Santri Cendekia
Home » Tawakkal kepada Ar-Razzaq

Tawakkal kepada Ar-Razzaq

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

 

            Sifat Ar-Razzaq adalah sifat yang mirip dengan sifat Al-Khaliq, sifat yang menempel pada kerubbubiyahan Allah ‘azza wa jalla. Itu berarti Allah pasti menetapkan rizqi bersamaan dengan setiap makhluk yang Dia ciptakan. Tidak ada satupun makhluk di dunia ini, melainkan Allah pasti sudah menetapkan dan mengatur rezeki bagi makhluk tersebut.

            Hanya Allah lah yang bisa memberikan rezeki kepada seluruh makhluknya. Ketika seseorang memberikan sebuah pemberian kepada orang lain, maka seorang tersebut tidak bisa dikatakan sebagai pemberi rezeki, karena orang itu sendiri dapat memberi dikarenakan rezeki yang Allah tetapkan padanya. Maka memahami sifat Allah Ar-razzaq ini, dapat menjadikan diri kita lebih tawakkal dan bergantung kepada Allah semata.

            Rezeki pun luas bentuknya. Menurut Ust. Qamar Suaidi lc, rezeki terbagi rezeki umum dan rezeki khusus. Rezeki umum ialah apa-apa yang bisa dinikmati jasad dan dinikmati makhluk pada umumnya, hewan, manusia, tumbuhan, orang mukmin, orang kafir, orang fasiq, orang atheis, orang waras, orang gila, dsb. Semua mendapatkan rezeki dari Allah. Jadi jangan kepedean, ketika kita sukses secara finansial atau karir, tak berarti saat itu kitalah sampel manusia terbaik atau tidak berarti saat itu Allah sedang mengangkat derajat kita. Begitupun jangan baperan, ketika kita merasa hidup serba pas-pasan, tak berarti Allah sedang menghinakan kita. “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”” (Al-Fajr 15-16).

            Ada pula rezeki khusus, rezeki yang hanya Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang Allah ridhoi. Seperti ilmu dan pemahaman tentang ilmu agama, kelapangan hati untuk menerima hidayah, keluarga yang mudah diajak ke jalan kebenaran, Anak-anak yang soleh dan rajin mendoakan orang tuanya. “Barang siapa Allah hendaki kebaikan kepadanya, Allah akan memahamkan kepadanya ilmu agama” (HR Bukhari dan Muslim)

Baca juga:  Suatu Hari tentang Pragmatisme dan Politik Oligarkis-Aristokratis Bani Israil.

            Oleh karena itu, hidup tak boleh gagal paham dalam memandang konsep rezeki. Banyak orang yang berjuang habis-habisan mengejar rezeki umum, tapi malah kehilangan rezeki khusus. Cari uang sampai ke liang lahat, di liang lahat lisan gagap menjawab pertanyaan munkar nakir karena tak pernah beragama dengan baik dan benar selama hidupnya. Seumur hidup menghamba kepada manusia yang durhaka kepada Allah, di akhirat manusia sembahannya ingin berlepas tangan dan berlari dari dirinya. Akhirnya tinggalah dia sendiri menyesali diri. “Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti. “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Al-Baqarah : 167)

      Sudahlah cukup, cukup kepada Allah kita menggantungkan diri dan harapan kita. Putus asalah dari menggantungkan rezeki kita kepada kantor, atasan, kolega bisnis kita, partai kita, apalagi kepada orang-orang kafir yang memusuhi islam. Allah Ar-razzaq yang punya hak prerogative untuk memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki. Lebih baik sibuk menginsyafi dosa-dosa diri, berisitgfar dan mengemis banyak belas kasih dari-Nya. Karena mengemis pada manusia akan terhina, mengemis kepada Allah akan mulia.

            Sekarang banyak di antara kita yang bekerja dan hidup mencari rezeki dengan rasa takut dan terikat kepada selain-Nya. Maka panggilan bos dan para petinggi pun akan didatangi meski sedang buang air sekalipun, tapi panggilan Allah dan kebaikan-kebaikan di jalan-Nya? Kuping kita mendadak tuli, hati kita mendadak mati. Jangan sampai hidup dengan cara seperti itu, karena kita akan diperbudak oleh manusia, dan terhina di hadapan-Nya.

Baca juga:  Doa yang Memenuhi Segala Hajat (Al-Baqarah 200-202 part 2)

             Apalagi hanya karena takut rezeki sempit, akhirnya memilih hidup dengan cara-cara kotor. Melacur, Menjual miras dan obat-obatan, menjual makanan yang dioplos dengan zat-zat berbahaya, menipu, merampok hingga membunuh. Rasa takut yang berlebihan seperti itu hanyalah SOP tipu daya syaithan “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan memerintahkan kamu berlaku keji” (Al-Baqarah 269).

          Yakin dan tawakkal lah kepada Allah, karena itulah kunci rezeki dan kecukupan hidup. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (Ath-Thalaq 4). Orang-orang yang bertawakkal kepada Allah, juga akan mendapatkan kelapangan hidup dan hati yang bebas merdeka. Sebebas burung di langit, “Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka Allah sungguh akan memberi kalian rezeki seperti memberi rezeki kepada burung, pergi pagi dengan kondisi lapar, pulang sore dengan kondisi kenyang” (HR Tirmidzi).

Ah..siapa yang tidak ingin terbang bebas seperti burung.

 

Allahu a’lam bishshawab

 

Referensi:

Al-Asma Al-Husna, Prof. Dr. Sulaiman Al-Asyqar

Syarh Nuuniyyah,Syaikh DR. Muhammad Khalil Al-Harras

irfan fahmi

mencoba memahami makna dari surat-surat cinta yang Allah turunkan melalui Nabi dan Rasul-Nya

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar