Santri Cendekia
Sunday Morning
Home » Tadabbur Asmaul Husna (Al-Basith & Al-Qabidh)

Tadabbur Asmaul Husna (Al-Basith & Al-Qabidh)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

    Allah bersifat Al-Basith dan Al-Qabidh. Al-Basith berarti Allah Maha Melapangkan dan Al-Qabidh berarti Allah Maha Menyempitkan. Melapangkan dan Menyempitkan di dalam konteks ini adalah mengenai persoalan rezeki. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (A-Baqarah : 245)

    Banyak orang begitu habis-habis berjuang untuk mencari uang dan harta benda dunia. Hingga akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Namun? Ternyata dengan harta benda yang sudah ia kumpulkan bertahun-tahun atau bahkan seumur hidupnya, ia tidak pernah sedikitpun merasakan lapang atas apa yang telah ia kumpulkan. Bagaimana mau lapang? Hidup selalu terlihat susah, keluarga sakit-sakitan, terlilit hutang dan riba, harta dirampok orang, tabungan tak pernah kumpul karena biaya hidup konsumtif keluarga yang akhirnya mencekik diri, waktu selalu sempit, ibadah tak pernah khusyuk. Namun di sisi lain, ada orang-orang yang tak seberapa harta bendanya, namun senantiasa bahagia, keluarga sehat dan penuh berkah, kapan membutuhkan sesuatu selalu terpenuhi entah bagaimana caranya, bisa beribadah kapanpun yang ia mau. Semua ini terjadi karena, yang menyebabkan hidup seseorang lapang dan sempit bukanlah apa yang ia usahakan, namun apa yang Allah tetapkan untuknya.

    Penulis memiliki tetangga sebelah, sampai detik ini masih mengontrak rumah. Namun hidup keluarganya senantiasa lapang. Kedua anaknya sudah berkuliah, kendaraan pribadi yang bisa mengantar kemana-mana sudah ada. Qadarullah, pemilik asli rumah yang sudah pindah ke daerah papua mengontrakan rumahnya dengan harga murah sambil menunggu pembeli datang. dan sampai detik ini, rumah itupun masih belum ada yang membeli. Hingga keluarga itu bisa tenang menjalani hidup tanpa harus hidup ngoyo dikejar hutang cicilan rumah yang membuat tidur tak nyenyak. Uang yang tak harus digunakan untuk mencicil rumah pun, bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Sebentar lagi anak-anaknya lulus kuliah dan siap mandiri. Jika rumah itupun akhirnya dibeli orang, mereka bisa pulang kampung, duhai lapangnya. Disisi lain, penulis juga memiliki banyak teman yang sudah menempati rumah mewah namun dengan jumlah uang cicilan di atas 50% dari gaji bulan mereka. Hingga tak jarang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka harus kerja lembur tiap hari. Hari libur pun digunakan untuk bekerja juga. Di tempat lain, tempat penulis merantau mencari nafkah, ada rumah mewah yang membuat orang iri dan mungkin ingin memiliki rumah itu juga. Namun ternyata di pintu rumah itu tertempel tulisan “RUMAH INI BERMASALAH DAN DALAM PENGAWASAN BANK”. Lihat? Ngontrak rumah tapi jika Allah Al-Basith menetapkan kelapangan, hidup akan tetap lapang. Hidup menempati rumah pribadi dan mewah, jika Allah Al-Qabidh menetapkan kesempitan, maka hidup tetap akan merasa sempit.

Baca juga:  Datangkan Cahaya, agar Kegelapan Lenyap (Al-Israa 81)

     Memahami dua sifat Allah ini, mengajarkan kita untuk lebih bertawakkal kepada Allah dalam menjalani hidup ini. Agar kita, hendaknya menyandarkan kebahagiaan kita di dunia dan akhirat hanya kepada Allah ‘azza wa jalla. Jangan tertipu dan terjerat oleh ambisi dunia. Orang yang mengharapkan kelapangan kehidupan dunia dan akhirat, namun melalaikan Allah, ibarat orang yang mencari air ke padang pasir bukannya ke sungai. Semoga Allah senantiasa melapangkan kehidupan kita, kematian kita, dan kehidupan kita yang selanjutnya.

Allahu a’lam bishshawab

Referensi:

Asmaul Husna, Prof. Dr. Umar Sulayman Al-Asyqar

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar