Santri Cendekia
Home » Ustaz Yunahar Ilyas, Penunjuk Jalan di Tangga Ilmu

Ustaz Yunahar Ilyas, Penunjuk Jalan di Tangga Ilmu

Oleh: Ustaz Ridwan Hamidi

Saya termasuk salah satu murid beliau pada jenjang yang beragam. Mulai tingkat Tsanawiyah sampai S3.

Sejak belajar di tingkat Tsanawiyah Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, kami sudah mengenal beliau sebagai salah seorang Ustadz tafsir yang menginspirasi kami. Caranya beliau berbicara dalam bahasa Arab dan kisah-kisah yang beliau sampaikan di sela-sela pelajaran, banyak memberikan bekas yang mendalam.

Tentang hal ini, sepertinya bukan hanya saya yang merasakan. Beberapa kawan sekelas, seangkatan, bahkan berbagai angkatan, juga mengakui. Satu kata: beliau memang menginspirasi.

Beliau juga termasuk yang mendorong kami untuk lanjut ke Universitas Islam Madinah Saudi Arabia, studi S1.

Di tahun-tahun itu, awal 90-an, ketika disebut Universitas Islam Madinah, yang terbayang adalah jiddiyyah dan mujahadah. Yang terbayang adalah ‘izzah. Yang terbayang, hari-hari di sana adalah ayyaamul ‘ulama’.

Sedemikian kuat beliau menggambarkan, kemudian mendorong kami untuk berangkat ke sana. Beliau terus memantau perkembangan kami hingga selesai studi. Pantaslah kiranya kalau kami mendaku beliau sebagai murabbi.

Pada saat melanjutkan pendidikan S2 jurusan Fiqih dan Ushul Fiqih di UMS, lagi-lagi kami diperhadapkan dengan beliau, sang murabbi. Beliau termasuk salah seorang pembimbing dan penguji kami.

Salah satu pertanyaan yang sangat berkesan adalah, “Dari mana antum dapatkan pengetahuan membaca rumus kimia dalam bahasa Arab?” Ini adalah pertanyaan singkat padat dan ilmiah. Ini pertanyaan khas ULAMA.

Kebetulan waktu itu harus membaca rumus C2H5OH dalam bahasa Arab.

Pada kesempatan studi S3, lagi-lagi kami harus bersimpuh di hadapan beliau. Beliau waktu itu sebagai co-promotor disertasi yang seharusnya diselesaikan sejak waktu silam.

Sebetulnya kalau mau jujur, kami ingin lebih lama lagi bersimpuh di hadapan beliau. Kami ingin lebih lama mendengar arahan dan bimbingan beliau.

Baca juga:  Umat Islam Kurang Mempelajari Buddhisme: Wawancara dengan Profesor Imtiyaz Yusuf

Kami masih rindu dengan percik-percik inspirasi beliau. Inspirasi yang mencerahkan, menggairahkan, dan menggerakkan.

Innaa lillah..
Kita ini hanya milik Allah..

Sekuat apapun kita hendak menahan, taqdir itu datang jua..
Kita harus menerima kenyataan, berpisah dengan Ustadzuna Al Walid Al Murabbi Ust. Yunahar Ilyas.

Kita kambali kehilangan salah seorang ulama..

Wafatnya seorang ulama tidaklah sama dengan wafatnya selain ulama.

Sebab, ada ilmu yang terangkat bersama wafatnya ulama.

Seperti sabda Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wasallam di shahih Muslim:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْتَزِعُ الْعِلْمَ مِنَ النَّاسِ انْتِزَاعًا، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءَ، فَيَرْفَعُ الْعِلْمَ مَعَهُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari umat manusia dengan sekali cabut (dari hati mereka). Tapi Allah (mencabut ilmu dengan) mewafatkan para ulama, sehingga Allah mengangkat ilmu bersama (wafatnya) para ulama.”

Ada ilmu yang hilang bersama wafatnya ulama. Ini salah satu yang menjadi kerisauan kita bersama. Ini yang lebih membuat kita sedih.

Tidak henti-hentinya doa kita panjatkan. Agar Allah berkenan memberikan tempat terbaik di sisi-Nya.

Mudah-mudahan kami yang sempat menjadi murid-muridnya, berkesempatan untuk menapaki jalan perjuangan yang telah beliau tempuh. Sehingga menjadi amal jariyah beliau yang terus mengalir.

Tilmidzuhu Al Faqir,
Ridwan Hamidi

* Alumni Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Ulama Muda Muhammadiyah, Ketua MIUMI DIY

Avatar photo

Redaksi Santricendekia

Kirim tulisan ke santricendekia.com melalui email: [email protected]

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar