Santri Cendekia
Home » Ujian Marshmallow Ramadhan

Ujian Marshmallow Ramadhan

Marshmallow
Ujian Marshmallow Ramadhan

Ramadhan sudah tiba. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk ibadah shaum kita.

Walter Mischel, seorang profesor di Columbia University, Amerika Serikat, melakukan sebuah eksperimen yang menarik. Dia menguji kesabaran beberapa anak untuk menghadapi marshmallow yang lezat.

Seorang anak dibawa ke sebuah ruangan, kemudian anak itu dipersilakan duduk di kursi dan di hadapannya ada piring berisi sebuah marshmallow. Si anak dijanjikan mendapat marshmallow tambahan jika anak itu tidak memakan marshmallow yang ada di piring, untuk itu si anak harus menunggu hingga profesor kembali.

Melalui CCTV, pengamat bisa melihat tingkah anak-anak yang lucu. Ada yang tidak sabar di menit-menit awal langsung memasukan marshmallow ke mulutnya lalu menelannya. Ada yang menatap malu-malu, ia pegang marshmallownya lalu diletakkan kembali di piring. Ada yang celingukan melihat keadaan sekitar lalu dengan badan gemetar ia mengambil marshmallow tapi tak jadi. Ada yang cuek sama sekali dan sabar menunggu untuk mendapatkan marshmallow tambahan.

Hasil eksperimen terkonfirmasi beberapa tahun kemudian. Anak-anak yang bisa menahan diri untuk memakan marshmallow memiliki prestasi akademis yang lebih baik di banding anak yang tidak sabaran memakan marshmallow. Dari eksperimen ini bisa kita tarik kesimpulan, keberhasilan itu berasal dari kemampuan diri untuk menunda kesenangan demi kebaikan yang berjangka panjang.
Setiap tahun, kita mendapat ujian ‘marshmallow’ dari Allah SWT. Kita diwajibkan untuk shaum Ramadhan. Allah menghendaki hamba-hamba-Nya sukses dan berhasil dalam kehidupan, maka Allah memberikan kita kesempatan belajar untuk menunda kesenangan demi kebaikan yang berjangka panjang melalui shaum. Kita dilatih untuk mengontrol diri dan disiplin. Kontrol diri dan disiplin adalah modal utama untuk mendapatkan prestasi apapun!

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (Q.S al-Baqoroh:183)

Baca juga:  Cara Menjaga Keistiqamahan Pasca Ramadhan

Prestasi tertinggi bagi seorang hamba Allah adalah taqwa, Shaum menjadi wahana belajar bagi hamba untuk mencapai ketaqwaan.
Shaum ibarat kepompong yang mengubah kita dari ulat menjadi kupu-kupu. dari muslim biasa menjadi muslim luar biasa. Shaum adalah proses metamorfoself. Perubahan diri menjadi kualitas terbaik.

Dari shaum kita belajar bahwa tidak semua keinginan mesti kita turuti. Keinginan adalah sumber penderitaan. Kita mulai mengontrol keinginan kita dengan menahan makan dan minum, ternyata kita bisa menahan makan dan minum sepanjang hari. Jika menahan makan dan minum saja kita mampu, maka ada banyak hasrat-hasrat merusak yang bisa kita tahan.

Tingkat selanjutnya dari shaum adalah menahan perkataan dan perbuatan yang tak berguna. Rasulullah pernah memberitahu kita bahwa banyak di antara orang yang shaum hanya mendapatkan lapar dan dahaga, hanya karena mereka menahan makan dan minum tanpa diiringi dengan menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang tak berguna. Jika kita berhasil melalui shaum tingkat ini, maka segala yang keluar dari mulut dan perilaku kita adalah kejernihan/kemurnian. Setiap gerak kita akan berdampak hebat dan penuh kekuatan baik.

Tingkat tertinggi dari shaum adalah mengontrol pikiran dan perasaan. Setiap harinya terlintas dengan jumlah rata-rata 60000 pikiran dalam benak kita. Kita perlu berdiet pikiran dan perasaan. Tinggalkan pikiran dan perasaan yang tidak berguna, fokuskan pada Allah SWT saat berdiri, duduk, dan berbaring.

1 bulan Ramadhan yang diisi dengan shaum berkualitas akan berdampak pada seluruh tahun yang kita jalani. Shaum memiliki pengaruh yang dahsyat dalam kehidupan kita. Pantas saja dalam sebuah Hadits Qudsi Allah Berfirman;
“Setiap amalan anak Adam itu adalah (pahala) baginya, kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari No. 1795)

Baca juga:  Deddy Corbuzier dan Ideologi(sasi) Islam

Shaum itu ibadah tersembunyi. Tidak ada yang tahu selain Allah. Shaum merupakan self-control yang bekerja di level mental, sehingga orang lain tidak ada yang tahu kita shaum atau tidak.
“Bagi orang berpuasa ada dua kebahagiaan: yaitu kebahagiaan ketika berbuka, dan ketika berjumpa Rabbnya bahagia karena puasanya.” (HR. Bukhari No. 1805)

Orang shaum selalu mendapatkan makanan terlezat ketika berbuka. Seperti kata pepatah, hungry is the best sauce. Lapar adalah sebaik-baiknya saus. Ketika kita lapar lalu memakan rezeqi dari Allah maka kebahagian akan terbit di hati orang yang shaum. Kemudian Allah sudah berjanji untuk memberikan satu pintu surga khusus bagi orang yang menjalankan shaum, yaitu pintu Arrayyan. Maka nikmat yang mana yang bisa kita dustakan? Shaum memberikan perubahan besar dalam hidup, kebahagian ketika berbuka, kemudian surga yang luasnya melampaui langit dan bumi.

Ketika kita shaum, hendaknya kita memperbanyak senjata kita, yaitu doa. Doa adalah senjatanya orang muslim untuk menaklukan dunia. Dunia yang penuh dengan penderitaan akan menjadi dunia penuh harapan dan kebahagian. Rasulullah bersabda;
“Ada tiga manusia yang doa mereka tidak akan ditolak: 1. Doa orang yang berpuasa sampai dia berbuka, 2. Pemimpin yang adil, 3. Doa orang teraniaya. (HR. At Tirmidzi No. 2526)

Shaum akan membuat kita lebih sehat, tentu saja. Kita menahan diri kita dari makanan dan minuman berlebihan, menjaga perkataan dan perbuatan, bahkan pikiran dan perasaan. Maka kehidupan kita akan sejernih embun pagi. Sakit akan sangat jauh dari orang yang shaum.

Selama satu bulan ke depan kita akan menjalankan shaum Ramadhan, semoga kita bisa menjalankannya dengan baik dan penuh keseriusan sehingga tidak hanya tubuh sehat yang kita dapat, tapi juga pahala dan perkembangan kualitas diri yang lebih baik.

Ginan Aulia Rahman

Mahasiswa Filsafat Universitas Indonesia, dulu nyantren di Darul Arqam Muhammadiyah Garut dan Ma'had Addauly Damascus, Syria.

Tambahkan komentar

Tinggalkan komentar