Santri Cendekia
Home » Tanda Bagi Yang Berakal (Al-Baqarah : 164)

Tanda Bagi Yang Berakal (Al-Baqarah : 164)

Bismillahirrahmanirrahim

Subhanaka la ‘ilmalana illa ma’allamtana, innaka antal ‘alimul hakim

 

 Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, kapal yang berlayar di laut membawa apa yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; (semua itu) sungguh, (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.(Al-Baqarah : 164).

 

Langit 7 lapis, yang bahkan lapisan pertamanya pun seolah tak ada ujungnya dalam pandangan kita, manusia yang dhoif ini. “(Allah) yang menciptakan 7 lapis langit. Tidak akan kamu lihat ada sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Ar-Rahman. Maka kembalikan lagi pandangan mu, adakah kamu melihat sesuatu yang cacat? Kemudian ulangi pandanganmu sekali lagi, niscaya pandangan mu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat sedangkan ia dalam keadaan letih” Al-Mulk:4-5. Bahkan untuk  berhadapan dengan makhluk Allah bernama langit, kita sudah tunduk tak berkutik. Karena pandangan kita tidak berhasil menemukan cacat sedikitpun pada langit. Indahnya langit di kala malam, membuat setiap hati merasa hilang dari pijakannya di muka bumi. Jika pada langit saja kita tak berhasil menemukan cacat, lalu bagaimana dengan Penciptanya? Bukankah Dia pasti lebih sempurna? Lebih indah? Dan bahkan lebih ‘luas’? Jika sudah berhasil akal kita untuk berpikir seperti ini, tak akanlah lagi kita masih berani untuk mencari tandingan bagi Allah, karena itu adalah serugi-rugi perbuatan.

 

Bumi, planet kecil yang mungkin hanya seukur debu jika dibandingkan alam semesta ini, di sini lah tempat berlangsungnya misi kekhalifahan manusia. Meski tak terlihat berarti di tengah alam semesta yang luas dan seolah tak berujung ini, di sini lah ribuan kisah terjadi. Di sinilah saksi berbagai bingkai kemuliaan dan kebiadaban manusia terukir. Tak habis isi perutnya untuk memenuhi hajat dan perkembangan jaman manusia. Meski bulat bentuknya, Allah hamparkan dan tundukan ia untuk manusia, sehingga manusia mudah untuk menapak dan berjalan di atasnya. Mudah untuk menjelajahinya. Meski sudah cukup kecil ia di hadapan alam semesta, terkadang bumi tak berhasil menjadi pelajaran bagi orang-orang yang congkak. Orang-orang yang lupa bahwa bumi yang begitu besar dan tak pernah berhasil ia injak setiap jengkal tanahnya, bahkan kecil di hadapan alam semesta. Apatah lagi dihadapan Penciptanya Yang Maha Besar? Sungguh hina dan pandir mereka yang bersombong diri dan atas permukaan bumi. Bumi pun yang mungkin kelak akan berbicara banyak sebagai saksi ketamakan manusia. Betapa banyak kerusakan yang terjadi di atas bumi akibat dari ketamakan manusia yang seolah tiada batas. Manusia, meski kecil tubuhnya, tapi ketamakannya bahkan bisa merusak bumi dengan efek yang lebih besar. Berbagai kerusakan dibumi hanyalah bukti empiris bagi kita, bahwa manusia-manusia yang hidup dengan jauh dari syari’at dan hanya mengejar hawa nafsu akan lebih banyak menimbulkan kehancuran dibandingkan dengan perbaikan dimanapun ia berbuat.

Baca juga:  Zhalimnya Berhukum Selain dengan Hukum Allah (Al-Maaidah 45)

 

Bahtera yang berlayar ditengah laut yang ganas dan sulit ditebak itu, siapakah jika bukan Allah yang menjaga agar bahtera tersebut tidak karam diterpa badai? Siapakah jika bukan Allah yang mengarahkan agar bahtera tersebut tidak tersesat? Allah turunkan hujan ke muka bumi yang tandus, dan Allah hidupkan bumi yang telah mati. Dengan adanya air, berbagai macam tumbuhan pun mulai hidup. Ada tumbuh dengan sangat besar, ada yang tumbuh kecil namun cantik dan menawan. Ada yang tumbuh dan berbuah. Berbagai tumbuhan itu pun tumbuh dan menjadi sebuah hutan. Ketika hutan mulai tumbuh, maka hewan-hewan pun mendapatkan habitat-habitat baru. Yang pandai memanjat, memilih tinggal di hutan dengan pohon-pohon yang besar. Yang suka berburu dan berlari-lari, memilih tinggal di padang rumput. Yang suka dengan suasana lembab, memilih tinggal di hutan rawa.

 

“dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi”, dengan kuasa-Nya, Allah kendalikan angin dan Allah jadikan itu petunjuk bagi manusia tentang keberadaan cuaca. Bahkan tidak sedikit manusia yang sudah memanfaatkannya sebagai sumber energy listrik. Awan yang berombak-ombak dan saling berkumpul, tidak ada yang keluar jalurnya, apalagi hingga keluar dari atmosfer bumi. Ketika mereka semakin tinggi, maka mereka akan mengembun dan turun lagi sebagai hujan. Terkadang Allah membentuk awan sebagai bentuk-bentuk yang kita kenal. Terkadang Allah susun awan menjadi bentuk-bentuk yang Indah agar hilang jumud di mata ini. Namun, tidak jarang awan berubah menjadi mengerikan, ketika muncul lompatan-lompatan electron di antaranya, dan melahirkan sebuah fenomena alam bernama kilat.

 

Ayat ini adalah ayat adalah rangkaian pertama dari 3 ayat terakhir yang menjadi pembahasan kita. Sungguh sangat menarik, mengingat 3 ayat lanjutan dari ayat ini adalah ayat yang bercerita tentang orang-orang yang menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah ‘azza wa jalla hingga berujung penyesalan yang tiada arti. Sedangkan ayat ini malah bercerita tentang bukti-bukti kebesaran dan keesaan Allah bagi orang-orang yang berakal. Bercerita tentang ayat-ayat kauniyah-Nya. Apa hubungan dengan 3 ayat selanjutnya? Hikmahnya adalah bagaimana mungkin ketika sudah melihat dan memperhatikan semua kebesaran Allah tersebut dengan akal yang sehat, kita masih bisa dan berani untuk mengambil tandingan-tandingan bagi Allah? Padahal tak ada satupun dari jenis-jenis tanda kebesaran Allah yang Dia sebutkan dalam ayat ini dapat dimanipulasi, atau bahkan sekedar ditiru oleh selain-Nya. Hanya Allah yang Maha Besar dan memiliki otoritas untuk mengatur semua ciptaan-Nya itu. Maka jadilah orang-orang yang senantiasa merenungkan dan menghayati betapa besarnya kuasa Allah, agar hati senantiasa berada dalam ketundukan kepada-Nya, dan terhindar dari kesyirikan kecil maupun besar.

Baca juga:  Tawakkal kepada Ar-Razzaq

 

Allahu a’lam bishshawab

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar