bulan sebelum Fathu Makkah, atau dua bulan sebelum terjadinya Perang Mu’ tah. Kisah masuk Islamnya Khalid bin Walid bermula setelah adanya Perjanjian Hudaibiyah, dimana saudaranya Walid bin Walid masuk Islam. Ketika Rasulullah masuk kota Makkah untuk melakukan Umrah yang tertunda, beliau bertanya kepada Walid mengenai saudaranya Khalid, “Dimana Khalid?” Walid menjawab, “Allah akan membawanya datang ke sini.”
Lalu Nabi berkata, “orang seperti dia masih tidak memahami islam? Jika dia berusaha dengan gigih dan menggunakan kemampuan pedangnya untuk membantu muslimin, niscaya hal itu lebih baik baginya. Dan kami akan mendahulukannya dibandingkan yang lain”. Mendengar kata-kata Rasulullah, Walid lalu bergegas keluar mencari saudaranya. Namun dia tidak mendapatinya. Maka kemudian dia meninggalkan surat untuk saudaranya. Dalam surat itu Walid menulis,

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya aku tidak melihat sesuatu yang membuatku heran daripada hilangnya kemampuan berpikir mu terhadap islam, sedang akalmu dalam keadaan sempurna. Bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Agama seperti islam itu, adakah seseorang yang tidak tahu?.
Rasulullah bertanya, “Dimana Khalid?”, aku menjawab, “Allah akan mendatangkannya”. Beliau bertanya lagi, “orang seperti dia masih tidak memahami islam? Jika dia berusaha dengan gigih dan menggunakan kemampuan pedangnya untuk membantu muslimin, niscaya hal itu lebih baik baginya. Dan kami akan mendahulukannya dibandingkan yang lain”. Karena itu wahai saudaraku, raihlah medan-medan perang kebaikan yang telah engkau lewatkan.

Khalid terus-menerus berfikir tentang Islam, maka ketika dia membaca surat dari saudaranya, dia merasa sangat bahagia, dan dia juga mengagumi perkataan Rasulullah, oleh karena itu kemudian dia memberanikan diri untuk berangkan ke madinah bersama Ustman bin Thalhah dan Amr bin Ash untuk masuk Islam.[1]

Baca juga:  Kunci Reformasi Pendidikan Menurut Rafi'al Thatawi

Hikmah
Betapa beruntungnya Khalid memiliki saudara seperti Walid. Saudara yang masih begitu peduli dan percaya terhadap kebaikan pada dirinya. Kepercayaan ini tergambar dari bagaimana Walid menjawab pertanyaan Rasulullah, “Dimana Khalid?”. Walid menjawab dengan penuh harap dan keyakinan, “Allah akan mendatangkannya”. Tidak sampai di situ, Walid pun mencari Khalid. Hingga ketika Walid tidak berhasil menemukan Khalid, Walid meninggalkan surat untuknya. Surat yang menggugah hati Khalid untuk mantap menemui Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Surat itu Walid tutup dengan memotivasi saudaranya untuk bergegas menuju islam dan mengejar semua ketertinggalannya.

Lalu, lihat bagaimana Rasulullah meruntuhkan hati Khalid,
“Dimana Khalid?”
Ini bukan pertanyaan biasa.
Ini adalah pertanyaan singkat yang meruntuhkan batas dan sekat dari hati manusia.
Ini adalah pertanyaan singkat yang membangkitkan hati yang jauh dari harapan.
Ini adalah pertanyaan singkat yang menjadikan setiap orang merasa spesial.
Baru saja hati Khalid “dihantam” oleh pertanyaan Indah itu, hati itu dibuat melayang makin tinggi dengan untaian kata penuh hikmah, Seolah Rasulullah tahu apa yang mungkin akan dipikirkan Khalid setelah itu.
“tapi..aku telah banyak menyakiti muslimin”,
“tapi..aku talah banyak membunuh muslimin”,
“bagaimana aku menghadap Rasulullah nanti?”,
“Apa yang aku lakukan di sana nanti?”, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin berkecamuk di hati Khalid.
Rasulullah luluh lantakan semua dengan kalimat indah yang memantapkan hati Khalid untuk menuju islam.

“orang seperti dia masih tidak memahami islam? Jika dia berusaha dengan gigih dan menggunakan kemampuan pedangnya untuk membantu muslimin, niscaya hal itu lebih baik baginya. Dan kami akan mendahulukannya dibandingkan yang lain”

1. “orang seperti dia masih tidak memahami islam?” Perkataan Rasulullah ini menyentuh dan memotivasi Khalid dengan menyebutkan keutamaan dari pribadi Khalid yang terdalam. Seolah-olah Rasulullah mengatakan, “Hai Khalid, engkau orang yang cerdas dan berakal sehat. Tidak mungkin engkau tidak mengerti kebenaran islam setelah semua yang terjadi!”. Tipe motivasi seperti ini biasanya diberikan kepada mereka yang masih belum yakin tentang sesuatu yang mereka punya. Entah itu terkait pemahaman dan keyakinan, atau terkait dengan kemampuan. Sungguh, Rasulullah benar-benar teladan untuk segala hal, hatta urusan menyentuh hati dengan komunikasi.

Baca juga:  Adillah kepada Anak-Anakmu! (Yusuf 4-5 End Part)

2. “Jika dia berusaha dengan gigih dan menggunakan kemampuan pedangnya untuk membantu muslimin, niscaya hal itu lebih baik baginya”, Khalid tidak perlu merubah apapun yang ada pada dirinya. Islam sudah cukup baginya. Setelahnya, cukup ia berperang di jalan Allah sebagaimana kerasnya ia berperang di jalan kemusyrikan. Tidak ada keahlian maupun potensinya yang akan dikebiri setelah ia bergabung bersama islam.

 
3. “kami akan mendahulukannya dibandingkan yang lain”, Khalid tahu Rasulullah adalah orang yang jujur dan tidak pernah melebihkan atau mengurangi omongannya. Tentu saja Khalid tersanjung. Bagaimana tidak, ia yang tertinggal jauh dalam soal keislaman dibanding sahabat yang lain, Namun Rasulullah telah menyiapkan ‘posisi’ yang spesial untuknya bahkan sebelum ia sudah mengikrarkan keislamannya.

4. Belum lama ia memusuhi islam dengan sangat kuat. Hari ini ia mendapat surat dari seorang yang paling mulia yang bahkan sudah memaafkan dia sebelum dia sempat meminta maaf.

Khalid pun mengakhiri keraguannya. “Madinah, aku datang”

 
Allahu a’lam bishshawab

 

Referensi :
[1] Lihat: Ibnu Katsir, Sirah Nabawiyah (3/451), dan Al-Baihaqi, Dalail An Nubuwwah (4/350).

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar