Santri Cendekia
Home » Tadabbur Surat Al-Lahab (Bag. 2)

Tadabbur Surat Al-Lahab (Bag. 2)

Bismillah, subhanaka la ‘ilmalana illa ma’alamtana, innaka antal ‘alimul hakim.

Seperti yang sudah dijelaskan pada tulisan sebelumnya, Abu Lahab adalah sosok pribadi yang buruk dalam berbagai dimensi. Adapun beberapa keburukannya yang akan diuraikan ada tulisan ini:

  1. Buruk sebagai manusia

Abu Lahab menjadi manusia terburuk karena kekafirannya, sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Anfal : 55, “Sesungguhnya, makhluk yang paling buruk di sisi Allah adalah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman”.

 

  1. Buruk sebagai seorang ayah

Setelah surat Al-Lahab turun, Abu Lahab menghampiri anak-anaknya, Utaibah yang saat itu telah menikah dengan Ummu Kultsum, dan Utbah yang telah menikah dengan Ruqqayah seraya berkata, “kepalaku dan kepala kalian haram bersentuhan jika kalian berdua tidak mentalak kedua putri Muhammad.” Saat itu pun kedua anaknya segera mentalak dua putri Rasulullah. Tidak sampai di situ, Salah satu anak Abu lahab, Utaibah sempat menghampiri Rasulullah, menghina beliau, meludahi wajah beliau, dan menyatakan akan mentalak putri beliau. Hati Rasulullah yang begitu terluka akibat penghinaan yang dalam ini pun akhirnya membuat lisan beliau mengucap sebuah doa yang kelak akan menjadi akhir hayat dari Utaibah.

 

“Ya Allah, kirimlah salah satu anjing dari anjing-anjing-Mu (tentara Allah) untuk menghabisinya.”

 

Seperti yang kita tahu, setelah kejadian ini, Utaibah melakukan perjalanan bersama kafilah dagangnya ke Syam. Di dalam perjalanan, kepalanya diterkam dan dikoyak oleh seekor singa. Sesaat sebelum kematiannya, dia berkata, “Sesungguhnya Muhammad telah membunuhku, sementara dia di Mekah, dan aku di Syam”. Kepalanya pun terpisah dengan tubuhnya. Sungguh yang telah membunuh Utaibah bukanlah Rasulullah dan doanya, melainkan ayahnya, Abu Lahab. Anak yang seharusnya dididik untuk menjadi seorang yang mulia, malah dididik untuk menjadi seorang dengan kelakuan yang hina dan tak bernurani. Apa perlunya Utaibah meludahi wajah Rasulullah, seseorang yang bahkan tak pernah punya cacat dan aib selama hidupnya, seseorang yang tidak pernah menghina dan melukai siapapun, seseorang yang senantiasa menyambung silahturahim dengan siapapun. Karena pendidikan yang salah dari ayahnya, teladan yang buruk dari ayahnya, utaibah harus menemui ajal dengan kondisi yang sangat buruk dan hina. Betul sekali Abu Lahab berhasil mendidik anak yang sevisi dan begitu patuh dengannya, tapi sayang, semua itu dalam rangka keburukan dan perbuatan yang dibenci Allah. Semoga Allah menjadikan kita semua ayah yang sukses mendidik anak dunia dan akhirat.

Baca juga:  Nahi Mungkar dan SOP-nya (Tadabbur Ali-Imran : 110 bag. terakhir)

 

  1. Buruk sebagai seorang anggota dan petinggi kabilahnya.

Di Arab, khususnya kaum Quraisy, ada sebuah aturan adat bahwa seseorang harus memiliki ownership yang tinggi terhadap kaumnya. Apabila ada anggota kabilah yang terancam dan tersakiti, entah itu diakibatkan kesalahannya atau bukan, Anggota kabilah wajib menjadi tameng pertama. Apatah lagi, jika seorang yang tersakiti itu masih ada hubungan kekeluargaan yang dekat dan memiliki reputasi yang baik. Di saat hampir seluruh Bani Hasyim dan Bani Muthalib bersatu, baik yang kafir maupun beriman, untuk melindungi putra kebanggaannya, Muhammad bin Abdullah, hanya Abu Lahab yang memeranginya dengan keras. Padahal Abu Lahab menikahkan kedua anaknya dengan kedua putri Rasulullah. Dari situ saja, kita bisa mengambil kesimpulan sungguh Abu Lahab mengakui kemuliaan dan kebaikan akhlak Rasulullah sehingga sampai menikahkan kedua anaknya dengan kedua putri Rasulullah. Tapi entah karena penyakit hati apa, dia berhasil membohongi nuraninya kepada Rasulullah, dan menukarnya dengan berbagai macam perbuatan rendah dan nista. Abu Lahab, adalah orang yang demi melampiaskan ambisi syaithannya, rela menghancurkan harga dirinya sebagai seorang Bani Muthalib, sebagai seorang Bani Hasyim, sebagai seorang Quraisy.

 

  1. Buruk sebagai seorang pria.

Di kala penjuru Makkah bersiap untuk menjemput perang Badar, AbuLahab hanya bisa bersembunyi di dalam kota Makkah dan memerintahkan orang yang berhutang kepadanya untuk menggantikan dirinya di medan perang. Seorang sahabatnya datang membawa bedak dan alat dandan wanita kepadanya untuk menghinanya sebagai seorang pria yang kehilangan kejantanannya. Dia tidak punya harga diri sebagai seorang pria Quraisy yang dikenal gagah di medan perang. Dia menjalani sisa hidupnya penuh aib.

 

  1. Buruk sebagai seorang suami.
Baca juga:  Tadabbur Surat Al-Lahab Bag. 4 (terakhir) - Hati yang Rusak & Fitrah yang Mati

Bersama istrinya, siang malam ia habiskan untuk memikirkan bagaimana cara untuk mengancurkan misi dakwah mulia Rasulullah. Istri yang harusnya ia bimbing dan ia jaga dalam kebaikan, malah ia jadikan kawan sekufu di jalan syaithan. Ia biarkan istrinya yang bernasab mulia itu berteriak sepanjang hari untuk menghina Rasulullah. Ia biarkan istrinya yang cantik itu setiap hari memanggul ranting berduri untuk menyakiti Rasulullah. Ia biarkan istrinya kehilangan fitrahnya sebagai seorang wanita bangsawan Quraisy. Tak heran jika Ummu Jamil tidaklah lagi terlihat jamil, melainkan seperti seorang nenek sihir yang menghabiskan hari-hari penuh kebencian dan sumpah serapah. Ia telah gagal sebagai seorang suami.

Allahu a’lam bishshawab

(bersambung)

Foto oleh Mahmoud Helmy

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar